Kendari (ANTARA) - Menurut Pengamat Ekonomi Senior Universitas Hasanuddin dan Pengawas Pengelola Dana Haji RI Abdul Hamid Paddu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan tetap bertahan di angka 5,1 persen dan tidak akan melewati angka itu ataupun mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen.

"Orang mengoreksi pertumbuhan ekonomi di dunia turun. Volume perdagangan dunia turun sampai bulan November ini, tapi Insyaallah ekonomi Indonesia tidak akan turun. Paling tidak sama dengan tahun 2019 yakni 5,1 persen tapi kalau melewati angka itu sangat berat," kata Abdul Hamid, di Kendari usai memberi kuliah umum bertema Outlook Ekonomi Indonesia 2020 dan Keuangan Haji bersama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) Kendari, Sabtu.

Ia mengungkapkan, saat ini banyak yang memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia maupun di negara maju dan berkembang seperti Indonesia akan turun di tahun 2020, namun kondisi itu akan bergeser di tahun 2021 mendatang.

Baca juga: ADB proyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen pada 2020

"Kita masih berekspektasi bagus karena sebelumnya di awal tahun, dunia memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan krisis di tahun 2020, diawali dengan Amerika yang akan krisis di awal tahun 2020, ternyata setelah ada kenaikan konsensus bahwa krisis bisa tergeser di tahun 2021, perkiraan di pertengahan tahun, itupun nanti akan bergerak lagi," jelasnya.

Abdul Hamid mengungkapkan, ekonomi Indonesia masih akan bertahan di angka 5,1 persen hingga di tahun 2020 mendatang karena masih ditopang oleh faktor dominan yang bisa mempertahankan ekonomi sampai saat ini yakni internal domestik di antaranya konsumsi masyarakat, investasi sektor swasta, pemerintah dan perdagangan ekspor-impor.

"Kita berharap 2020 ekonomi Indonesia masih didorong sektor konsumsi yaitu kurang lebih 5,8 persen dan kalau dari konsumsi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama gangguan variabel lain tidak ada, Insyaallah kita terus dorong konsumsi," harapnya.

Baca juga: Sepakat dengan Jokowi, SBY: pertumbuhan lima persen tidak buruk

"Kalau konsumsi terus bertahan artinya di-support dari pendapatan dari pemerintah dan sektor swasta, PNS masih ditanggung negara. Kalau tenaga kerja ada berarti masih terima gaji, berarti belanja. Konsumsi dari aspek mendorong di atas lima persen, itu yang dijaga," ungkapnya.

Selain itu, kata Abdul Hamid, gelombang ekonomi selain pengaruh global juga dipengaruhi teknologi. Kegiatan teknologi, lanjutnya, di era digital sangat rentan karena bergerak sangat cepat sehingga menyebabkan kondisi ekonomi bisa naik turun.

"Untuk itu Indonesia juga harus menjaga tekanan ekonomi yang bergerak cepat pasar uang dan pasar modal dan industri kreatif. Maka, Indonesia untuk menjaga kestabilan teknologi foskus pada SDM, untuk mempersiapkan SDM yang bisa mengimbangi era digitalisasi sekarang ini," katanya.