Lembaga Kebudayaaan UMM segera miliki Museum Pendidikan
14 Desember 2019 11:42 WIB
Kartika Affandi, saat mengikuti Sarasehan Budaya memberikan dukungan terhadap pendirian Museum Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berfokus pada seni dan budaya. (ANTARA/HO/UMM)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam waktu dekat memiliki Museum Pendidikan sebagai wadah bagi mahasiswa, dosen dan karyawan untuk mengekspresikan seni dan budaya.
Kepala LK UMM Dr Daroe Iswatiningsih di Malang, Sabtu, mengemukakan perintisan pengembangan Museum Pendidikan tersebut mendapat respons positif dari salah satu pelukis kenamaan Indonesia, Kartika Affandi yang hadir dalam sarasehan Kamis (12/12) lalu.
"Perintisan Museum Pendidikan UMM saat ini telah memiliki lebih dari 500 item dari berbagai benda kuno (bersejarah) seperti gerabah, patung, lukisan, topeng, dan lainnya yang merupakan hibah dari salah satu dosen," kata Daroe.
Nantinya, konsep yang dihadirkan pada museum ini terbagi menjadi tiga, yakni display benda-benda budaya disertai katalog cetak (printing), visual dan audio visual.
Kedua, katanya, kajian-kajian dan terakhir penampilan seni dan budaya. "Museum ini nantinya akan memberikan wadah bagi mahasiswa, dosen dan karyawan untuk mengekspresikan seni dan budaya yang mereka kuasai dan mereka miliki," ucapnya.
Baca juga: Belasan mahasiswa asing UMM dikenalkan budaya Indonesia lewat KKN
Baca juga: Ethnomatika jadikan matematika lebih realistik bagi siswa
Daroe mengatakan beberapa kegiatan yang akan diadakan di museum pendidikan ini, antara lain edukasi dengan memberikan pelatihan kepada mahasiswa, dosen dan karyawan, misalnya membatik yang dilatih baik dari segi kognitif, pengetahuan atau keterampilan.
Tak hanya sebagai pusat pendidikan, kata Daroe, Museum Pendidikan UMM nantinya juga merupakan sebuah galeri seni dan budaya.
"Salah satu misi yang ingin disampaikan museum ini adalah mendekatkan Muhammadiyah dengan seni dan budaya. Muhammadiyah dinilai menjauhi seni dan budaya, padahal kedua hal tersebut merupakan instrumen dakwah kultural untuk semua bangsa," ucapnya.
Daroe mengemukakan museum ini juga akan mengadakan pelatihan kepada guru-guru tentang penulisan dan pengembangan media pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan edukasi. Ada juga penampilan dari mahasiswa dengan potensi seni dan budayanya.
"Kami memiliki motto 'Dari Muhammadiyah untuk Bangsa', jadi kita ingin membuka cakrawala dan mengarahkan jiwa nasionalisme kita berbasis seni dan budaya nusantara," tuturnya.
Daroe mengatakan dalam kesempatan sarasehan Kamis lalu, Kartika Affandi beradu kemampuan dengan Sadikin serta Azzam. Selain menampilkan karya melukisnya, Kartika juga menawarkan kerja sama dalam beberapa hal, salah satunya dengan kegiatan melukis yang melibatkan Kartika Affandi serta para pelukis lainnya.
Kemudian lukisan dilelang yang nantinya hasil lelang tersebut disumbangkan ke yatim piatu di Malang dan Yogyakarta.
Menurut Kartika Affandi, kata Daroe, dalam menciptakan sebuah karya didominasi oleh pengalaman pribadi dan berdasarkan realita.
Sepanjang perjalanan karirnya, perempuan 85 tahun ini tidak pernah menggambar berdasarkan imajinasi. "Semua berdasarkan pengalaman dan kenyataan, melukis tidak bisa dilakukan sekali dua kali melainkan harus terus menerus untuk menghasilkan karya," kata Daroe mengutip ucapan Kartika ketika menghadiri Sarasehan Kebudayaan di UMM Kamis lalu.*
Baca juga: UMM dijadikan mahasiswa Thailand belajar budaya Jawa Timur-an
Baca juga: Mahasiswa Thailand tertarik belajar budaya di UMM
Kepala LK UMM Dr Daroe Iswatiningsih di Malang, Sabtu, mengemukakan perintisan pengembangan Museum Pendidikan tersebut mendapat respons positif dari salah satu pelukis kenamaan Indonesia, Kartika Affandi yang hadir dalam sarasehan Kamis (12/12) lalu.
"Perintisan Museum Pendidikan UMM saat ini telah memiliki lebih dari 500 item dari berbagai benda kuno (bersejarah) seperti gerabah, patung, lukisan, topeng, dan lainnya yang merupakan hibah dari salah satu dosen," kata Daroe.
Nantinya, konsep yang dihadirkan pada museum ini terbagi menjadi tiga, yakni display benda-benda budaya disertai katalog cetak (printing), visual dan audio visual.
Kedua, katanya, kajian-kajian dan terakhir penampilan seni dan budaya. "Museum ini nantinya akan memberikan wadah bagi mahasiswa, dosen dan karyawan untuk mengekspresikan seni dan budaya yang mereka kuasai dan mereka miliki," ucapnya.
Baca juga: Belasan mahasiswa asing UMM dikenalkan budaya Indonesia lewat KKN
Baca juga: Ethnomatika jadikan matematika lebih realistik bagi siswa
Daroe mengatakan beberapa kegiatan yang akan diadakan di museum pendidikan ini, antara lain edukasi dengan memberikan pelatihan kepada mahasiswa, dosen dan karyawan, misalnya membatik yang dilatih baik dari segi kognitif, pengetahuan atau keterampilan.
Tak hanya sebagai pusat pendidikan, kata Daroe, Museum Pendidikan UMM nantinya juga merupakan sebuah galeri seni dan budaya.
"Salah satu misi yang ingin disampaikan museum ini adalah mendekatkan Muhammadiyah dengan seni dan budaya. Muhammadiyah dinilai menjauhi seni dan budaya, padahal kedua hal tersebut merupakan instrumen dakwah kultural untuk semua bangsa," ucapnya.
Daroe mengemukakan museum ini juga akan mengadakan pelatihan kepada guru-guru tentang penulisan dan pengembangan media pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan edukasi. Ada juga penampilan dari mahasiswa dengan potensi seni dan budayanya.
"Kami memiliki motto 'Dari Muhammadiyah untuk Bangsa', jadi kita ingin membuka cakrawala dan mengarahkan jiwa nasionalisme kita berbasis seni dan budaya nusantara," tuturnya.
Daroe mengatakan dalam kesempatan sarasehan Kamis lalu, Kartika Affandi beradu kemampuan dengan Sadikin serta Azzam. Selain menampilkan karya melukisnya, Kartika juga menawarkan kerja sama dalam beberapa hal, salah satunya dengan kegiatan melukis yang melibatkan Kartika Affandi serta para pelukis lainnya.
Kemudian lukisan dilelang yang nantinya hasil lelang tersebut disumbangkan ke yatim piatu di Malang dan Yogyakarta.
Menurut Kartika Affandi, kata Daroe, dalam menciptakan sebuah karya didominasi oleh pengalaman pribadi dan berdasarkan realita.
Sepanjang perjalanan karirnya, perempuan 85 tahun ini tidak pernah menggambar berdasarkan imajinasi. "Semua berdasarkan pengalaman dan kenyataan, melukis tidak bisa dilakukan sekali dua kali melainkan harus terus menerus untuk menghasilkan karya," kata Daroe mengutip ucapan Kartika ketika menghadiri Sarasehan Kebudayaan di UMM Kamis lalu.*
Baca juga: UMM dijadikan mahasiswa Thailand belajar budaya Jawa Timur-an
Baca juga: Mahasiswa Thailand tertarik belajar budaya di UMM
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: