Lima bank gabung ke Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia
26 November 2019 19:03 WIB
Managing Director-Chief Risk Officer Maybank Indonesia Effendi Hengki beserta perwakilan dari empat bank lain dalam International Seminar on Sustainable Finance di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (26/11/2019). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Lima bank yaitu Bank Syariah Mandiri, HSBC Indonesia, CIMB Niaga, OCBC NISP Indonesia dan Maybank Indonesia bergabung menjadi anggota Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) untuk melakukan pengembangan yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Kepala Divisi Transaction Banking Bank Rakyat Indonesia Kristina Lestariningsih mengatakan bahwa BRI sebagai Ketua dari IKBI sangat mengapresiasi pihak perbankan yang telah bersedia untuk peduli terhadap lingkungan.
“Kami mengapresiasi bergabungnya lima bank lainnya. Ini terkait bagaimana kita memitigasi risiko lingkungan dan tata kelola portoflio dengan beralih ke portofolio yang rendah karbon,” kata Kristina dalam acara International Seminar on Sustainable Finance di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa.
Compliance, Corporate Affairs and Legal Director CIMB Niaga Fransiska Oei menuturkan, pihaknya telah membentuk organisasi atau direktorat khusus yang menangani masalah keuangan berkelanjutan dengan memberikan kategori atau rating kepada para nasabah terutama yang bergerak di sektor kelapa sawit.
Baca juga: Capai keberlanjutan 3P, Menristek dorong terus inovasi
"Kami membentuk organisasi atau direktorat khusus yang menangani sustainability ini. Direktorat ini yang membuat sustainability policy,” katanya.
Managing Director-Chief Risk Officer Maybank Indonesia Effendi Hengki menyebutkan pihaknya telah memiliki kerangka Environmental, Social and Corporate Governance (ESG) yang diharmonisasikan khusus untuk lima industri yang berisiko tinggi.
Effendi mengatakan lima industri yang mendapat perhatian khusus terkait keberlanjutan tersebut adalah perkebunan, tambang, minyak dan gas, pembangkit listrik, dan infrastruktur.
“Jadi kenapa titik beratnya di sana karena ini lima industri yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan dan tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan di bisnis itu,” katanya.
Baca juga: Bappenas sebut butuh tindakan besar capai target ambisius SDGs 2030
Sementara itu, Risk Management and Compliance Director Bank Sayriah Mandiri (BSM) Putu Rahwidhiyasa mengatakan pihaknya sejak tiga tahun terakhir juga telah memiliki panduan internal untuk pembiayaan yang ramah lingkungan sehingga ini akan semakin mendukung adanya pengembangan keuangan berkelanjutan.
"Sejak tiga tahun terakhir kami fokus di pendidikan, kesehatan, infrastruktur, yang insya Allah itu tidak berdampak negatif bagi lingkungan," ujarnya.
Putu melanjutkan mengenai portofolio nasabah di sektor kelapa sawit, BSM meminta nasabah untuk menggunakan sertifikasi ISPO dan RSPO sebagai acuan dalam pelayanan.
Sebagai informasi, pada Mei 2018 lalu delapan bank nasional yang mewakili 46 persen aset perbankan Indonesia mengumumkan terbentuknya IKBI dibantu oleh Yayasan WWF Indonesia.
Kedelapan bank tersebut yaitu Bank Artha Graha Indonesia, BRI Syariah, Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Muamalat, Bank Negara Indonesia, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, serta Bank Rakyat Indonesia.
Platform ini bersifat terbuka untuk industri jasa keuangan bank dan non-bank, emiten, dan sektor industri relevan lainnya yang bertujuan menguatkan kelembagaan khususnya pada bidang manajemen risiko lingkungan hidup, sosial dan tata kelola.
Inisiatif ini juga dibangun untuk berkontribusi sekaligus menangkap peluang bisnis terhadap upaya pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan berkontribusi langsung pada upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Bappenas sebut perlu peran ilmuwan untuk capai target SDGs
Kepala Divisi Transaction Banking Bank Rakyat Indonesia Kristina Lestariningsih mengatakan bahwa BRI sebagai Ketua dari IKBI sangat mengapresiasi pihak perbankan yang telah bersedia untuk peduli terhadap lingkungan.
“Kami mengapresiasi bergabungnya lima bank lainnya. Ini terkait bagaimana kita memitigasi risiko lingkungan dan tata kelola portoflio dengan beralih ke portofolio yang rendah karbon,” kata Kristina dalam acara International Seminar on Sustainable Finance di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa.
Compliance, Corporate Affairs and Legal Director CIMB Niaga Fransiska Oei menuturkan, pihaknya telah membentuk organisasi atau direktorat khusus yang menangani masalah keuangan berkelanjutan dengan memberikan kategori atau rating kepada para nasabah terutama yang bergerak di sektor kelapa sawit.
Baca juga: Capai keberlanjutan 3P, Menristek dorong terus inovasi
"Kami membentuk organisasi atau direktorat khusus yang menangani sustainability ini. Direktorat ini yang membuat sustainability policy,” katanya.
Managing Director-Chief Risk Officer Maybank Indonesia Effendi Hengki menyebutkan pihaknya telah memiliki kerangka Environmental, Social and Corporate Governance (ESG) yang diharmonisasikan khusus untuk lima industri yang berisiko tinggi.
Effendi mengatakan lima industri yang mendapat perhatian khusus terkait keberlanjutan tersebut adalah perkebunan, tambang, minyak dan gas, pembangkit listrik, dan infrastruktur.
“Jadi kenapa titik beratnya di sana karena ini lima industri yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan dan tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan di bisnis itu,” katanya.
Baca juga: Bappenas sebut butuh tindakan besar capai target ambisius SDGs 2030
Sementara itu, Risk Management and Compliance Director Bank Sayriah Mandiri (BSM) Putu Rahwidhiyasa mengatakan pihaknya sejak tiga tahun terakhir juga telah memiliki panduan internal untuk pembiayaan yang ramah lingkungan sehingga ini akan semakin mendukung adanya pengembangan keuangan berkelanjutan.
"Sejak tiga tahun terakhir kami fokus di pendidikan, kesehatan, infrastruktur, yang insya Allah itu tidak berdampak negatif bagi lingkungan," ujarnya.
Putu melanjutkan mengenai portofolio nasabah di sektor kelapa sawit, BSM meminta nasabah untuk menggunakan sertifikasi ISPO dan RSPO sebagai acuan dalam pelayanan.
Sebagai informasi, pada Mei 2018 lalu delapan bank nasional yang mewakili 46 persen aset perbankan Indonesia mengumumkan terbentuknya IKBI dibantu oleh Yayasan WWF Indonesia.
Kedelapan bank tersebut yaitu Bank Artha Graha Indonesia, BRI Syariah, Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Muamalat, Bank Negara Indonesia, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, serta Bank Rakyat Indonesia.
Platform ini bersifat terbuka untuk industri jasa keuangan bank dan non-bank, emiten, dan sektor industri relevan lainnya yang bertujuan menguatkan kelembagaan khususnya pada bidang manajemen risiko lingkungan hidup, sosial dan tata kelola.
Inisiatif ini juga dibangun untuk berkontribusi sekaligus menangkap peluang bisnis terhadap upaya pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan berkontribusi langsung pada upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Bappenas sebut perlu peran ilmuwan untuk capai target SDGs
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019
Tags: