Surabaya (ANTARA) - Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meluncurkan program "Guru Pembangun Peradaban" sebagai upaya mewujudkan cita-cita membangun generasi anti korupsi sejak dini.

"Jadi itu nanti anak-anak diajarkan tidak boleh nyontek dan harus disiplin. Membangun karakter yang baik untuk anak dalam bentuk permainan, sehingga anak-anak senang menerimanya," kata Wali Kota Surabaya Tri saat sambutan peluncuran program "Guru Pembangun Peradaban" di lantai 5 Graha Sawunggaling Surabaya, Kamis.

Peluncuran program tersebut selain dihadiri Wali Kota Risma juga dihadiri Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, dan Direktur Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Indonesia, Maria Kresentia. Hadir pula, kepala sekolah SD-SMP, serta ratusan guru agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) se-Surabaya.

Menurut Risma, program ini akan diterapkan di semua sekolah SD dan SMP baik swasta maupun negeri se-Surabaya. Nantinya, program ini akan dikemas dalam bentuk semenarik mungkin agar siswa dapat menerima pesan dengan baik.

Pada kesempatan itu, Risma juga berpesan kepada para guru agar terus mengajarkan pada anak didiknya untuk bersikap jujur. Termasuk saat mereka menginginkan sesuatu, agar dilakukan dengan kerja keras terlebih dahulu.

Ia mencontohkan jika di sekolah anak-anak ingin mendapatkan nilai bagus, maka harus belajar. "Bukan didapat dari cara yang mudah. Harus belajar dan tidak menyontek," ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, maka anak-anak tersebut akan mempunyai karakter. Sebab, untuk membangun karakter anak, harus mulai diterapkan sejak dini.

Untuk itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini pun meminta kepada Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya untuk menerapkan cinta Indonesia dan cinta tanah air kepada para pelajar.

"Makanya melalui Dispendik saya minta anak-anak untuk cinta Indonesia, cinta tanah air sejak dini. Itu karena kita semua beragam," ujarnya..

Sementara itu, Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan menyampaikan, Surabaya merupakan kota pertama pelaksana program "Guru Pembangun Peradaban". Untuk mendukung berjalannya program itu, SPAK Indonesia nantinya akan memberikan pelatihan kepada seribu guru di Surabaya.

"Dari seribu guru ini, nanti mereka akan mengajarkan kepada para guru yang belum mendapatkan pelatihan agar lebih efektif," kata Basaria.

Ia menjelaskan, pelatihan ini nantinya akan terbagi menjadi beberapa kloter dalam setahun. Sedangkan untuk per sesinya, akan diisi 50 guru. Artinya, dalam satu tahun pelatihan ini akan berlangsung sebanyak 20 gelombang.

"Pelatihan seribu guru nanti dalam waktu satu tahun dibagi 20 batch (gelombang), berarti 50 guru per kloter," katanya.

Menurutnya, metode yang digunakan dalam program ini tidak jauh beda dengan SPAK. Para siswa akan diajarkan apa saja hal-hal yang termasuk dalam kategori korupsi, misalnya, mengambil sesuatu yang bukan milik pribadi, menyontek dan hal mendasar lainnya.

"Semua itu kami kenalkan dan ajarkan sedini mungkin. Meskipun terlihat sederhana, tapi pada saat besar karakter ini yang akan melekat pada diri mereka," katanya.

Basaria menambahkan, baik buruknya anak itu tergantung dari pertumbuhannya sejak kecil. Karena itu, pendidikan yang paling utama adalah bagaimana merubah karakter seorang anak, sebab hal ini adalah modal dasar bagi anak untuk bersikap disiplin dan jujur.

"Pendidikan karakter itu harus diterapkan sedini mungkin, karena menghilangkan niat jahat itu tidak bisa dilakukan satu atau dua tahun," katanya.