New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan membukukan kenaikan tajam mingguan setelah OPEC dan sekutunya sepakat untuk memperdalam pemotongan produksi sebesar 500.000 barel per hari pada awal 2020.
Pemotongan tambahan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama lainnya termasuk Rusia - kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ - akan berlangsung sepanjang kuartal pertama. Kelompok ini akan bertemu lagi pada awal Maret untuk pertemuan luar biasa guna menetapkan kebijakannya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik satu dolar AS atau 1,6 persen menjadi ditutup pada 64,39 dolar AS per barel dan meningkat sekitar tiga persen pada minggu ini.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari ditutup 77 sen atau 1,3 persen lebih tinggi menjadi 59,20 dolar AS per barel.
Minyak mentah WTI meningkat sekitar tujuh persen pada minggu ini, kenaikan terbesar mereka sejak Juni, setelah data pemerintah AS pada Rabu (4/12/2019) menunjukkan stok minyak mentah domestik jatuh untuk pertama kalinya dalam enam minggu.
Pemotongan produksi OPEC+ tahun depan merupakan tambahan untuk pembatasan yang disetujui sebelumnya oleh kelompok itu sebesar 1,2 juta barel per hari dan akan mewakili sekitar 1,7 persen dari produksi minyak global.
OPEC akan menanggung sekitar dua pertiga dari pemotongan tambahan.
Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kerajaan itu, pengekspor minyak terbesar di dunia dan pemimpin de facto OPEC, akan melanjutkan pengurangan sukarela 400.000 barel per hari.
Dia menambahkan bahwa setelah peningkatan kepatuhan dari anggota lain, pemotongan yang sebenarnya akan efektif 2,1 juta barel per hari.
"Saudi melakukan pekerjaan yang baik dalam menetapkan harapan bahwa mereka dapat memiliki pemotongan tambahan," kata Direktur berjangka Mizuho, Bob Yawger di New York.
Kekhawatiran akan melimpahnya minyak mentah global sebagian dihilangkan oleh pernyataan bahwa Arab Saudi dapat mengurangi produksinya lebih lanjut, katanya.
Setiap kenaikan harga dari penurunan produksi OPEC+ kemungkinan akan menguntungkan produsen Amerika yang tidak ikut serta dalam perjanjian pembatasan pasokan. Pengebor AS telah memecahkan rekor produksi bahkan ketika mereka telah memotong jumlah rig minyak yang beroperasi selama 12 bulan berturut-turut, meningkatkan Amerika Serikat ke posisi teratas produsen dunia.
"Pasokan (minyak) serpih Amerika Utara akan terus meningkat bahkan di lingkungan dengan harga minyak yang lebih rendah," kata Rystad Energy dalam sebuah catatan.
Harga minyak yang lebih tinggi juga mendukung penawaran umum perdana (IPO) perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco, yang memberi harga sahamnya pada Kamis (5/12/2019) di atas kisaran yang ditunjukkan.
Penjualan saham tersebut merupakan IPO terbesar di dunia, mengalahkan 25 miliar dolar AS yang dicatatkan Alibaba Group Holdings pada tahun 2014, tetapi tidak mencapai penilaian senilai dua triliun dolar AS untuk Aramco yang dicari oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Investor asing menjauh dan penjualan yang dibatasi untuk individu Saudi dan investor regional.
Baca juga: Dolar kembali bersinar, setelah lima hari beruntun jatuh
Baca juga: Harga emas jatuh, dipicu lonjakan ekuitas dan penguatan dolar AS
Harga minyak melonjak, dipicu peningkatan pemotongan produksi OPEC+
7 Desember 2019 07:34 WIB
Ilustrasi - Pipa minyak, OPEC. ANTARA/REUTERS (ANTARA/REUTERS)
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: