Roma (ANTARA) - Harga pangan dunia naik 2,7 persen pada November dibandingkan bulan sebelumnya, didorong lebih tinggi oleh kenaikan tajam harga daging dan minyak nabati, menurut informasi yang dirilis Kamis (5/12/2019) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB ( FAO).

Kenaikan ini merupakan bagian dari tahun naik-turun untuk indeks FAO, yang melihat harga naik untuk lima bulan pertama tahun ini, kemudian jatuh selama tiga bulan berturut-turut, sebelum naik selama tiga bulan berikutnya. Indeks keseluruhan sekarang 9,5 persen lebih tinggi dari pada titik yang sama pada 2018.

Baca juga: Harga pangan dunia turun karena produksi gandum AS menguat

Harga biji-bijian dan sereal -- komponen paling signifikan dalam indeks -- turun 1,2 persen pada November, karena harga gandum turun akibat persaingan sengit dari eksportir dan harga beras lebih rendah karena permintaan rendah. Harga jagung, sementara itu, sedikit berubah dibandingkan dengan Oktober.

Harga susu sebagian besar tidak berubah pada November, dan harga gula naik 1,8 persen karena laporan bahwa penggunaan gula di seluruh dunia tahun ini dan selanjutnya dapat melampaui pasokan.

Tetapi penggerak terbesar adalah sub-indeks untuk minyak nabati, yang melonjak 10,4 persen ke level tertinggi dalam 18 bulan. FAO mengatakan harga minyak kelapa sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari semua naik didorong meningkatnya permintaan.

Harga daging naik 4,8 persen karena permintaan daging sapi dan domba naik berdasarkan permintaan yang meningkat, terutama dari China.

Indeks Harga Makanan FAO bulanan didasarkan pada harga di seluruh dunia untuk 23 kategori komoditas pangan yang mencakup harga untuk 73 produk yang berbeda dibandingkan dengan tahun dasar.

Indeks Kamis (5/12/2019) adalah yang terakhir yang akan dirilis tahun ini. Indeks berikutnya dijadwalkan akan rilis pada 9 Januari 2020.

Baca juga: Indeks harga pangan global sedikit turun pada Juli 2016
Baca juga: Indeks harga pangan dunia jatuh pada Juni