Jakarta (ANTARA) -
Sejumlah pejalan kaki mengeluhkan kondisi memprihatinkan jembatan penyeberangan orang (JPO) Kedoya Raya, Jakarta Barat.
Mereka beranggapan JPO Kedoya Raya dapat membahayakan nyawa pejalan kaki yang melintas, terutama saat memasuki musim hujan.
"Jalan cuma plesteran begini, atapnya juga bolong. Pasti bisa tergelincir," ujar salah satu pejalan kaki yang melintas, Tisla (35).
Tisla yang sering melintas di jembatan itu mengatakan tidak ada pilihan lain, sebab itu jalan tercepat dari tempat kerja menuju rumahnya di kawasan Kebon Jeruk.
Baca juga: Pengamat: Lebih baik memperbaiki JPO rusak
Baca juga: Tiang JPO rusak akibat kecelakaan bus Transjakarta
Baca juga: Rusak berat, jembatan penyeberangan di Jaktim akan dibongkar
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Rifky (20), yang mengaku takut kesetrum akibat adanya kabel optik liar tak tertata di JPO Kedoya Raya.
"Kabelnya enggak rapi begitu, kita kan enggak tahu kabel itu masih aktif atau enggak," ujar dia.
Ditambah lagi dengan struktur jembatan yang berkarat dan keropos, Rifky merasa perlu adanya perbaikan jembatan penyeberangan di DKI Jakarta.
"Jangan hanya di tengah kota saja jembatan dipercantik, ini jembatan kan juga penting untuk nyebrang dari Jalan Kedoya Raya ke Jalan Perjuangan," kata dia.
JPO Kedoya Raya menghubungkan antara Jalan Kedoya Raya dan Jalan Perjuangan serta Jalan Tol Jakarta-Tangerang yang membelah kawasan tersebut.
Pada struktur jembatan tersebut terlihat kerusakan di beberapa titik seperti karat, keropos besi, kanopi plastik fiber sebagai atap jembatan yang bolong, serta coretan akibat vandalisme.
Alas JPO Kedoya Raya juga bergetar, meskipun menggunakan cor semen. Selain itu, banyak terdapat kawat-kawat pembatas jembatan bolong serta kabel optik yang tidak tertata rapi.
Pejalan kaki keluhkan kondisi prihatin JPO Kedoya Raya
25 November 2019 18:04 WIB
Pejalan kaki melintas di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Kedoya Raya Jakarta Barat, Senin (25/11/2019). (ANTARA/DEVI NINDY)
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019
Tags: