Jakarta (ANTARA) - Pertemuan "Bali Democracy Forum" (BDF) ke-12 yang diselenggarakan tahun ini pada 5-6 Desember menyoroti tiga tantangan pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam membangun ekonomi yang merangkul semua kalangan atau inklusif, antara lain ketimpangan, pembangunan tidak merata, dan rendahnya tingkat pendidikan.
Tantangan itu disepakati oleh 11 pembicara diskusi panel bertajuk "Demokrasi dan Inklusivitas" yang menjadi salah satu tema pembahasan "Bali Democracy Forum" di Bali, Kamis (5/12).
Dalam mengatasi masalah itu, Direktur Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Christophe Bahuet menyampaikan ekonomi kreaktif memiliki peranan penting dalam memperluas pembangunan inklusif.
Perlu diketahui, ekonomi kreatif merupakan salah satu agenda yang terus dipromosikan pemerintah Indonesia dalam forum PBB, dan usulan itu telah disambut baik lewat disahkannya resolusi terkait ekonomi kreatif pada Sidang Majelis PBB di New York, kata Kementerian Luar Negeri RI, penyelenggara BDF, lewat siaran tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, menyampaikan pembangunan ekonomi yang inklusif merupakan syarat utama memelihara sistem demokrasi di Indonesia. "Demokrasi tanpa pemenuhan ekonomi akan sulit berkembang," kata Iskandar.
Tidak hanya itu, pembicara lain yang terdiri dari perwakilan pemerintah, perusahaan rintisan, pihak swasta, asosiasi pengusaha, akademisi, badan PBB, lembaga pengawas, dan perbankan juga menyampaikan ekonomi inklusif dapat diciptakan melalui pemerataan pembangunan infrastruktur, pemanfaatan teknologi, serta peningkatan akses pendidikan untuk seluruh kalangan masyarakat.
Menurut Kemlu RI, dialog mengenai ekonomi inklusif diharapkan menjadi wadah berbagi pengalaman atau best practices dari para pemangku kepentingan sehingga ada kerja sama konkrit yang dapat dibuat dalam mengembangkan kapasitas negara-negara berkembang.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah guna mendukung pembangunan ekonomi inklusif mencakup penandatanganan nota kesepahaman antara Kemlu RI dengan Bank Rakyat Indonesia untuk pemberdayaan dan pengembangan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia serta wilayah pasifik.
Bali Democracy Forum merupakan pertemuan kerja sama tahunan negara-negara sistem demokrasi di Asia yang diadakan setiap Desember di Bali. Forum itu pertama kali diadakan pada 2008, dan saat ini ada kurang lebih 20 negara yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Baca juga: Menlu RI bertemu Menteri Singapura bahas penguatan kualitas SDM
Baca juga: Menlu RI-Timor Leste bahas kerja sama di wilayah perbatasan
Baca juga: Indonesia bantu latih diplomat Suriname
BDF sampaikan tiga tantangan membangun ekonomi inklusif
6 Desember 2019 16:03 WIB
Panelis berbicara pada sesi diskusi bertajuk "Demokrasi dan Inklusivitas" pada Bali Democracy Forum ke-12 di Bali, Kamis (5/12/2019). ANTARA/HO Kemlu RI/am.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019
Tags: