Tokyo (ANTARA) - Negara Jepang yang terkenal dengan sistem transportasi yang teratur dan terintegrasi juga ternyata pernah mengalami kepadatan yang luar biasa pada angkutan kereta perkotaan sehingga disebut dengan “Commuter Hell”.

Pakar Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) Hideaki Tanaka dalam diskusi yang bertajuk “Characteristict of Urban Railways in Japan” di Tokyo, Kamis, mengatakan kejadian yang menyebabkan “Commuter Hell” itu terjadi pada 1960an.

“Pada tahun 1960an ( tepatnnya, 1964) ini ada Olimpiade Musim Panas, jadi pada saat itu, kondisi Jepang sangat padat sekali,” kata Tanaka.

Ia menuturkan kondisinya sangat berdesakan bahkan terjadi dorong-mendorong antarpenumpang pada saat menaiki kereta.

Bahkan, lanjut Tanaka, tingkat kepadatannya mencapai 300 persen, meskipun jaringan kereta perkotaan sudah mencapai kisaran 1.500 kilometer pada tahun 1960an.

Karena itu lah, Ia mengatakan, timbul ide untuk mengembangkan jaringan kereta perkotaan bawah tanah karena sudah sangat sulit membangun di atas tanah.

Seiring waktu, jaringan kereta bawah tanah terus berkembang, yakni yang awalnya hanya 30,9 kilometer pada tahun 1960an, terus meningkat menjadi 1.880 kilometer pada 1980, kemudian 2.060 kilometer pada tahun 2000 dan 2.420 kilometer pada 2010.

Dengan demikian, Tanaka mengatakan, tingkat kepadatan (congestion rate) di dalam kereta pun terus berkurang dari 221 persen pada 1975 menjadi 176 pada 2020 hingga 164 persen pada 2016.

“Targetnya terus menurun sampai 150 persen, jadi penumpang di dalam kereta masih bisa membaca koran,” katanya.

Ia menyebutkan modal share masyarakat yang menggunakan kereta api mencapai 48 persen, bus tiga persen, sepeda 14 persen, jalan kaki 23 persen dan mobil 12 persen.

“Dibandingkan dengan kota besar lainnya di negara maju di dunia, seperti Seoul, London, New York dan Beijing, Jepang masih menduduki posisi tertinggi dalam penggunaan kereta,” katanya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Jepang, panjang lintasan kereta di Jepang, yakni 27.532 kilometer dengan rincian di tiga kota besar, di antaranya Tokyo mencapai 2.420 kilometer (8,8 persen), sementara itu di kota besar lainnya, yakni Osaka 1.552 kilometer (5,6 persen) dan Nagoya 977 kilometer (3,5 persen).