Al-Hudaydah, Yaman (ANTARA) - Lebih dari 215 warga sipil telah tewas dan lebih dari 2.000 orang lagi cedera sejak gencatan senjata diberlakukan pada akhir tahun lalu di Kota Pelabuhan Yaman, Al-Hudaydah.

Kantor pers milisi yang berperang buat pemerintah Yaman, Al-Weyat Al-Amaliqa, atau Brigade Raksasa, mengatakan pada Senin (2/12) sebanyak 217 warga sipil --kebanyakan perempuan dan anak-anak-- telah tewas dalam pelanggaran gencatan senjata yang diperantarai PBB oleh gerilyawan Al-Houthi sejak gencatan senjata dimulai pada 18 Desember 2018.

Baca juga: Menteri Pertahanan Yaman selamat dari serangan roket Al-Houthi

Sebanyak 2.152 orang cedera cedera, kata Al-Weyat Al-Amaliqa, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Ditambahkannya, korban tewas dan cedera berjatuhan akibat serangan membabi-buta, wilayah yang dipasangi ranjau dan peledak yang ditaruh di jalan serta lahan pertanian.

Milisi itu juga menyalahkan PBB karena tidak bisa melindungi warga sipil dari serangan gerilyawan Al-Houthi kendati setahun berlalu sejak gencatan senjata diumumkan.

Baca juga: Al Houthi Yaman tawarkan pemerintah dukungan Saudi pertukaran tahanan

Desember lalu, wakil Pemerintah Yaman dan pemimpin gerilyawan Al-Houthi mengadakan satu babak pembicaraan yang diperantarai PBB di Stockholm --yang menghasilkan kesepakatan gencatan senjata di Kota Al-Hudaydah.

Namun semua pihak yang berperang belum sepenuhnya mundur dari Al-Hudaydah di tengah saling tuduh mengenai pelanggaran gencatan senjata dan bentrokan sporadis di bagian lain negeri itu.

Yaman telah dirongrong kerusuhan dan bentrokan sejak 2014, ketika gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar negeri tersebut, termasuk Ibu Kotanya, Sana'a. Krisis itu meningkat pada 2015, ketika satu koalisi militer pimpinan Arab Saudi melancarkan operasi udara yang memporak-porandakan di tengah kemunduran perolehan wilayah gerilyawan Al-Houthi.

Baca juga: Koalisi pimpinan Saudi bantah laporan PBB soal Yaman

Sejak itu, puluhan ribu warga Yaman, termasuk banyak warga sipil, diduga telah tewas dalam konflik, sementara sebanyak 14 juta orang lagi terancam kelaparan, kata PBB.

Sumber: Anadolu Agency