EU dukung penguatan kapasitas universitas di Indonesia lewat Erasmus+
28 November 2019 11:35 WIB
Kepala Seksi Politik, Pers, Informasi Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Margus Solnson (kiri) menyerahkan cinderamata ke Kepala Sub Direktorat Kerja Sama Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwanto Subroto (kanan) saat acara sosialisasi program Erasmus+ di Jakarta, Kamis (28/11/2019). (ANTARA/Genta Tenri Mawangi)
Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa (EU) mendukung penguatan kapasitas pendidikan tinggi/universitas di Indonesia melalui program pendanaan dan kerja sama Erasmus Plus (Erasmus+ ) yang diluncurkan di Jakarta, Kamis.
"Lembaga pendidikan tinggi merupakan mitra yang penting bagi kami untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), dan melalui pertemuan ini kami ingin menyebarkan informasi mengenai program Erasmus Plus yang bertujuan mendukung program pengembangan dan peningkatan kapasitas universitas di Indonesia serta negara-negara mitra lainnya," kata Kepala Seksi Politik, Pers, Informasi Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Margus Solnson saat membuka acara sosialisasi.
Solnson, yang mewakili Duta Besar EU untuk Indonesia Vincent Piket, menjelaskan Erasmus Plus menjadi wujud konkrit dukungan Uni Eropa terhadap pengembangan kualitas pendidikan, riset, dan penguatan kapasitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Baca juga: Alumni Erasmus+ dorong penyebaran pesan peduli lingkungan
Setidaknya ada tiga bidang kerja sama yang ditawarkan EU melalui Erasmus+, di antaranya fasilitas pembiayaan mobilitas atau International Credit Mobility (ICM); program peningkatan kapasitas atau Capacity Building in Higher Education (CBHE); beasiswa pasca sarjana atau Erasmus Mundus Joint Master's Degree (EMJMD); dan program kolaborasi pengembangan kurikulum Jean Monnet.
Menurut Solnson, sejak 2015, EU telah memfasilitasi keberangkatan sekitar 1.290 mahasiswa dan akademisi asal Indonesia ke Eropa melalui program Erasmus+, khususnya lewat skema ICM. Di sisi lain, fasilitas pendanaan itu juga membantu 766 mahasiswa dan akademisi asal Eropa untuk mengikuti program semester pendek, pelatihan dan pengajaran di 187 universitas mitra Erasmus+.
Baca juga: Erasmus Huis gelar pameran foto bertajuk Glam Seekers
Sementara itu, Erasmus+ juga telah mendanai 27 program peningkatan kapasitas yang melibatkan 90 lembaga pendidikan tinggi di Indonesia sejak 2015. Untuk program Jean Monnet, EU telah memfasilitasi pendanaan bagi tiga kampus di Indonesia untuk mengembangkan modul berbasis Eropa dalam kurikulum ajarnya.
Terakhir, Solnson juga memaparkan 506 mahasiswa Indonesia telah menerima beasiswa pasca sarjana di sejumlah universitas Eropa lewat program Erasmus Mundus sejak 2004. "Indonesia merupakan negara kelima dengan jumlah penerima beasiswa terbanyak dari Uni Eropa," kata Solnson.
Baca juga: Dubes EU tekankan peran penting anak muda hadapi perubahan iklim
Dalam kesempatan itu, Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kerja Sama Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Purwanto Subroto, mengapresiasi dukungan EU terhadap peningkatan kualitas pendidikan Indonesia lewat tawaran kerja sama Erasmus+.
Namun, ia berharap program itu tidak hanya menarik banyak mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan ke Eropa, tetapi juga mendatangkan mahasiswa dan pengajar dari EU ke Indonesia.
"Kami berharap dapat melihat kesempatan lebih luas bagi program mobilitas yang bersifat dua arah, resiprokal dan menguntungkan bagi kedua belah pihak," tambah Purwanto.
"Lembaga pendidikan tinggi merupakan mitra yang penting bagi kami untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), dan melalui pertemuan ini kami ingin menyebarkan informasi mengenai program Erasmus Plus yang bertujuan mendukung program pengembangan dan peningkatan kapasitas universitas di Indonesia serta negara-negara mitra lainnya," kata Kepala Seksi Politik, Pers, Informasi Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Margus Solnson saat membuka acara sosialisasi.
Solnson, yang mewakili Duta Besar EU untuk Indonesia Vincent Piket, menjelaskan Erasmus Plus menjadi wujud konkrit dukungan Uni Eropa terhadap pengembangan kualitas pendidikan, riset, dan penguatan kapasitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Baca juga: Alumni Erasmus+ dorong penyebaran pesan peduli lingkungan
Setidaknya ada tiga bidang kerja sama yang ditawarkan EU melalui Erasmus+, di antaranya fasilitas pembiayaan mobilitas atau International Credit Mobility (ICM); program peningkatan kapasitas atau Capacity Building in Higher Education (CBHE); beasiswa pasca sarjana atau Erasmus Mundus Joint Master's Degree (EMJMD); dan program kolaborasi pengembangan kurikulum Jean Monnet.
Menurut Solnson, sejak 2015, EU telah memfasilitasi keberangkatan sekitar 1.290 mahasiswa dan akademisi asal Indonesia ke Eropa melalui program Erasmus+, khususnya lewat skema ICM. Di sisi lain, fasilitas pendanaan itu juga membantu 766 mahasiswa dan akademisi asal Eropa untuk mengikuti program semester pendek, pelatihan dan pengajaran di 187 universitas mitra Erasmus+.
Baca juga: Erasmus Huis gelar pameran foto bertajuk Glam Seekers
Sementara itu, Erasmus+ juga telah mendanai 27 program peningkatan kapasitas yang melibatkan 90 lembaga pendidikan tinggi di Indonesia sejak 2015. Untuk program Jean Monnet, EU telah memfasilitasi pendanaan bagi tiga kampus di Indonesia untuk mengembangkan modul berbasis Eropa dalam kurikulum ajarnya.
Terakhir, Solnson juga memaparkan 506 mahasiswa Indonesia telah menerima beasiswa pasca sarjana di sejumlah universitas Eropa lewat program Erasmus Mundus sejak 2004. "Indonesia merupakan negara kelima dengan jumlah penerima beasiswa terbanyak dari Uni Eropa," kata Solnson.
Baca juga: Dubes EU tekankan peran penting anak muda hadapi perubahan iklim
Dalam kesempatan itu, Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kerja Sama Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Purwanto Subroto, mengapresiasi dukungan EU terhadap peningkatan kualitas pendidikan Indonesia lewat tawaran kerja sama Erasmus+.
Namun, ia berharap program itu tidak hanya menarik banyak mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan ke Eropa, tetapi juga mendatangkan mahasiswa dan pengajar dari EU ke Indonesia.
"Kami berharap dapat melihat kesempatan lebih luas bagi program mobilitas yang bersifat dua arah, resiprokal dan menguntungkan bagi kedua belah pihak," tambah Purwanto.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019
Tags: