Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) berupaya memfasilitasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa memperoleh pendanaan dari investor di pasar modal untuk memperbesar modal melalui papan akselerasi.

"Kami ada tiga kelompok, ada papan utama untuk perusahaan yang memang sudah besar, papan pengembangan untuk perusahaan yang rugi tetapi mau 'go public', dan papan akselerasi untuk perusahaan yang lebih kecil," kata Kepala BEI Kantor Cabang Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Jumat.

Ia mengatakan untuk bisa mengakses papan akselerasi ini, ada beberapa kriteria yang menjadi syarat, salah satunya pendanaan yang diperoleh dari investor tidak boleh lebih dari Rp50 miliar.

"Untuk bisa mengakses ini, usaha yang belum berdiri setahun pun sangat memungkinkan," katanya.

Baca juga: UMKM diharapkan lebih banyak bergabung di pasar modal

Terkait hal itu, pihaknya akan melakukan sosialisasi dengan melibatkan instansi terkait, di antaranya Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian, Hipmi, dan Rumah Kreatif BUMN.

"Untuk langkah pertama ini kami tidak spesifik ke yang berbadan hukum. Ini upaya kami memotivasi UMKM yang ada di Soloraya untuk mengakses pendanaan di pasar modal, bahkan UMKM pun bisa. Nanti sekalian mereka evaluasi, apa yang harus ditingkatkan, diskusinya nanti," katanya.

Meski demikian, nantinya untuk bisa mengakses papan akselerasi usaha tersebut UMKM harus berbadan hukum dulu atau dalam bentuk PT.

Baca juga: Hipmi Surakarta akan fokus tingkatkan kualitas UMKM

Selain memfasilitasi UMKM untuk bisa memperoleh pendanaan dari investor, pada tahap ini BEI juga akan meningkatkan kualitas UMKM.

"Dari tahap ini kan kita ada IDX Inkubator, wahana ini untuk mendorong perusahaan yang serius mau 'go public', kita godog lagi di IDX Inkubator. Dari ini benar-benar kita siapkan untuk IPO," katanya.

Pada IDX Inkubator ini, pihaknya juga akan memberikan pelatihan tentang penyusunan laporan keuangan agar lebih bagus, bagaimana UMKM menjual produknya atau memberikan info kepada calon investor bahwa perusahaan mereka tersebut memiliki prospek yang baik.

"Jadi misalnya sama-sama produksi peyek, ada yang produksi sendiri kemudian dititipkan ke warung-warung, ada yang produksi sendiri kemudian dikemas yang bagus dan masuk ke toko-toko modern. Nanti kan investor bisa menilai prospeknya seperti apa. Yang dilirik investor ke UMKM seperti ini modelnya," katanya.

Baca juga: Lebih dari 2.000 pedagang pasar buka toko online di marketplace
Baca juga: Pemkot Surakarta garap potensi lokal melalui pameran UKM