Jakarta (ANTARA) - Yayasan Pelita Ilmu ​​​​mengingatkan pentingnya
peningkatan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya.

Hal ini perlu menjadi perhatian serius mengingat perempuan sebagai ibu berpotensi menularkan virus HIV kepada anaknya.

"Pencegahan HIV di kelompok dewasa dan kelompok berisiko sudah banyak yang mengerjakan, tapi khusus pencegahan dari ibu ke bayi masih sedikit," kata Ketua YPI Toha Muhaimin saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

Yayasan Pelita Ilmu (YPI) sebagai lembaga kemasyarakatan pertama di Indonesia yang "concern" terhadap pencegahan HIV/AIDS saat ini memfokuskan program untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.

Menurut Toha, jumlah pengidap HIV wanita saat ini mencapai 33 persen dari seluruh penderita HIV tercatat di Indonesia.

Salah satu cara penularan HIV adalah melalui hubungan seksual, secara biologis dan anatominya. Wanita lebih mudah tertular dibanding laki-laki.

Lebih berpotensi laki-laki positif menularkan HIV kepada wanita negatif, dibanding wanita positif menularkan HIV ke laki-laki negatif. Tapi wanita memiliki potensi untuk menularkan HIV ke anak karena bisa mengandung.

Baca juga: DPRD pertanyakan langkah Dinkes DKI tangani HIV di Jakarta

Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dilakukan dengan berbagai penanganan diawali dengan pemeriksaan tes HIV bagi ibu hamil.

Toha mengatakan, pemerintah telah mewajibkan setiap Puskesmas melakukan pemeriksaan tes HIV kepada ibu hamil.

Tapi, lanjut dia, dari 6.000 jumlah layanan kesehatan pemeriksaan tes HIV baru diakses sekitar 2,5 persen.

"Itu berdasarkan data SIHA Kemeskes triwulan kedua tahun 2019 ini, artinya masih sedikit," kata Toha.

Untuk itu, YPI yang kini berusia 30 tahun ikut serta membantu pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dari ibu ke bayi.

Menurut dia, semakin banyak orang yang dites HIV maka upaya pencegahan semakin cepat dilakukan.

Pengajar Universitas Indonesia (UI) ini menyebutkan, wanita positif HIV masih bisa hamil dan memiliki anak negatif, dengan cara pencegahan, melakukan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI ke bayi dan ibu wajib mengkonsumsi obat terapi ARV.

Baca juga: YPI hilangkan stigma ODHA sebagai beban

Wanita pengidap HIV diberikan pendampingan selama kehamilan hingga persalinan, wajib kontrol supaya bayi yang dikandungnya bisa negatif.

Saat ini YPI telah mendampingi sekitar 200 anak menderita HIV di Jakarta yang tertular dari orang tuanya. Pendampingan dilakukan dengan pemberian asupan gizi, pendidikan dan juga terapi ARV.

Sementara itu, berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Kementerian Kesehatan triwulan II April-Juni 2019 mencatat kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 11.519 orang dengan rasio perbandingan laki-laki dan perempuan dua berbanding satu.

Kelompok umur tertinggi terinveksi HIV sebesar 71 persen dari kelompok umur 25 hingga 49 tahun, diikuti kelompok umur 21-24 tahun sebesar 14,4 persen, dan kelompok umur di atas 50 tahun sebanyak sembilan persen.

Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 hingga 2019 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2019 sebanyak 349.882 (60,7 persen dari estimasi odha tahun
2016 sebanyak 640.443).

Sedangkan untuk AIDS dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif
stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan
Juni 2019 sebanyak 117.064 orang.
Baca juga: DKI gelar pemeriksaan HIV gratis untuk 10.000 orang