SEA Games 2019
Timnas U-22 Indonesia punya tiga senjata taklukkan Thailand
26 November 2019 10:50 WIB
Tim nasional U-22 Indonesia berlatih di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Senin (25/11/2019), sebelum menghadapi Thailand di laga Grup B SEA Games 2019, Selasa (26/11/2019). (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia/PSSI)
Manila, Filipina (ANTARA) - Tim nasional U-22 Indonesia memiliki setidak-tidaknya tiga senjata yang berpotensi ampuh untuk menaklukkan ‘Gajah Perang’ Thailand dalam laga Grup B SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa, mulai pukul 15.00 WIB.
Pertama, skuat asuhan pelatih Indra Sjafri memiliki pemain baru. Kedua, ada perubahan posisi pemain dan terakhir, hadirnya dua pemain senior yakni Evan Dimas serta Zulfiandi.
Terkait pemain baru, di SEA Games 2019, Indra Sjafri memasukkan nama gelandang serang klub Arema FC Muhammad Rafli.
Rafli belum dipanggil saat timnas U-22 Indonesia menghadapi Thailand di Piala AFF U-22 2019 dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2020. Dia juga dicadangkan saat Indonesia melawan Thailand di Piala Merlion, Singapura, Juni 2019.
Adanya Rafli di timnas membuat permainan skuat berjuluk Garuda Muda lebih berwarna. Dia terbukti mampu menjawab tantangan dari Indra Sjafri yang memintanya untuk menjadi penyerang tengah timnas U-22.
Rafli telah membuat delapan gol sejak menjalani laga internasional pertama bersama timnas U-22 mulai bulan Juni 2019. Dua di antaranya bahkan dicetak dalam dua laga persahabatan terkini kontra Iran.
Rafli seakan menjadi jawaban ‘keringnya’ gol dari penyerang tengah timnas U-22 sepanjang tahun 2019. Sebelum Rafli datang, dari awal tahun 2019 penyerang tengah timnas U-22 hanya mampu membuat empat gol.
Timnas U-22 Indonesia sejatinya tidak memiliki pemain bertipe penyerang tengah murni untuk SEA Games 2019. Itu yang membuat Indra Sjafri melakukan perubahan posisi di skuatnya, seperti Rafli yang menjadi penyerang tengah, lain dari posisi naturalnya yakni gelandang serang.
Selain Rafli, Osvaldo Haay juga bakal menjadi opsi ‘striker’. Osvaldo, yang biasanya mengisi sektor penyerang sayap atau gelandang, tidak asing dengan posisi itu saat berkiprah bersama klubnya Persebaya.
Akan tetapi, pesepak bola berumur 22 tahun tersebut tidak pernah merumput sebagai ‘striker’ kala timnas bersua dengan Thailand di laga-laga sebelumnya. Ini yang berpotensi mengejutkan Thailand yang kerap melihat seorang Osvaldo sebagai gelandang mapun sayap.
Perubahan posisi lain di timnas U-22 Indonesia yaitu digesernya Rachmat Irianto dari bek tengah menjadi gelandang bertahan. Ini sebenarnya bukan hal baru bagi Rachmat karena beberapa kali bertugas demikian seperti Persebaya.
“Rachmat Irianto memiliki naluri bertahan dan menyerang yang bagus. Kualitas operannya juga baik,” kata Indra Sjafri.
Ucapan Indra terbukti saat Indonesia menaklukkan Iran dengan skor 2-1 dalam pertandingan uji coba kedua, 16 November 2019, di mana Rachmat Irianto mengirimkan assist ke Egy Maulana Vikri untuk gol kemenangan, setelah sebelumnya merangsek masuk hingga kotak penalti.
Evan-Zulfiandi
Salah satu pergantian pemain timnas U-22 yang paling mencolok untuk SEA Games 2019 adalah dicoretnya gelandang Muhammad Luthfi Kamal. Padahal, Luthfi menjadi pilar utama timnas U-22 di AFF dan kualifikasi Piala Asia. Dia bahkan tidak tergantikan di skuat timnas U-19 dari tahun 2017 saat masih ditangani Indra Sjafri.
Namun, Indra tentunya memiliki alasan khusus. Meski tidak pernah mengatakan alasan sesungguhnya dari pencoretan Luthfi, keputusan itu tidak lepas dari masuknya dua pemain senior Evan Dimas dan Zulfiandi.
Evan dan Zulfiandi erat kaitannya dengan sejarah kesuksesan Indra Sjafri sebagai seorang pelatih. Performa dua nama tersebut sangat mencolok kala timnas U-19 Indonesia yang saat itu dilatih Indra Sjafri menjuarai Piala AFF U-19 tahun 2013 dan lolos ke Piala Asia U-19 di tahun yang sama.
Zulfiandi bisa dikatakan layaknya tembok kokoh di lini tengah, yang membuatnya langganan pula dipanggil timnas Indonesia. Sementara Evan Dimas, yang saat ini merupakan gelandang andalan timnas Indonesia, adalah pemain dengan daya jelajah tinggi penyambung sektor belakang dan depan.
“Sihir” kedua pemain tersebut dinilai Indra Sjafri sebagai ‘puzzle’-nya yang hilang. Ditambah nama lain seperti Rachmat Irianto sebagai gelandang bertahan, Indra ingin membangun tim yang kuat di tengah hingga belakang.
Sektor itu vital untuk menghadapi tim dengan teknik dan penguasaan bola yang bagus seperti Thailand. Dengan memperkuat lini tengah dan belakang, Garuda Muda diharapkan mampu menyusun serangan balik yang diarahkan ke pemain-pemain cepat di depan seperti Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani atau Witan Sulaeman.
Tiga nama terakhir bertugas untuk mengalirkan bola ke kotak penalti di mana Rafli akan menunggu. Atau, bisa saja mereka menuntaskan sendiri peluang dan mungkin pula memberikan ruang dari lini kedua kepada Evan Dimas serta Zulfiandi, yang memiliki tendangan jarak jauh akurat, untuk menciptakan peluang.
Thailand
Sama dengan Indonesia, Thailand juga melakukan perubahan di skuatnya yang tidak lagi sama dengan di Piala Merlion, Piala AFF U-22 dan Kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2019.
Meski tidak membawa pemain senior yang berusia di atas 22 tahun, mereka tetap mempertahankan para pemain andalannya seperti Saringkan Promsupa, Shinnapat Leeaoh, Supachai Jaided dan Supachok Sarachat.
Seharusnya dalam skuat itu juga ada nama gelandang Ekanit Panya, tetapi malang dia cedera berat sebelum SEA Games 2019 yang membuat namanya harus diganti dengan Peerawat Akkatam. Bek tangguh Thailand Marco Ballini juga tidak dipanggil ke timnas U-22 Thailand karena cedera.
Walau berstatus pemain U-22, beberapa pemain Thailand adalah anggota timnas senior seperti Supachai Jaided, Shinnapat Leeaoh dan Supachok Sarachat.
Supachok Sarachat bahkan menjadi mimpi buruk timnas Indonesia setelah dua golnya membawa Thailand menang 3-0 dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Situasi itu perlu diantisipasi dengan serius oleh Indra Sjafri. Apalagi, timnas U-22 Thailand saat ini dilatih oleh Akira Nishino, juru taktik asal Jepang yang juga pelatih timnas senior Thailand. Akira juga menjadi pelatih timnas Jepang di Piala Dunia 2018.
Sebelumnya, saat berhadapan dengan Indonesia di Piala AFF U-22 dan Kualifikasi Piala Asia U-23, timnas U-22 Thailand dilatih oleh Alexandre Torreira da Gama Lima.
Pertarungan Indonesia dan Thailand akan menjadi adu pengalaman, teknik dan, tentunya, taktik. Thailand sedikit lebih unggul dengan keberadaan pelatih bertaraf Piala Dunia dan kualitas permainan tim di atas Indonesia.
Namun, Garuda Muda dapat membuat Thailand terluka dengan semua perubahan dan strategi barunya. Jika Thailand menganggap remeh Indonesia, mereka sangat berpeluang kalah dalam pertandingan perdananya di SEA Games 2019.
Baca juga: Indra: timnas U-22 tidak terpengaruh kelalaian panitia SEA Games
Baca juga: Timnas U-22 Indonesia asah 'set piece' untuk bungkam Thailand
Pertama, skuat asuhan pelatih Indra Sjafri memiliki pemain baru. Kedua, ada perubahan posisi pemain dan terakhir, hadirnya dua pemain senior yakni Evan Dimas serta Zulfiandi.
Terkait pemain baru, di SEA Games 2019, Indra Sjafri memasukkan nama gelandang serang klub Arema FC Muhammad Rafli.
Rafli belum dipanggil saat timnas U-22 Indonesia menghadapi Thailand di Piala AFF U-22 2019 dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2020. Dia juga dicadangkan saat Indonesia melawan Thailand di Piala Merlion, Singapura, Juni 2019.
Adanya Rafli di timnas membuat permainan skuat berjuluk Garuda Muda lebih berwarna. Dia terbukti mampu menjawab tantangan dari Indra Sjafri yang memintanya untuk menjadi penyerang tengah timnas U-22.
Rafli telah membuat delapan gol sejak menjalani laga internasional pertama bersama timnas U-22 mulai bulan Juni 2019. Dua di antaranya bahkan dicetak dalam dua laga persahabatan terkini kontra Iran.
Rafli seakan menjadi jawaban ‘keringnya’ gol dari penyerang tengah timnas U-22 sepanjang tahun 2019. Sebelum Rafli datang, dari awal tahun 2019 penyerang tengah timnas U-22 hanya mampu membuat empat gol.
Timnas U-22 Indonesia sejatinya tidak memiliki pemain bertipe penyerang tengah murni untuk SEA Games 2019. Itu yang membuat Indra Sjafri melakukan perubahan posisi di skuatnya, seperti Rafli yang menjadi penyerang tengah, lain dari posisi naturalnya yakni gelandang serang.
Selain Rafli, Osvaldo Haay juga bakal menjadi opsi ‘striker’. Osvaldo, yang biasanya mengisi sektor penyerang sayap atau gelandang, tidak asing dengan posisi itu saat berkiprah bersama klubnya Persebaya.
Akan tetapi, pesepak bola berumur 22 tahun tersebut tidak pernah merumput sebagai ‘striker’ kala timnas bersua dengan Thailand di laga-laga sebelumnya. Ini yang berpotensi mengejutkan Thailand yang kerap melihat seorang Osvaldo sebagai gelandang mapun sayap.
Perubahan posisi lain di timnas U-22 Indonesia yaitu digesernya Rachmat Irianto dari bek tengah menjadi gelandang bertahan. Ini sebenarnya bukan hal baru bagi Rachmat karena beberapa kali bertugas demikian seperti Persebaya.
“Rachmat Irianto memiliki naluri bertahan dan menyerang yang bagus. Kualitas operannya juga baik,” kata Indra Sjafri.
Ucapan Indra terbukti saat Indonesia menaklukkan Iran dengan skor 2-1 dalam pertandingan uji coba kedua, 16 November 2019, di mana Rachmat Irianto mengirimkan assist ke Egy Maulana Vikri untuk gol kemenangan, setelah sebelumnya merangsek masuk hingga kotak penalti.
Evan-Zulfiandi
Salah satu pergantian pemain timnas U-22 yang paling mencolok untuk SEA Games 2019 adalah dicoretnya gelandang Muhammad Luthfi Kamal. Padahal, Luthfi menjadi pilar utama timnas U-22 di AFF dan kualifikasi Piala Asia. Dia bahkan tidak tergantikan di skuat timnas U-19 dari tahun 2017 saat masih ditangani Indra Sjafri.
Namun, Indra tentunya memiliki alasan khusus. Meski tidak pernah mengatakan alasan sesungguhnya dari pencoretan Luthfi, keputusan itu tidak lepas dari masuknya dua pemain senior Evan Dimas dan Zulfiandi.
Evan dan Zulfiandi erat kaitannya dengan sejarah kesuksesan Indra Sjafri sebagai seorang pelatih. Performa dua nama tersebut sangat mencolok kala timnas U-19 Indonesia yang saat itu dilatih Indra Sjafri menjuarai Piala AFF U-19 tahun 2013 dan lolos ke Piala Asia U-19 di tahun yang sama.
Zulfiandi bisa dikatakan layaknya tembok kokoh di lini tengah, yang membuatnya langganan pula dipanggil timnas Indonesia. Sementara Evan Dimas, yang saat ini merupakan gelandang andalan timnas Indonesia, adalah pemain dengan daya jelajah tinggi penyambung sektor belakang dan depan.
“Sihir” kedua pemain tersebut dinilai Indra Sjafri sebagai ‘puzzle’-nya yang hilang. Ditambah nama lain seperti Rachmat Irianto sebagai gelandang bertahan, Indra ingin membangun tim yang kuat di tengah hingga belakang.
Sektor itu vital untuk menghadapi tim dengan teknik dan penguasaan bola yang bagus seperti Thailand. Dengan memperkuat lini tengah dan belakang, Garuda Muda diharapkan mampu menyusun serangan balik yang diarahkan ke pemain-pemain cepat di depan seperti Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani atau Witan Sulaeman.
Tiga nama terakhir bertugas untuk mengalirkan bola ke kotak penalti di mana Rafli akan menunggu. Atau, bisa saja mereka menuntaskan sendiri peluang dan mungkin pula memberikan ruang dari lini kedua kepada Evan Dimas serta Zulfiandi, yang memiliki tendangan jarak jauh akurat, untuk menciptakan peluang.
Thailand
Sama dengan Indonesia, Thailand juga melakukan perubahan di skuatnya yang tidak lagi sama dengan di Piala Merlion, Piala AFF U-22 dan Kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2019.
Meski tidak membawa pemain senior yang berusia di atas 22 tahun, mereka tetap mempertahankan para pemain andalannya seperti Saringkan Promsupa, Shinnapat Leeaoh, Supachai Jaided dan Supachok Sarachat.
Seharusnya dalam skuat itu juga ada nama gelandang Ekanit Panya, tetapi malang dia cedera berat sebelum SEA Games 2019 yang membuat namanya harus diganti dengan Peerawat Akkatam. Bek tangguh Thailand Marco Ballini juga tidak dipanggil ke timnas U-22 Thailand karena cedera.
Walau berstatus pemain U-22, beberapa pemain Thailand adalah anggota timnas senior seperti Supachai Jaided, Shinnapat Leeaoh dan Supachok Sarachat.
Supachok Sarachat bahkan menjadi mimpi buruk timnas Indonesia setelah dua golnya membawa Thailand menang 3-0 dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Situasi itu perlu diantisipasi dengan serius oleh Indra Sjafri. Apalagi, timnas U-22 Thailand saat ini dilatih oleh Akira Nishino, juru taktik asal Jepang yang juga pelatih timnas senior Thailand. Akira juga menjadi pelatih timnas Jepang di Piala Dunia 2018.
Sebelumnya, saat berhadapan dengan Indonesia di Piala AFF U-22 dan Kualifikasi Piala Asia U-23, timnas U-22 Thailand dilatih oleh Alexandre Torreira da Gama Lima.
Pertarungan Indonesia dan Thailand akan menjadi adu pengalaman, teknik dan, tentunya, taktik. Thailand sedikit lebih unggul dengan keberadaan pelatih bertaraf Piala Dunia dan kualitas permainan tim di atas Indonesia.
Namun, Garuda Muda dapat membuat Thailand terluka dengan semua perubahan dan strategi barunya. Jika Thailand menganggap remeh Indonesia, mereka sangat berpeluang kalah dalam pertandingan perdananya di SEA Games 2019.
Baca juga: Indra: timnas U-22 tidak terpengaruh kelalaian panitia SEA Games
Baca juga: Timnas U-22 Indonesia asah 'set piece' untuk bungkam Thailand
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: