Palu (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT) tidak hanya fokus pada pemulihan pascabencana 2018 di Sulawesi Tengah (Sulteng), namun juga fokus pada dunia pendidikan termasuk kesejahteraan guru honorer di daerah itu.

Dari hasil penilaian ACT di sejumlah daerah Sulteng, masih banyak guru honorer yang ekonominya masih sangat jauh dari kata cukup. Apalagi guru honorer yang mengajar di wilayah-wilayah pelosok.

Melalui program Sahabat Guru Indonesia (SGI) yang digagas oleh Global Zakat-ACT, 39 guru di yang tersebar di Kabupaten Sigi, Tolitoli, Donggala, Parigi Moutong dan Kota Palu mendapatkan bantuan bea guru di Palu, Kamis.

"Bantuan yang disalurkan ACT itu berupa biaya hidup guru senilai Rp500.000 ribu per guru. Bantuan bea guru itu diharapkan dapat meringakan beban para guru honorer termasuk meningkatkan semangat mereka untuk mengajar,"ujar penanggungjawab Program ACT Cabang Sulawesi Tengah, Mustafa.

Baca juga: ACT ajak masyarakat bantu guru berpenghasilan rendah

ACT Sulteng, lanjutnya terus berusaha agar jumlah penerima manfaat dari program SGI tersebut bertambah dan menjangkau semua guru-guru honorer khususnya yang tinggal di wilayah pelosok.

"Program SGi diluncurkan 25 November 2019. Program ini merupakan salah satu bentuk apresiasi Global Zakat-ACT untuk guru-guru di berbagai penjuru negeri, termasuk di Sulteng yang telah mengabdikan dirinya untuk pendidikan meskipun digaji rendah," jelasnya.

Baca juga: Guru berpenghasilan rendah di pelosok Sumsel mendapat bantuan ACT

Salah seorang guru honorer penerima manfaat program SGI di SMA Negeri 3 Sigi, Sri Wulan mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan tersebut.

Ia berharap bantuan itu dapat menambah semangat guru-guru honorer yang senasib dengannya, terlebih yang kondisi ekonominya memprihatinkan.

“Saya sangat terbantu, tentunya bantuan ini saya akan gunakan sebaik mungkin untuk kepentingan pendidikan,” katanya.

Baca juga: ACT bantu guru daerah terpencil di Kabupaten Alor