New York (ANTARA) - Harga minyak naik hampir satu persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah harapan bahwa Amerika Serikat (AS) dan China akan mencapai kesepakatan tentang sengketa perdagangan yang telah meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan global untuk minyak mentah.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari, bertambah 0,48 dolar AS menjadi ditutup pada 64,20 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,42 dolar AS menjadi berakhir di 59,18 dolar AS per barel.
Trump mencuit pada Kamis (12/12/2019) bahwa Amerika Serikat sangat dekat dengan masalah besar dengan China di tengah laporan bahwa negara itu sedang mempertimbangkan penundaan atau kemungkinan pembatalan tarif yang dijadwalkan berlaku pada 15 Desember.
Sementara harga-harga menerima dorongan baru segera setelah cuitan Trump tersebut, kontrak berjangka sedikit berkurang selama sesi ini.
"Sulit untuk menarik kesimpulan tegas dari yang terbaru," kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian di Stamford, Connecticut. "Tampaknya sudah dekat, tapi kita semua sudah menunggu kesepakatan ini terjadi."
Kemudian pada Kamis (12/12/2019), sebuah sumber yang menjelaskan tentang pembicaraan antara kedua negara mengatakan Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan perdagangan "fase-satu" secara prinsip dengan China, dan menambahkan bahwa pernyataan dari Gedung Putih diperkirakan akan segera.
Trump dijadwalkan untuk berdiskusi dengan penasihat perdagangan utamanya pada pukul 14.30 waktu setempat (1930 GMT) pada Kamis (12/12/2019). Menjelang pertemuan, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada para senator bahwa pengumuman mungkin "segera" tentang tarif AS, Senator Republik John Cornyn mengatakan kepada wartawan.
Prospek permintaan minyak telah diselimuti oleh ketegangan perdagangan AS dan China dan ketidakpastian mengenai apakah putaran baru tarif AS untuk barang-barang China akan mulai berlaku.
Kementerian perdagangan China mengatakan Beijing dan Washington dalam komunikasi yang erat, menolak mengomentari kemungkinan langkah pembalasan jika Trump mengenakan tarif tambahan.
Harga minyak telah menguat setelah OPEC dan produsen lain termasuk Rusia pekan lalu sepakat untuk mengekang produksi dengan tambahan 500.000 barel per hari pada kuartal pertama 2020.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak itu mengatakan pekan ini bahwa mereka sekarang memperkirakan defisit pasar minyak kecil di tahun depan, menunjukkan pasar lebih ketat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sebaliknya, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan kenaikan tajam dalam persediaan global meskipun ada perjanjian OPEC, mencatat ekspektasi untuk produksi yang lebih rendah oleh Amerika Serikat dan negara-negara non-OPEC lainnya.
Harga minyak juga didukung oleh Federal Reserve (Fed) AS yang mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada pertemuan Rabu (11/12/2019).
Bank Sentral Eropa juga mempertahankan kebijakan moneter ultra-mudah tidak berubah pada Kamis (12/12/2019), namun menjaga pintu terbuka untuk stimulus lebih lanjut.
"Sementara harga minyak cenderung mendapat manfaat lebih tinggi dari Fed yang dovish, dolar AS yang lebih lemah, IEA menegaskan kembali bahwa meskipun ada pengurangan produksi minyak yang lebih dalam, pasar minyak kemungkinan kelebihan pasokan di paruh pertama 2020," kata Analis Minyak UBS Giovanni Staunovo.
Baca juga: Harga emas jatuh, dipicu penguatan dolar dan pembelian aset aman turun
Baca juga: Bursa saham Inggris melonjak, Indeks FTSE-100 ditutup naik 57,22 poin
Baca juga: Bursa saham Jerman menguat, Indeks DAX-30 ditutup naik 74,90 poin
Harga minyak melonjak, ditopang harapan kesepakatan dagang AS-China
13 Desember 2019 05:58 WIB
Ilustrasi - Anjungan minyak lepas pantai di Huntington Beach, California, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/pri.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: