Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar, mendesak Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir agar jangan terlalu lama membiarkan kekosongan kursi direktur utama PT Telkomsel.

Ia pun menyarankan dalam memilih seorang dirut perlu dipertimbangkan aspek profesionalitas, integritas dan nasionalisme.

"Tiga kompetensi itu menjadi hal utama jika ingin membawa PT Telkomsel yang notabene sebagai BUMN agar bisa bersaing di era yang sudah sangat global competitif ini," kata Marwan saat dijumpai wartawan di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Telkomsel: Indonesia siap menjadi negara ekonomi digital terbesar Asia

Sebagaimana diketahui pada akhir pekan lalu, Menteri BUMN telah memindahkan Dirut PT Telkomsel Emma Sri Martini menjadi Direktur Keuangan PT Pertamina. Padahal, posisi Emma itu baru saja dijalaninya sejak 29 Mei 2019 setelah digelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Telkomsel.

Untuk itulah, upaya penguatan aspek profesionalitas untuk direktur yang baru menjadi sangat penting. Dalam memilih direktur yang baru, ia berharap agar Menteri BUMN bisa mengedepankan sosok dengan rekam jejak yang mumpuni.

"Jangan sampai ada titipan-titipan. Hindari hal semacam itu jika ingin kinerja BUMN itu bisa berjalan baik sebagaimana aksi bersih-bersih yang belum lama ini dijalankan oleh Pak Menteri. Jadi jangan setengah-setengah," kata mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia itu.

Baca juga: Emma Sri Martini Dirut baru PT Telkomsel

Untuk aspek integritas dan nasionalisme, menurut dia, dua kompetensi ini sangat penting untuk pertimbangan dalam memilih calon direktur utama PT Telkomsel, mengingat perusahaan tersebut menjadi salah satu BUMN yang bergerak di bidang komunikasi.

"Sebagai perusahaan dengan backbone di bidang komunikasi, maka integritas dan nasionalisme itu sangat diperlukan. Ke depannya kita tidak ingin PT Telkomsel itu hanya kuat secara bisnis tapi bisa menjadi perusahaan yang tetap menjaga integritas Indonesia," ujar Marwan.