Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengingatkan kembali tanggung jawab keumatan dan kebangsaan di depan hadirin Musyawarah Kerja Nasional 2 Rabithah Alawiyah yang digelar di Jakarta pada 6-8 Desember 2019.

"Paling tidak kita punya dua tanggung jawab besar yang harus kita lakukan, yakni tanggung jawab keumatan dan kebangsaan serta kenegaraan," kata Ma'ruf saat menyampaikan pidato di pembukaan Mukernas 2 Rabithah Alawiyah di Jakarta, Jumat malam.

Dia mengatakan tanggung jawab keumatan dapat diperankan setiap pemangku kepentingan dengan tetap menjaga umat dari akidah-akidah yang menyimpang.

Ma'ruf mencontohkan akidah menyimpang itu seperti menganggap terdapat nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Pemberdayaan ekonomi umat Islam jadi fokus mukernas Rabithah Alawiyah

"Kita juga menjaga umat dari mengkonsumsi meminum (dan makanan) yang tidak halal, karena itu kita kembangkan upaya-upaya untuk melakukan sertifikasi halal. Kita juga melakukan perbaikan umat baik dalam segi pendidikan maupun ekonomi," katanya.

Wapres juga mengingatkan pentingnya unsur ormas dan seluruh elemen umat Islam untuk memerankan tanggung jawab kebangsaan sebagaimana dicontohkan para pendahulu bangsa.

Ma'ruf menyebut para ulama dan santri berjasa untuk merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Peran para pendiri bangsa yang di dalamnya terdapat umat Islam tidak bisa dilupakan begitu saja.

Maka, kata dia, setiap unsur umat Islam di masa kini harus turut menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdiri atas kesepakatan.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga menyampaikan persatuan umat Islam yang terdiri dari berbagai latar belakang. Umat Islam dan seluruh unsur bangsa jangan sampai umat berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi.

Alasannya, kata dia, tidak akan mungkin tercapai tujuan tanpa adanya gerakan bersama. Maka umat perlu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada.

Sementara itu, Ma'ruf menyampaikan pujian kepada Rabithah Alawiyah yang juga peduli masalah keumatan, kebangsaan serta kenegaraan.

Baca juga: Rabithah Alawiyah: Hasil pemilu penting, tapi persatuan lebih penting