Jakarta (ANTARA) -
Di Jepang terdapat sejumlah restoran halal yang menyajikan makanan otentik Negeri Sakura sehingga para wisatawan muslim bisa menikmati kuliner setempat tanpa rasa khawatir.

Biasanya restoran halal di Jepang identik dengan restoran India, Turki atau Asia Tenggara. Namun kini ada sejumlah restoran makanan khas Jepang yang ramah muslim atau sudah memiliki sertifikasi halal.

ANTARA merangkum daftar kedai ramen ramah muslim atau yang punya sertifikasi halal di Jepang, tepatnya di kota Tokyo, sebagai pilihan untuk mengisi perut keroncongan saat melancong di Negeri Sakura.

Baca juga: Turis muslim global diperkirakan capai 158 juta orang di 2020

Baca juga: Mencicip mekanan pembuka halal khas Jepang


Ayam-YA Okachimachi
Kedai ramen Ayam-YA Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)


Lokasi kedai ramen ini tak jauh dari jalan raya Ueno. Plang Ayam-YA menghiasi bagian depan dari restoran berhias sekat-sekat kayu. Kedai ramen Ayam-Ya sudah mendapatkan sertifikasi halal, jadi semua masakan yang disajikan sudah terjamin halal. Logo sertifikasi halal ditempel di pintu depan, sehingga pengunjung bisa melihatnya saat masuk.

Cara memesan makanan di Ayam-YA berbeda dari prosedur di Indonesia. Pengunjung hanya bisa memilih menu dan membayar melalui mesin voucher yang terlihat seperti mesin penjual minuman yang ada di tempat-tempat umum.

Di mesin itu tertera foto, nama menu dan ukuran porsi beserta harga. Anda hanya perlu memasukkan uang kertas di tempat yang sudah disediakan, kemudian memencet tombol di bawah menu yang diinginkan. Mesin akan mengeluarkan tiket menu serta uang kembalian, bila ada.

ANTARA memilih salah satu menu rekomendasi di restoran ini, yakni Spicy Tori Ramen Soyu seharga 890 yen (Rp114.500). Serahkan tiket itu kepada pramusaji yang akan menyajikan menu pilihan Anda.

Lantai satu dipakai sebagian besar untuk dapur, sementara kursi dan meja pengunjung berada di lantai dua. Meski sudah mulai larut, masih ada banyak pengunjung, termasuk turis Indonesia.

Suasana Jepang di restoran berpadu dengan kehangatan kampung halaman, pramusaji yang menyambut ANTARA pada November lalu adalah orang Indonesia sehingga komunikasi terasa lebih mudah. Sambil menyesap air mineral dingin yang tersedia secara cuma-cuma di tiap meja, terdengar obrolan dalam bahasa Indonesia dari meja lain.
Spicy Tori Ramen Soyu di kedai ramen Ayam-YA Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)


Tak berapa lama, Spicy Tori Ramen Soyu akhirnya disajikan dalam mangkuk besar. Kuahnya berwarna kemerahan sebagai bukti dari jejak-jejak cabai. Irisan daging ayam yang lembut diletakkan sebagai topping, juga potongan tipis daun bawang yang jadi pelengkap.

Untuk lidah Indonesia, tingkat kepedasan Spicy Tori Ramen Soyu terbilang cukup. Tak terlalu pedas, tapi tidak hambar. Cocok untuk melepas rindu pada rasa makanan Indonesia setelah diserbu rasa manis yang dominan pada kuliner-kuliner Jepang.

Kuahnya lezat, selain itu teksur ramennya halus namun kenyal saat digigit. Ukuran ramennya serupa mi instan, hanya saja bentuk minya lurus, tak terlalu tipis atau tebal. Ada sensasi renyah berkat kehadiran potongan bawang bombay dan daun bawang.

Baca juga: Mencicipi restoran China yang pernah disinggahi Soekarno tahun 1965

Baca juga: Menikmati wisata muslim Xi'an



Ramen Ichiran No Pork Shinjuku
Ramen Ichiran, Shinjuku, Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)


Salah satu restoran ternama di Jepang ini tidak punya sertifikasi halal, tapi mereka punya cabang restoran yang ramah muslim karena tak menyediakan babi dan alkohol.

Cabang "no pork" ini berlokasi di 7 Chome-10-18 Nishishinjuku Shinjuku-ku Tokyo-to.

Penanda utama adalah plang serba hijau dengan tulisan "No Pork Ramen". Perhatikan baik-baik papan nama restoran untuk memastikan Anda berada di tempat yang benar, sebab ada restoran Ichiran lain di dekat kawasan tersebut.

Ramen Ichiran sendiri sebenarnya terkenal karena memiliki kuah kaldu yang terbuat dari babi. Khusus untuk cabang "No Pork Ramen" di Shinjuku, kuahnya dibuat dari ayam dan bahan-bahan lain agar rasanya serupa dengan ramen tonkotsu (kuah babi).

Menu yang diinginkan bisa dipesan lewat mesin tiket di bagian depan restoran. Harga untuk ramen Ichiran "no pork" sedikit lebih mahal dibandingkan cabang lainnya. Menu standard di ramen Ichiran biasa bisa didapatkan dengan harga 980 yen, sementara harga ramen Ichiran "no pork" berada sedikit di atas 1000 yen.

Dibandingkan kedai Ramen Ichiran biasa yang antreannya mengular hingga harus menunggu belasan hingga puluhan menit pada jam-jam tertentu, kedai No Pork tergolong lebih sepi.

Sama seperti kedai lainnya, Ramen Ichiran bisa dinikmati pengunjung yang datang sendirian karena setiap kursi dihalangi sekat, serupa dengan bilik di kantor namun ukurannya lebih kecil.
Ramen Ichiran, Shinjuku, Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)
Ramen Ichiran, Shinjuku, Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)


Setelah mendapatkan tempat duduk, pengunjung akan diminta mengisi lembar pemesanan agar mi yang datang sesuai dengan selera.

Anda dapat memilih apakah ingin mendapat topping berupa rebusan daging sapi yang lembut dan gurih, tekstur mi yang diinginkan dan seberapa pekat kaldu, seberapa banyak bawang putih, daun bawang serta saus merah pedas yang ingin dimasukkan ke dalam mangkuk.

Tingkat kepedasan yang ditawarkan berkisar dari tanpa cabai, mild, medium, spicy level dua hingga sepuluh.

Lembar itu akan diambil oleh pelayan di balik tirai yang berhadapan dengan pengunjung. Tirai tersebut hanya dibuka ketika pramusaji mengambil lembar pesanan dan menyajikan mi. Sama sekali tidak ada kontak mata, sebab tirai itu menutupi wajah pramusaji dan tamu.

Di Jepang, makan sendirian bukan hal aneh. Itu sebabnya ada banyak restoran yang menyediakan tempat nyaman untuk tamu individu. Pengunjung bisa sepenuhnya berkonsentrasi pada ramen dengan konsep tempat makan seperti ini.
Ramen Ichiran, Shinjuku, Tokyo, Jepang. (ANTARA/Nanien Yuniar)


Mi disajikan dalam kotak makan segi empat, mirip dengan tempat bento. Saat tutupnya dibuka, asap langsung mengepul, memperlihatkan kuah kaldu dengan mi tipis, potongan daun bawang di satu sisi dan daging sapi di sisi lain. Saus pedas khas Ichiran diletakkan di bagian atas mi.

Kombinasi itu terdiri dari mi yang lezat, daging yang lembut serta kuah gurih namun pas di lidah yang dengan mudah bisa dihabiskan hingga ke tetes terakhir.

ANTARA memesan saus merah level medium, setingkat lebih tinggi dari level mild yang direkomendasikan, namun ternyata rasanya tak seberapa pedas.

Bila masih lapar, Anda bisa memesan menu tambahan yang daftarnya tersedia di setiap bilik. Tak perlu repot-repot membayar di mesin tiket, menu tambahan bisa dibeli dengan uang tunai.

Baca juga: Cara mudah berburu makanan halal di Korea

Baca juga: Pameran travel Korea 2019 usung wisata ramah muslim, ada apa saja?

Baca juga: Tokyo gelar peragaan busana muslim pertama


​​​​​​​Lanzhou Ramen Mazulu, Tokyo
Lanzhou Ramen Mazulu, Tokyo (ANTARA/Nanien Yuniar)
Suasana restoran Lanzhou Ramen Mazulu, Tokyo (ANTARA/Nanien Yuniar)


Letaknya hanya tiga menit berjalan kaki dari stasiun Tokyo, ramen dengan citarasa China ini berada di antara gedung-gedung bertingkat menjulang di Tokyo, tepatnya di Grand Tokyo South Tower B1, 1-9-2 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-6690.

Restoran ini terlihat mencolok, bagian depannya berwarna toska dan putih, tulisan "Mazulu Halal Beef Noodle" terpampang besar. Logo sertifikasi halal dari Nippon Asia Halal Certification juga tertera di situ.

Pemesanan langsung lewat pramusaji yang berjaga di bagian depan, tidak melalui mesin tiket. Ketika ANTARA berkunjung ke sana, hanya ada satu menu seharga 950 yen (Rp122.500).
Lanzhou Ramen Mazulu, Tokyo (ANTARA/Nanien Yuniar)


Namun jenis mi bisa disesuaikan dengan selera, mulai dari mi serupa bihun hingga mirip kwetiau, juga tekstur lurus hingga keriting. Anda bisa memilih gambar yang sudah disediakan, meski tidak ada keterangan bahasa Inggris, pramusaji siap menjelaskan bila ada hal yang tidak dimengerti.

Dari sembilan pilihan mi, pramusaji merekomendasikan pilihan nomor dua, yakni mi keriting dengan ketebalan sedang.

Mi pilihan pengunjung langsung dibuat di dapur dengan kaca transparan, sehingga proses pembuatan bisa dilihat langsung. Para koki yang menggunakan peci dengan cekatan mengolah setiap adonan mi menjadi bentuk yang diinginkan pembeli. Proses pembuatan mi jadi hiburan tersendiri sembari menanti makanan disajikan.
Lanzhou Ramen Mazulu, Tokyo (ANTARA/Nanien Yuniar)


​​​​​​​Ramen ala Mazulu punya cita rasa yang berbeda dari ramen-ramen di Jepang. Kuahnya tidak terlalu berkaldu, bumbunya ringan, menciptakan cita rasa sederhana namun segar dengan tambahan potongan daun seledri. Ramen ini dilengkapi topping irisan daging sapi yang lembut serta potongan daging berbentuk dadu dan lobak dalam setiap mangkuk.

Meski sudah secara khusus meminta ramen yang pedas, namun tambahan sambal yang diberikan sama sekali tidak terasa membakar mulut. Namun rasa yang tersaji dalam ramen sederhana itu sangat pas di lidah.

Baca juga: Chicken Ramen, ramen halal untuk pecinta ramen

Baca juga: Sushi Tei Indonesia kini sudah bersertifikat halal

Baca juga: Tokyo sediakan restoran halal bagi wisatawan muslim



​​​​​​​