Jakarta (ANTARA) - Korea Selatan menggelontorkan 50 juta dolar AS untuk mendukung kesiapan Indonesia dalam mewujudkan industri 4.0 melalui sinergi antara Kementerian Perindustrian RI dengan Dewan Riset Nasional (National Research Council/NRC) Korsel.

“Jadi, kami telah membicarakan mengenai pelaksanaan program kerja sama mulai tahun 2020 nanti. Mereka akan membantu Indonesia senilai 50 juta dolar AS untuk penerapan industri 4.0,” kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Harjanto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.

Harjanto menyampaikan hal itu pada acara The 1st Sub Joint Committee Meeting di Bali.

Kolaborasi kedua belah pihak ini akan berlangsung dalam lima tahun untuk meningkatkan kemampuan di lima sektor industri manufaktur yang menjadi prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

Baca juga: Kunjungan kerja perdana, Menperin terbang ke Jepang dan Korsel

Kelima sektor tersebut, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektronik.

“Tujuan dilaksanakannya The 1st Sub-Joint Committee Meeting di Bali ini adalah untuk mengingatkan kembali bahwa inisiatif kerja sama yang telah dituangkan di dalam MoU antara Kemenperin dan NRC dapat mulai dijalankan dengan membicarakan konsep kerja sama, pendekatan dan proyek-proyek yang dapat dilakukan tahun depan,” paparnya

Sebelumnya, Kemenperin dan NRC telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama tersebut pada 10 September 2018.

Baca juga: RI-Korea Selatan bersinergi kembangkan industri kreatif

Untuk mengimplementasikan isi MoU-nya, kedua belah pihak sepakat menandatangani Technical Framework untuk Working Level yang bertugas mengidentifikasi serta menentukan program prioritas kerja sama.

“Misalnya, kerja sama tentang joint research, policy support to specific entities, pertukaran staf atau tenaga ahli, memperluas networking di kalangan expert dan profesional, serta capacity building untuk pemerintah dan dunia usaha,” sebutnya.

Harjanto menyebutkan, hasil dan tindak lanjut dalam pertemuan ini menghasilkan beberapa kegiatan prospektif yang akan dilaksanakan antara Kemenperin dan NRC di tahun 2020, di antaranya melakukan joint research terkait lima sektor industri prioritas pada Making Indonesia 4.0.

“Namun demikian, dalam joint research tersebut juga masih memungkinkan untuk membahas topik lainnya, antara lain restruksturisasi Global Value Chain (GVC), National Digital Infrastructure Development, dan Smart City,” sebutnya.

Kemudian, kedua belah pihak akan melaksanakan Capacity Building Program dan The 2nd Sub-Joint Committee pada Februari 2020.

“Kami juga akan menyelenggarakan Seminar Internasional dengan diikuti oleh pemerintah, pelaku usaha, dan peneliti untuk menarik minat publik terhadap kerja sama antara Indonesia dan Korea terkait industri 4.0,” tuturnya.

Sementara itu, Sekjen NRC Hong Keun Gil mengatakan, Indonesia memiliki potensi pengembangan sektor industri lantaran memiliki pasar yang besar dengan jumlah penduduk mencapai 260 juta jiwa.

Gil menilai, pemerintah Indonesia telah mempunyai komitmen dan kebijakan yang jelas terkait implememtasi revolusi industri 4.0, yang dibuktikan lewat peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0.

"Selanjutnya adalah mengenai kesadaran masyarakat. Itu penting. Untuk membuat mereka siap dan menerima perubahan," ujarnya. Menurut Gil, hal utama yang dibicarakan pihaknya dengan Kemenperin, tidak hanya saling berbagi pengetahuan, tetapi juga berbagi tentang inovasi yang sudah dikembangkan.

“Kami mencoba membangunnya bersama. Kami ingin mendorong revolusi industri 4.0 ini dengan trasnformasi yang besar, dengan perubahan yang tak pernah kita hadapi sebelumnya. Terkait industri, kita akan lakukan kerja sama,” terangnya.