Pasukan Irak bunuh delapan pemrotes, pihak berwenang bendung kerusuhan
28 November 2019 15:25 WIB
Pengunjuk rasa Irak membawa seorang pria terkena gas air mata saat protes anti-pemerintah yang terus berlangsung di Baghdad, Irak, Selasa (26/11/2019). REUTERS/Thaier al-Sudani/pras/cfo (REUTERS/THAIER AL-SUDANI)
Najaf, Irak (ANTARA) - Pasukan keamanan Irak menembak mati setidaknya delapan pengunjuk rasa di kota Nassiriya di selatan pada Kamis dan pihak berwenang membentuk "sel krisis" militer-sipil untuk membendung kerusuhan setelah demonstran membakar konsulat Iran.
Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa yang berkumpul di sebuah jembatan di Nassiriya sebelum fajar, kata sumber medis. Delapan orang terbunuh dan belasan lainnya terluka dalam insiden itu, kata mereka.
Jam malam diberlakukan di kota suci selatan Najaf di mana pengunjuk rasa menyerbu dan membakar konsulat Iran. Bisnis dan kantor pemerintah ditutup di kota itu, lapor media pemerintah.
Pembakaran konsulat meningkatkan kekerasan di Irak setelah berminggu-minggu demonstrasi massa yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintah yang dianggap korup dan didukung oleh Teheran.
Itu adalah ekspresi terkuat dari sentimen anti-Iran terhadap demonstran Irak, yang telah turun ke jalan selama berminggu-minggu di Baghdad dan selatan mayoritas Muslim Syiah. Ratusan orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan Irak.
Otoritas Irak telah mendirikan "sel krisis" di beberapa provinsi untuk mencoba memulihkan ketertiban, kata satu pernyataan militer.
Dikatakan sel-sel itu akan dipimpin oleh gubernur provinsi tetapi akan mencakup para pemimpin militer yang akan bertanggung jawab atas keamanan lokal dan pasukan militer.
Protes, yang dimulai di Baghdad pada 1 Oktober dan telah menyebar melalui kota-kota selatan, adalah tantangan paling kompleks yang dihadapi kelas penguasa yang didominasi Syiah yang telah mengendalikan lembaga-lembaga negara dan jaringan patronase sejak invasi pimpinan AS 2003 yang menggulingkan panjang Penguasa Sunni, Saddam Hussein.
Para pengunjuk rasa sebagian besar adalah pemuda Syiah yang menganggur yang menuntut kepergian seluruh elit politik Irak.
Pasukan keamanan telah menggunakan amunisi hidup, gas air mata dan granat kejut terhadap sebagian besar demonstran yang tidak bersenjata. Beberapa demonstran telah meledakkan bom bensin, batu bata dan menembakkan ketapel kepada polisi.
Kekerasan telah menewaskan lebih dari 350 orang, menurut polisi dan petugas medis.
Baca juga: Iran minta rakyat Irak menahan diri
Baca juga: 1.375 warga Irak tewas dalam aksi teror pada Januari
Baca juga: Turki sediakan bantuan kemanusiaan untuk Irak
Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa yang berkumpul di sebuah jembatan di Nassiriya sebelum fajar, kata sumber medis. Delapan orang terbunuh dan belasan lainnya terluka dalam insiden itu, kata mereka.
Jam malam diberlakukan di kota suci selatan Najaf di mana pengunjuk rasa menyerbu dan membakar konsulat Iran. Bisnis dan kantor pemerintah ditutup di kota itu, lapor media pemerintah.
Pembakaran konsulat meningkatkan kekerasan di Irak setelah berminggu-minggu demonstrasi massa yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintah yang dianggap korup dan didukung oleh Teheran.
Itu adalah ekspresi terkuat dari sentimen anti-Iran terhadap demonstran Irak, yang telah turun ke jalan selama berminggu-minggu di Baghdad dan selatan mayoritas Muslim Syiah. Ratusan orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan Irak.
Otoritas Irak telah mendirikan "sel krisis" di beberapa provinsi untuk mencoba memulihkan ketertiban, kata satu pernyataan militer.
Dikatakan sel-sel itu akan dipimpin oleh gubernur provinsi tetapi akan mencakup para pemimpin militer yang akan bertanggung jawab atas keamanan lokal dan pasukan militer.
Protes, yang dimulai di Baghdad pada 1 Oktober dan telah menyebar melalui kota-kota selatan, adalah tantangan paling kompleks yang dihadapi kelas penguasa yang didominasi Syiah yang telah mengendalikan lembaga-lembaga negara dan jaringan patronase sejak invasi pimpinan AS 2003 yang menggulingkan panjang Penguasa Sunni, Saddam Hussein.
Para pengunjuk rasa sebagian besar adalah pemuda Syiah yang menganggur yang menuntut kepergian seluruh elit politik Irak.
Pasukan keamanan telah menggunakan amunisi hidup, gas air mata dan granat kejut terhadap sebagian besar demonstran yang tidak bersenjata. Beberapa demonstran telah meledakkan bom bensin, batu bata dan menembakkan ketapel kepada polisi.
Kekerasan telah menewaskan lebih dari 350 orang, menurut polisi dan petugas medis.
Baca juga: Iran minta rakyat Irak menahan diri
Baca juga: 1.375 warga Irak tewas dalam aksi teror pada Januari
Baca juga: Turki sediakan bantuan kemanusiaan untuk Irak
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019
Tags: