BPOM-Unair perbarui kemitraan mendorong riset terapan
27 November 2019 18:22 WIB
Penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Lukito dengan Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih di Surabaya, Rabu (27/11/2019). (ANTARA/Anom Prihantoro)
Surabaya (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Universitas Airlangga memperbarui kerja sama terkait pengembangan riset untuk produk terapan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
"Kerja sama dengan Unair dikaitkan tiga hal yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat," kata Kepala BPOM Penny Lukito di Kampus C Unair, Surabaya, Rabu.
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Kepala BPOM Penny Lukito dan Rektor Unair Mohammad Nasih.
Penny mengatakan pihaknya mendukung riset kampus didorong tidak hanya berhenti pada publikasi tetapi agar bermanfaat bagi masyarakat secara langsung, salah satunya berupa produk terapan.
Baca juga: YLKI berharap penanganan izin edar obat tak diambil alih dari BPOM
Produk terapan, kata dia, sangat penting untuk mengisi kebutuhan Indonesia yang memiliki jumlah populasi besar.
"Jumlah populasi yang besar membutuhkan semakin banyak produk-produk kesehatan apalagi dikaitkan dengan obat atau obat tradisional," katanya.
Penny mengatakan melalui nota kesepahaman BPOM akan melakukan percepatan perizinan dari produk riset kampus dengan tetap memperhatikan kualitas dan keamanan produk.
Rektor Unair Nasih menyambut baik kemitraan dengan BPOM yang akan memberi panduan agar suatu produk riset dapat diedarkan ke tengah masyarakat.
Untuk sampai ke masyarakat, kata dia, sebuah produk tidak cukup sampai di laboratorium saja. Masih ada beberapa tahapan seperti terkait dengan produksi massal dan legalitas peredarannya.
"Nah. Alhamdulillah kita sangat senang mendapat bimbingan dan bantuan serta 'support' kawan-kawan BPOM terkait dua tahap yang kami 'buta'," katanya.
Nasih mengatakan tahun ini ada sejumlah produk yang diharapkan segera mendapat legalitas peredaran di antaranya cangkang kapsul, stem cell (sel punca) dan alergen.
Baca juga: Wacana Menkes pangkas mekanisme izin obat dipertanyakan Komisi IX DPR
"Kerja sama dengan Unair dikaitkan tiga hal yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat," kata Kepala BPOM Penny Lukito di Kampus C Unair, Surabaya, Rabu.
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Kepala BPOM Penny Lukito dan Rektor Unair Mohammad Nasih.
Penny mengatakan pihaknya mendukung riset kampus didorong tidak hanya berhenti pada publikasi tetapi agar bermanfaat bagi masyarakat secara langsung, salah satunya berupa produk terapan.
Baca juga: YLKI berharap penanganan izin edar obat tak diambil alih dari BPOM
Produk terapan, kata dia, sangat penting untuk mengisi kebutuhan Indonesia yang memiliki jumlah populasi besar.
"Jumlah populasi yang besar membutuhkan semakin banyak produk-produk kesehatan apalagi dikaitkan dengan obat atau obat tradisional," katanya.
Penny mengatakan melalui nota kesepahaman BPOM akan melakukan percepatan perizinan dari produk riset kampus dengan tetap memperhatikan kualitas dan keamanan produk.
Rektor Unair Nasih menyambut baik kemitraan dengan BPOM yang akan memberi panduan agar suatu produk riset dapat diedarkan ke tengah masyarakat.
Untuk sampai ke masyarakat, kata dia, sebuah produk tidak cukup sampai di laboratorium saja. Masih ada beberapa tahapan seperti terkait dengan produksi massal dan legalitas peredarannya.
"Nah. Alhamdulillah kita sangat senang mendapat bimbingan dan bantuan serta 'support' kawan-kawan BPOM terkait dua tahap yang kami 'buta'," katanya.
Nasih mengatakan tahun ini ada sejumlah produk yang diharapkan segera mendapat legalitas peredaran di antaranya cangkang kapsul, stem cell (sel punca) dan alergen.
Baca juga: Wacana Menkes pangkas mekanisme izin obat dipertanyakan Komisi IX DPR
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: