Rupiah akhir pekan menguat, ditopang optimisme kesepakatan AS-China
6 Desember 2019 17:27 WIB
Seorang teller sebuah bank merapikan lembaran mata uang rupiah dan dolar Amerika di Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/am. (ANTARA FOTO/puspa perwitasari)
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan sore ini terapresiasi seiring munculnya harapan adanya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China pada pertengahan Desember ini.
"Pelaku pasar uang optimistis sebelum tutup tahun ini akan terjadi kesepakatan dagang AS-China, rencananya tanggal 15 Desember ini," ujar Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Jumat sore ini menguat 27 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.038 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.065 per dolar AS.
Kendati demikian, menurut Ariston, apresiasi rupiah relatif masih terbatas mengingat pada pengalaman sebelumnya Presiden AS Donald Trump suka melontarkan keputusan yang kontroversial.
"Pelaku pasar mulai melakukan akumulasi ke aset mata uang berisiko meski tidak terlalu masif, mereka masih wait and see juga. Namun sejauh ini tone-nya cukup positif mengenai perang dagang," ucapnya.
Menurut dia, jika kesepakatan perdagangan AS-China itu benar-benar terjadi maka ruang bagi mata uang rupiah akan masuk dalam tren penguatan terhadap dolar AS.
Dari dalam negeri, lanjut dia, data cadangan devisa Indonesia yang stabil di tengah perlambatan ekonomi global turut memberikan optimisme terhadap pelaku pasar bahwa ekonomi nasional cukup kondusif.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2019 sebesar 126,6 miliar dolar AS, turun tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2019 sebesar 126,7 miliar dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.037 per dolar AS dibanding hari sebelumnya (5/12) di posisi Rp14.094 per dolar AS.
Baca juga: Ketua Umum PHRI gembira Dirut Garuda diganti, ini alasannya
Baca juga: Dolar turun untuk sesi kelima beruntun tertekan data ekonomi lemah
"Pelaku pasar uang optimistis sebelum tutup tahun ini akan terjadi kesepakatan dagang AS-China, rencananya tanggal 15 Desember ini," ujar Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Terpantau, pergerakan rupiah pada Jumat sore ini menguat 27 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.038 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.065 per dolar AS.
Kendati demikian, menurut Ariston, apresiasi rupiah relatif masih terbatas mengingat pada pengalaman sebelumnya Presiden AS Donald Trump suka melontarkan keputusan yang kontroversial.
"Pelaku pasar mulai melakukan akumulasi ke aset mata uang berisiko meski tidak terlalu masif, mereka masih wait and see juga. Namun sejauh ini tone-nya cukup positif mengenai perang dagang," ucapnya.
Menurut dia, jika kesepakatan perdagangan AS-China itu benar-benar terjadi maka ruang bagi mata uang rupiah akan masuk dalam tren penguatan terhadap dolar AS.
Dari dalam negeri, lanjut dia, data cadangan devisa Indonesia yang stabil di tengah perlambatan ekonomi global turut memberikan optimisme terhadap pelaku pasar bahwa ekonomi nasional cukup kondusif.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2019 sebesar 126,6 miliar dolar AS, turun tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2019 sebesar 126,7 miliar dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.037 per dolar AS dibanding hari sebelumnya (5/12) di posisi Rp14.094 per dolar AS.
Baca juga: Ketua Umum PHRI gembira Dirut Garuda diganti, ini alasannya
Baca juga: Dolar turun untuk sesi kelima beruntun tertekan data ekonomi lemah
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: