Jakarta (ANTARA) - Otoritas Uni Eropa (EU) melalui program kerja sama dan pendanaan Erasmus+ mengucurkan dana hibah sekitar €28.000 (setara dengan Rp434,8 juta) ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk mengembangkan kurikulum.

Program pendanaan tersebut khususnya membantu pengembangan kurikulum mata kuliah Uni Eropa pada program studi Ilmu Hubungan Internasional.

Pernyataan itu disampaikan perwakilan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sugito, saat ditemui usai mempresentasikan hasil penggunaan dana program Erasmus+ di perwakilan 100 universitas di Indonesia di Jakarta, Kamis.

"Sejak 2017 kami mendapatkan grant (dana hibah, red) melalui program Jean Monnet Erasmus+. Program ini ditujukan untuk pengembangan kurikulum, terutama dalam hal pengajaran Uni Eropa di program studi Hubungan Internasional. Kami spesifik mengembangkan modul pembelajaran Kajian Uni Eropa dengan nama European Union International Relations Studies," terang Sugito.

Ia menambahkan bahwa hibah itu dikucurkan untuk program selama tiga tahun dari 2017-2020.

Ia menjelaskan modul pembelajaran khusus mengenai Uni Eropa penting untuk mendapat perhatian lebih dalam karena EU memiliki posisi yang unik dalam kajian internasional.

Baca juga: Uni Eropa-ASEAN tingkatkan kerja sama pendidikan dan peluang beasiswa

"Kami melihat EU bukan negara, tetapi lebih dari sekadar organisasi internasional atau OI. Biasanya dalam kajian internasional, negara jadi aktor utama, tetapi sekarang pandangan itu sudah cukup usang, dan sekarang muncul adanya organisasi internasional (yang dapat berperan sebagai aktor penting, red)," jelas Sugito.

Oleh karena itu, pengembangan mata ajar Uni Eropa menjadi proyek kemitraan yang diajukan pihak universitas ke Uni Eropa melalui program Jean Monnet Erasmus+.

Jean Monnet merupakan satu dari empat bidang kerja sama bidang pendidikan dari Uni Eropa melalui Erasmus+ yang khusus mendukung pembiayaan pengembangan kurikulum.

Sejak program Jean Monnet Erasmus+ diluncurkan pada 2015, tiga universitas di Indonesia telah menerima hibah untuk mengembangkan mata ajar Uni Eropa.

Di samping Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta juga menjadi salah satu dari 34 universitas di Indonesia yang terpilih sebagai mitra Erasmus+.

Universitas Atma Jaya, misalnya, menjadi salah satu kampus yang dipilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar dan staf pengajar melalui skema International Credit Mobility (ICM) Erasmus+ pada 2015 sampai 2018.

Baca juga: UE ajak 15.000 pemuda berwisata di Eropa gratis

"Proyek ini bentuknya pengiriman mahasiswa untuk belajar selama satu semester di universitas negara-negara Eropa. Tidak hanya mahasiswa, dosen juga diberangkatkan ke sana untuk menjadi dosen tamu selama satu sampai dua minggu," kata Kepala Departemen Program MBA Atma Jaya, Agung Nugroho saat ditemui di Jakarta.

Ia menjelaskan Universitas Atma Jaya memberangkatkan 20 mahasiswa serta tiga sampai empat dosen per tahunnya.

"Mahasiswa kami mendapatkan beasiswa penuh bersekolah selama satu semester di universitas-universitas Jerman. Tidak hanya beasiswa penuh, mereka juga menerima tunjangan €800 Euro per bulannya (setara Rp12,4 juta)," terang Agung.

Menurut Agung, program ICM menjadi menarik bagi mahasiswa Indonesia karena nilai atau satuan kredit semester (SKS) yang mereka dapatkan saat menempuh pendidikan di kampus Eropa dapat ikut dihitung atau ditransfer ke sistem indeks prestasi kumulatif (IPK) di Indonesia.

Ada empat jenis kerja sama dan pendanaan yang disediakan Erasmus+ untuk sivitas akademika di Indonesia, di antaranya pertukaran pelajar selama satu semester melalui skema transfer kredit internasional (international credit mobility/ICM); peningkatan kapasitas perguruan tinggi (capacity building in higher education/CBHE); pengembangan kurikulum dan modul pengajaran (Jean Monnet); dan beasiswa pascasarjana (Erasmus Mundus Joint Master's Degree​​​​​​​/EMJMD).

Baca juga: Alasan tak banyak orang Indonesia kuliah di Eropa

Sejak Erasmus+ diluncurkan pada 2015, sebanyak 1.290 mahasiswa dan dosen asal Indonesia mengikuti program pertukaran pelajar selama satu semester ke beberapa perguruan tinggi di Eropa. Di sisi lain, sudah 766 mahasiswa dan staf pengajar asal negara-negara Eropa juga mendatangi Indonesia untuk menempuh pendidikan serta mengajar di kampus-kampus dalam negeri.

Sementara itu, EU melalui program Erasmus+ juga telah mendanai 27 proyek kemitraan penguatan kapasitas yang melibatkan sekitar 90 perguruan tinggi di Indonesia. Untuk program Jean Monnet atau pengembangan kurikulum, EU telah memberikan fasilitas pendampingan dan pendanaan ke tiga universitas di Indonesia sejak 2015.

Baca juga: AS sediakan beasiswa S2 peringati 70 tahun hubungan dengan Indonesia

Baca juga: Kanada sediakan beasiswa 10 juta dolar Amerika Serikat untuk ASEAN ​​​​​​​

Pemerintah Amerika Serikat tambah jumlah beasiswa untuk pelajar Indonesia