Polisi Pekanbaru dapat penghargaan karena membangun sekolah di pelosok
25 November 2019 14:54 WIB
Gubernur Riau Syamsuar (tengah) menyerahkan penghargaan kepada Bripka Ralon Manurung pada peringatan Hari Guru di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (25/11/2019). Bripka Ralon Manurung menerima dua penghargaan karena membantu pembangunan sekolah marjinal di pelosok Kabupaten Kampar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA) - Bripka Ralon Manurung, seorang polisi di Kota Pekanbaru, mendapatkan dua penghargaan pada peringatan Hari Guru karena jasanya membantu membangun sekolah di pelosok Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Penghargaan pertama untuk Ralon diberikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Riau Irjen Pol Agung Setia Imam Efendi di Markas Kepolisian Daerah Riau di Pekanbaru, Senin.
Tindakan mulia Ralon dinilai bukan hanya berguna bagi masyarakat, melainkan juga berdampak positif pada citra kepolisian.
"Jadilah contoh yang baik. Semoga ini bisa ditiru oleh yang lainnya," kata Agung kepada Ralon.
Satu penghargaan lainnya diberikan oleh Gubernur Riau Syamsuar pada peringatan Hari Guru di halaman kantor Gubernur Riau pada Senin.
Gubernur memberikan hadiah berupa uang tunai dan piagam kepada Ralon sebagai penghargaan atas dukungannya dalam memajukan pendidikan Riau.
Syamsuar menyempatkan diri mendengarkan kisah Ralon membantu sekolah di Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
Orang nomor satu di Riau itu terharu saat mengetahui Ralon rela menggunakan uang pribadi dan bahkan sampai menjual perhiasan milik isterinya untuk membantu pembangunan sekolah marjinal.
"Saya sampai terharu karena bahagia, dan saya salut karena tidak banyak orang seperti dia," kata Syamsuar.
Tak Sangka
Bripka Ralon Manurung tidak menyangka akan mendapat dua penghargaan sekaligus pada peringatan Hari Guru.
"Saya tidak menyangka sama sekali karena ikhlas membantu. Apalagi ini sudah dua tahun yang lalu," katanya.
Kisah Ralon yang membantu sekolah marjinal terungkap ke publik karena pemberitaan media pada akhir Oktober 2019.
Ralon, personel Direktorat Lalu Lintas Polda Riau, menjelaskan bahwa bangunan sekolah jauh dari SDN 010 di Desa Batu Sasak semula terbuat dari kayu yang sudah lapuk dimakan usia.
"Dari Pekanbaru menuju sekolah itu butuh waktu 12 jam karena jalannya tanah, kalau hujan susah sekali ditembusnya," kata Ralon.
Ralon tergerak untuk membantu memperbaiki bangunan sekolah karena terenyuh mendengar perjuangan warga untuk mempertahankan sekolah yang menjadi tempat belajar anak-anak Dusun Sialang Harapan tersebut.
Selain itu, kebetulan salah satu warga yang memperjuangkan perbaikan sekolah marjinal itu adalah kawan dari isterinya.
"Awalnya saya tidak percaya, tapi setelah melihat langsung saya tidak tega dan timbul niat untuk membantu," ujarnya.
Ralon bertekad membantu membangun sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan tersebut, yang setelah dihitung-hitung membutuhkan biaya sekitar Rp12 juta.
"Uang itu awalnya saya kumpulkan untuk renovasi rumah, dan digunakan untuk membangun sekolah," katanya.
Namun biaya pembangunan sekolah kemudian membengkak menjadi Rp14,5 juta, antara lain karena ongkos transportasi bahan bangunan menuju lokasi sekolah cukup besar.
"Akhirnya saya jual perhiasan isteri, dapat sekitar Rp2,5 juta untuk menutup kekurangan dana itu," katanya.
Sekarang bangunan sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan sudah layak, mencakup dua ruang kelas, satu ruang guru, dan perpustakaan. Bantuan dari berbagai pihak pun kemudian mengalir ke sana.
"Termasuk bantuan dari Kapolda Riau yang langsung datang ke sekolah dan sempat mengajar di sana," demikian Bripka Ralon Manurung.
Baca juga: Hari Guru Nasional kokohkan tekad guru dalam cerdaskan anak bangsa
Penghargaan pertama untuk Ralon diberikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Riau Irjen Pol Agung Setia Imam Efendi di Markas Kepolisian Daerah Riau di Pekanbaru, Senin.
Tindakan mulia Ralon dinilai bukan hanya berguna bagi masyarakat, melainkan juga berdampak positif pada citra kepolisian.
"Jadilah contoh yang baik. Semoga ini bisa ditiru oleh yang lainnya," kata Agung kepada Ralon.
Satu penghargaan lainnya diberikan oleh Gubernur Riau Syamsuar pada peringatan Hari Guru di halaman kantor Gubernur Riau pada Senin.
Gubernur memberikan hadiah berupa uang tunai dan piagam kepada Ralon sebagai penghargaan atas dukungannya dalam memajukan pendidikan Riau.
Syamsuar menyempatkan diri mendengarkan kisah Ralon membantu sekolah di Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
Orang nomor satu di Riau itu terharu saat mengetahui Ralon rela menggunakan uang pribadi dan bahkan sampai menjual perhiasan milik isterinya untuk membantu pembangunan sekolah marjinal.
"Saya sampai terharu karena bahagia, dan saya salut karena tidak banyak orang seperti dia," kata Syamsuar.
Tak Sangka
Bripka Ralon Manurung tidak menyangka akan mendapat dua penghargaan sekaligus pada peringatan Hari Guru.
"Saya tidak menyangka sama sekali karena ikhlas membantu. Apalagi ini sudah dua tahun yang lalu," katanya.
Kisah Ralon yang membantu sekolah marjinal terungkap ke publik karena pemberitaan media pada akhir Oktober 2019.
Ralon, personel Direktorat Lalu Lintas Polda Riau, menjelaskan bahwa bangunan sekolah jauh dari SDN 010 di Desa Batu Sasak semula terbuat dari kayu yang sudah lapuk dimakan usia.
"Dari Pekanbaru menuju sekolah itu butuh waktu 12 jam karena jalannya tanah, kalau hujan susah sekali ditembusnya," kata Ralon.
Ralon tergerak untuk membantu memperbaiki bangunan sekolah karena terenyuh mendengar perjuangan warga untuk mempertahankan sekolah yang menjadi tempat belajar anak-anak Dusun Sialang Harapan tersebut.
Selain itu, kebetulan salah satu warga yang memperjuangkan perbaikan sekolah marjinal itu adalah kawan dari isterinya.
"Awalnya saya tidak percaya, tapi setelah melihat langsung saya tidak tega dan timbul niat untuk membantu," ujarnya.
Ralon bertekad membantu membangun sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan tersebut, yang setelah dihitung-hitung membutuhkan biaya sekitar Rp12 juta.
"Uang itu awalnya saya kumpulkan untuk renovasi rumah, dan digunakan untuk membangun sekolah," katanya.
Namun biaya pembangunan sekolah kemudian membengkak menjadi Rp14,5 juta, antara lain karena ongkos transportasi bahan bangunan menuju lokasi sekolah cukup besar.
"Akhirnya saya jual perhiasan isteri, dapat sekitar Rp2,5 juta untuk menutup kekurangan dana itu," katanya.
Sekarang bangunan sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan sudah layak, mencakup dua ruang kelas, satu ruang guru, dan perpustakaan. Bantuan dari berbagai pihak pun kemudian mengalir ke sana.
"Termasuk bantuan dari Kapolda Riau yang langsung datang ke sekolah dan sempat mengajar di sana," demikian Bripka Ralon Manurung.
Baca juga: Hari Guru Nasional kokohkan tekad guru dalam cerdaskan anak bangsa
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: