Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ali Ghufron Mukti mengatakan program studi daring atau dalam jaringan harus terus dikembangan.

"Perguruan tinggi harus mengembangkan program studi daring, sehingga mahasiswa bisa mendapatkan perkuliahan tanpa harus datang ke kampus," ujar Ghufron dalam pembukaan pertemuan profesor kelas dunia di Jakarta, Senin.

Oleh karena itu, dosen harus melek atau memiliki kemampuan terhadap perekmbangan Internet of Things (IoT) maupun revolusi industri 4.0. Ghufron menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus diubah, dan arahnya pada pemanfaatan teknologi.

"Jadi lebih kearah pemanfaatan teknologi, ini proses pembelajaran yang sangat gampang. Misalnya, kalau di Universitas Trisakti dari rumah sudah bisa akses perpustakaan. Pinjam buku atau perpanjangan sudah bisa diakses dari kamar tidur," terang dia.

Ghufron juga meminta agar pengelola perguruan tinggi bisa mengantisipasi pendidikan pada era 4.0 tersebut. Pasalnya sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan, karena terlambat dalam mengantisipasi perkembangan teknologi yang ada.

"Saat ini belum banyak yang mengantisipasi, kalaupun ada masih pada program studi daring dibandingkan perguruan tinggi daring. Sebetulnya ini beda antara pemberian kuliah secara daring dan prodi daring. Kalao prodi daring itu punya izin tersendiri, izinnya dipermudah. Namun yang masih belum banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki prodi daring," jelas Ghufron.

Ghufron menambahkan sejumlah perguruan tinggi sudah melakukan antisipasi, namun masih banyak yang belum mengantisipasi. Penyebab utamanya mulai dari infrastruktur, investasi, izin, hingga kesiapan dosen dan mahasiswanya. Ke depan, Ghufron berharap semakin banyak perguruan tinggi di Tanah Air dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.