Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mempersilakan mantan Presiden Bank Dunia yang kini bergabung di Global Infrastructure Partners (GIP), Jim Yong Kim, untuk berinvestasi sebesar-besarnya di Indonesia.

"Saya sampaikan, silahkan dibicarakan langsung dengan menteri yang terkait karena kita memang membutuhkan investasi," kata Presiden Jokowi memberikan keterangan mengenai hasil pertemuan dengan Jim Yong Kim di Istana Negara Jakarta, Jumat.

Presiden Jokowi menjelaskan Jim Yong Kim merupakan mantan Presiden Bank Dunia yang kini memegang GIP, yang spesialisasinya ada di bidang infrastruktur.

"Mereka, GIP melihat bahwa Indonesia ini memiliki keinginan yang sungguh-sungguh di bidang infrastruktur baik itu di pembangunan jalan tol, pembangunan pelabuhan, pembangunan bandara, pembangunan power plan," katanya.

GIP lanjut Presiden Jokowi, menilai secara ekonomi, semua proyek infrastruktur feasible (layak) sehingga mereka ingin membantu investasi di bidang itu.

GIP memberikan perhatian pada tiga bidang infrastruktur yaitu transmisi di listrik, bidang airport dan bidang hydro power.

"Tiga ini keinginan dari mereka. Saya sampaikan, silahkan dibicarakan langsung dengan menteri yang terkait karena kita memang membutuhkan investasi," kata Jokowi.

Ketika ditanya apakah ada insentif untuk mereka, Presiden mengatakan belum sampai ke situ. "Ini kan baru ketemu pertama," katanya.

Saat bertemu dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan, Jim Yong Kim juga menyampaikan komitmennya untuk berinvestasi di bidang infrastruktur di Indonesia.

Jim Yong Kim juga bertemu dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Kamis.

"Jadi tadi dia datang, tahun depan mereka menyiapkan tiga miliar dolar AS untuk investasi di beberapa airport, listrik dan transmisi," kata Luhut.

Luhut menjelaskan GIP menilai potensi besar Indonesia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan. Dengan alasan itu pula, Jim Yong Kim, menurut Luhut, ingin terus berinvestasi di Indonesia.

"Tiap tahun katanya mereka mau (investasi) tiga miliar dolar AS, tapi saya bilang tahun berikutnya bertambahlah, lima miliar dolar," katanya.

Luhut sendiri belum mengetahui pasti lokasi-lokasi yang akan dipilih untuk digarap GIP. Namun, kemungkinan ia akan mengusulkan proyek di bandara di Jakarta, Medan atau Bali.

Investasi GIP yang merupakan ekuitas swasta yang berinvestasi dalam proyek-proyek di negara kaya dan berkembang, dalam pandangan Luhut juga berarti bahwa Indonesia sangat terbuka pada peluang investasi yang ada.

"Jadi jangan dikira China, China, semua. Jangan salah, sekarang ini yang masuk di kita, investasi, sudah mix jadi bukan hanya satu entitas saja, China," katanya.

Baca juga: Mantan bos Bank Dunia ini ingin investasi infrastruktur di Indonesia
Baca juga: Bank Dunia: total kerugian kebakaran hutan Indonesia 5,2 miliar dolar