Sleman (ANTARA) - Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pengusaha hotel memakai produk hasil olahan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) setempat.

"Misalnya untuk sajian snack dan 'welcome drink'. Sebaiknya mengambil dari UMKM Sleman, kalau tidak ada baru mengambil dari kabupaten dan kota lain. Silakan di-explor sesuatu yang khas Sleman," kata Kepala Dinkop UKM Kabupaten Sleman, Pustopo saat Temu Usaha Kemitraan UMKM Bidang Makanan dan Minuman dengan Usaha Hotel dan Restoran di Omah Kecebong, Sleman, Senin.

Di hadapan manajemen hotel, restoran, serta pelaku UMKM, Pustopo menerangkan bahwa kemitraan yang terjalin antara hotel dan UMKM akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Baca juga: Pemkab Sleman pertemukan penanam modal dengan pelaku UMKM

Pihak hotel dapat memberikan sajian khas Sleman, dan UMKM juga dapat memasarkan produknya.

"Kerja sama tidak serta merta harus dipaksakan, tapi UMKM-nya juga harus meningkatkan diri, menyesuaikan dengan standar hotel," katanya.

Menurut dia, untuk menumbuhkan dan melindungi usaha mikro menjadi usaha yang tangguh, maju, mandiri, dan berdaya saing, Pemerintah Kabupaten Sleman menerbitkan Perda Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro.

"Pasal 11 dalam Perda ini mencantumkan bahwa dalam rangka perlindungan aspek pemasaran, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan hotel bintang empat wajib menampung produk dan menyediakan ruang usaha bagi pelaku usaha mikro," katanya.

Para perwakilan manajemen hotel yang hadir menyatakan mendukung adanya kemitraan dengan UMKM ini.

Baca juga: Kesadaran UMKM di Sleman lakukan register rendah

Executive Assistant Manager Hotel Grand Keysha Sleman Didik Priyo menyatakan kebijakan itu adalah hal yang positif.

"Kami memakai jamu tradisional sebagai sajian, sudah tahun ini. Kami juga mengambil bakpia dari UMKM kecil di Sleman, dijadikan sajian welcome. Semoga kemitraan ini bisa berkelanjutan dengan baik," katanya.

Ia mengatakan satu hal penting yang ditekankan adalah konsistensi UMKM dalam memasok produknya ke hotel.

Salah satu pelaku UMKM yang hadir, Puri Handayani dari Griya Olah Salak, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, menyatakan harapannya agar produknya bisa diambil oleh hotel-hotel yang ada di Sleman.

"Semoga bisa menjalin kerja sama dengan hotel dan sektor pariwisata, agar produk kita juga bisa masuk ke showroom mereka," katanya.

Baca juga: Sleman gelar Festival Kuliner "Jajal Jajanan Sleman"

Puri Handayani dan kawan-kawannya di Griya Olah Salak saat memproduksi beragam produk kuliner berbahan baku salak pondoh yang dikenal sebagai buah khas Sleman.

Buah Salak ini diolah menjadi bakpia, geplak, campuran bumbu pepes, rendang, manisan, wajik, dan madumongso.

Untuk bakpia, Griya Omah Salak saat ini dalam sebulan mampu memproduksi 350 kotak, dengan isi 15 bakpia dalam satu kotaknya.

Meski demikian, sebagai pelaku usaha kecil rumahan dengan modal terbatas, Puri juga mengaku kesulitan kalau harus menggunakan sistem konsinyasi (jual titip).

"Saat ini kami baru bisa menjual dengan sistem bayar tunai atau minimal dengan panjar," katanya.

Baca juga: Kedai Kopi Merapi dilirik jadi potensi wisata kuliner Sleman