Pengaruh siklon tropis Kammuri sebabkan kenaikan muka air laut di Buru
3 Desember 2019 09:10 WIB
Badai Kammuri yang muncul di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina berdampak terhadap kondisi cuaca di Jateng bagian selatan sehingga dalam beberapa hari terakhir tidak turun hujan. (ANTARA/HO-BMKG)
Ambon (ANTARA) - Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura BMKG Ambon, Oral Sem Wilar menyatakan, terjadinya kenaikan muka air laut (storm surge) di Desa Wamlana dan Dusun Siompo, Kecamatan Fenalisela, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku pada 2 Desember 2019 pukul 03.00 dan 20.00 WIT dipengaruhi siklon tropis Kammuri di Filipina.
"Jadi storm surge terjadi karena siklon tropis, badai besar atau sering disebut topan yang menyebabkan angin yang kuat sehingga mendorong anginnya ke daerah pesisir," katanya saat dikonfirmasi di Ambon, Selasa.
Angin tersebut, menurut dia, memaksakan permukaan air laut ke daerah pesisir pantai sehingga menyebabkan banjir atau pasang air laut.
"Storm surge sangat berbahaya bagi masyarakat yang mendiami daerah pesisir," kata Oral Sem Wilar.
Sedangkan Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Provinsi Maluku, John Hursepuny, mengatakan, storm surge di Kabupaten Buru tidak ada kaitannya dengan guncangan gempa di daerah ini, menyusul peristiwa awal pada 26 September 2019.
"Gempa memang mengguncang Pulau Buru pada beberapa waktu lalu. Namun, peristiwa yang sempat menghebohkan masyarakat itu tidak ada kaitannya dengan guncangan gempa di Maluku yang lebih dari 2.000 kali," katanya.
Dia merujuk laporan Kepala Pelaksana BPBD kabupaten Buru, Hadi Zulkarnain yang mengemukakan kejadian alam ini menyebabkan masyarakat mengungsi ke rumah - rumah tetangga maupun keluarga di daerah ketinggian.
"Syukurlah peristiwa ini tidak ada korban jiwa maupun terluka dan BPBD Kabupaten Buru berkoordinasi dengan perangkat desa/dusun serta memberikan pemahaman soal storm surge tersebut," kata John.
Untuk pendataan sementara, akibat peristiwa tersebut tercatat empat unit rumah warga rusak berat dan 46 lainnya rusak ringan.
Baca juga: Gelombang tinggi perairan Papua disebabkan Siklon Tropis Kammuri
Baca juga: Sejumlah pertandingan ditunda karena ancaman Badai Kammuri
Baca juga: BMKG: Cuaca Jateng selatan dipengaruhi badai Kammuri
"Jadi storm surge terjadi karena siklon tropis, badai besar atau sering disebut topan yang menyebabkan angin yang kuat sehingga mendorong anginnya ke daerah pesisir," katanya saat dikonfirmasi di Ambon, Selasa.
Angin tersebut, menurut dia, memaksakan permukaan air laut ke daerah pesisir pantai sehingga menyebabkan banjir atau pasang air laut.
"Storm surge sangat berbahaya bagi masyarakat yang mendiami daerah pesisir," kata Oral Sem Wilar.
Sedangkan Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Provinsi Maluku, John Hursepuny, mengatakan, storm surge di Kabupaten Buru tidak ada kaitannya dengan guncangan gempa di daerah ini, menyusul peristiwa awal pada 26 September 2019.
"Gempa memang mengguncang Pulau Buru pada beberapa waktu lalu. Namun, peristiwa yang sempat menghebohkan masyarakat itu tidak ada kaitannya dengan guncangan gempa di Maluku yang lebih dari 2.000 kali," katanya.
Dia merujuk laporan Kepala Pelaksana BPBD kabupaten Buru, Hadi Zulkarnain yang mengemukakan kejadian alam ini menyebabkan masyarakat mengungsi ke rumah - rumah tetangga maupun keluarga di daerah ketinggian.
"Syukurlah peristiwa ini tidak ada korban jiwa maupun terluka dan BPBD Kabupaten Buru berkoordinasi dengan perangkat desa/dusun serta memberikan pemahaman soal storm surge tersebut," kata John.
Untuk pendataan sementara, akibat peristiwa tersebut tercatat empat unit rumah warga rusak berat dan 46 lainnya rusak ringan.
Baca juga: Gelombang tinggi perairan Papua disebabkan Siklon Tropis Kammuri
Baca juga: Sejumlah pertandingan ditunda karena ancaman Badai Kammuri
Baca juga: BMKG: Cuaca Jateng selatan dipengaruhi badai Kammuri
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: