Intoleransi di masyarakat, BPIP: Mari kembali ke akal sehat
11 Desember 2019 23:28 WIB
Plt. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Hariyono memberikan arahan pada kegiatan Musyawarah Nasional "Pemantapan Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Giat Permainan Tradisional" di Tamansari, Bogor, Selasa (10-12-2019). ANTARA/Riza Harahap
Medan (ANTARA) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengajak untuk kembali ke akal sehat menanggapi adanya intoleransi di kalangan masyarakat.
"Ini yang harus kita kembalikan sehingga mereka menjadi manusia sehat karena konsep kebangsaan yang sehat hanya bisa dibangun dengan pikiran manusia dan cara yang sehat," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPIP Prof. Hariyono di Medan, Rabu.
Hariyono menyebut Pancasila sejak awal berangkat dari pikiran yang sehat, yang penuh dengan kebajikan, dan tidak bertentangan dengan agama yang dianut warga negara Indonesia.
"Sejak awal pendiri bangsa kita tidak ingin menjadikan bangsa kita bangsa eksklusif karena keberagaman bangsa kita, negara kita adalah negara kebangsaan yang inklusif," kata Hariyono melanjutkan.
Baca juga: BPIP ingin pembumian Pancasila hadir dalam inovasi dan prestasi
Baca juga: BPIP harapkan Kesbangpol laksanakan Pancasila untuk cegah radikalisme
Baca juga: Jelang Pilkada, BPIP ajak Kesbangpol wilayah barat bumikan Pancasila
Intoleransi di tengah masyarakat Indonesia kini, menurut dia, dapat berasal dari hal kecil di rumah. Misalnya, penanaman nilai intoleran dari penyebaran informasi melalui teknologi yang disebarkan ke lingkup keluarga kecil.
"Kita ingin enggak, anak cucu kita di rumah mencurigai temannya, tetangganya karena berbeda etnis atau suku bangsa? Maka dari itu, kembalikan kepada diri kita," kata Hariyono.
Menurut dia, orang dengan kepribadian tertutup dan penuh kecurigaan dengan orang berbeda etnis maupun suku bangsa, tidak mudah untuk menerima perkembangan zaman.
"Itu menjadi tantangan bagi kita, bahwa perilaku yang intoleran radikal itu secara konsep kepribadian tidak sehat dalam konteks sosial masyarakat dan kebangsaan," ujar Hariyono.
"Ini yang harus kita kembalikan sehingga mereka menjadi manusia sehat karena konsep kebangsaan yang sehat hanya bisa dibangun dengan pikiran manusia dan cara yang sehat," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPIP Prof. Hariyono di Medan, Rabu.
Hariyono menyebut Pancasila sejak awal berangkat dari pikiran yang sehat, yang penuh dengan kebajikan, dan tidak bertentangan dengan agama yang dianut warga negara Indonesia.
"Sejak awal pendiri bangsa kita tidak ingin menjadikan bangsa kita bangsa eksklusif karena keberagaman bangsa kita, negara kita adalah negara kebangsaan yang inklusif," kata Hariyono melanjutkan.
Baca juga: BPIP ingin pembumian Pancasila hadir dalam inovasi dan prestasi
Baca juga: BPIP harapkan Kesbangpol laksanakan Pancasila untuk cegah radikalisme
Baca juga: Jelang Pilkada, BPIP ajak Kesbangpol wilayah barat bumikan Pancasila
Intoleransi di tengah masyarakat Indonesia kini, menurut dia, dapat berasal dari hal kecil di rumah. Misalnya, penanaman nilai intoleran dari penyebaran informasi melalui teknologi yang disebarkan ke lingkup keluarga kecil.
"Kita ingin enggak, anak cucu kita di rumah mencurigai temannya, tetangganya karena berbeda etnis atau suku bangsa? Maka dari itu, kembalikan kepada diri kita," kata Hariyono.
Menurut dia, orang dengan kepribadian tertutup dan penuh kecurigaan dengan orang berbeda etnis maupun suku bangsa, tidak mudah untuk menerima perkembangan zaman.
"Itu menjadi tantangan bagi kita, bahwa perilaku yang intoleran radikal itu secara konsep kepribadian tidak sehat dalam konteks sosial masyarakat dan kebangsaan," ujar Hariyono.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: