Jakarta (ANTARA) - Yayasan nirlaba yang berfokus pada kepemimpinan sekolah, Inspirasi, mengatakan bahwa guru perlu memberikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar.

"Jadi itu yang perlu dilakukan guru yang sangat berdampak ke (hasil belajar) siswa," kata senior program manager Inspirasi Cici Tri Wanita usai memberi pemaparan dalam diskusi publik bertajuk "Tantangan mengembangkan leadership kepala sekolah untuk atasi learning crisis di Indonesia” di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan saat ini siswa sudah memiliki banyak media yang dapat mereka gunakan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.

Baca juga: Kepala sekolah adaptif akan efektif tingkatkan kualitas belajar siswa

Oleh karena itu, di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang menyediakan banyak sumber belajar, tugas guru tidak lagi sekadar "menyuapi" siswa dengan banyak materi, tetapi juga perlu menjadi fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan masalah dan mencari solusinya sendiri.

Dengan memberikan mereka kesempatan untuk terbiasa membangun pemahaman sendiri, mereka akan menjadi terbiasa untuk kritis terhadap suatu permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan itu.

"Jadi critical thinkingnya terbangun," katanya.

Siswa, katanya, akan lebih mudah memahami satu pelajaran jika sikap kritis mereka telah terbangun melalui kebiasaan-kebiasaan yang menempa nalar berpikir mereka.

"Jadi ngasih kesempatan siswa untuk membangun pemahamannya sendiri itu bukan dengan cara ngasih tau cara melakukan perkalian, misalnya. Tetapi dengan memberikan dia kesempatan untuk menentukan cara bagaimana dia melakukan perkalian itu," ujarnya.

Ia menekankan bahwa guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghadapi kesulitan mereka sendiri sehingga mereka tertantang untuk mengatasi masalah itu.

Guru juga perlu memberi keyakinan kepada siswa bahwa intuisi mereka sebenarnya dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi.

"Secara intuitif siswa sering dipandang rendah atau siswa itu dianggap tidak tahu, mulainya dari nol. Padahal sebenarnya mereka punya pengalaman, punya intuisi. Jadi masalah sebenarnya itu lebih kepada bagaimana guru memberikan kepercayaan dan kesempatan," katanya.