"Adanya isu tentang rencana Anies Baswedan akan maju melangkah sebagai Capres di tahun 2024, dengan pengusulan anggaran yang terkesan aneh, menjadikan kecurigaan sebagian warga Jakarta," katanya.
Pernyataan itu dikemukakan Nanda dalam acara diskusi publik "Selamatkan Ibu Kota" di ruang Auditorium Gedung Menara Jamsostek, Jakarta Selatan, Minggu sore.
Nanda menyebut, APBD yang direncanakan untuk 2020 jika tidak dikawal bisa rawan dimanfaatkan untuk kepentingan politik kekuasaan.
Dikatakan Nanda, Jakarta saat ini mempunyai anggaran terbesar dari provinsi lain di Indonesia.
Baca juga: BK DPRD DKI panggil William Aditya pekan depan
Baca juga: DPRD rekomendasikan anggaran TGUPP dicoret
Baca juga: Belajar dari kasus anggaran "heboh" DKI Jakarta
Selama Anis Baswedan mempin Jakarta, kata dia, masyarakat merasakan kekumuhan Ibu Kota semakin bertambah.
Sejak dilantik Presiden pada 16 oktober 2017 dan telah dua tahun menjadi Gubernur, warga Jakarta dikagetkan dengan isu anggaran belanja daerah untuk tahun 2020 yang dianggap tidak wajar.
Anggaran janggal ini terungkap saat anggota DPRD DKI dari Fraksi PSI, William Aditya Sarana, mengungkapkan anggaran pengadaan lem Aibon sebesar Rp82 milliar di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur.
Anggota DPRD DKI dari Fraksi PDIP lainnya, Ida Mahmudah, juga membongkar anggaran janggal jasa konsultan penataan pemukiman kumuh sebesar Rp556 juta per RW.
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran atau FITRA, Indonesia Corruption Watch dan Indonesia Bouget Centre (IBC) juga menemukan banyak anggaran janggal di rancangan APBD DKI 2020 mulai dari pembelian gunting rumput, buku folio hingga tenis meja.
"Tentunya kejanggalan-kejanggalan ini harus ditelusuri dan butuh klarifikasi dari Gubernur DKI Jakarta yang pernah berjanji akan membangun sistem transparansi," katanya.
Acara diskusi publik itu juga mengundang narasumber di antaranya Direktur Etos Indonesia Institut Iskandarsyah, politisi PSI William A Sarana, dan politisi Gerindra Ichwanul Muslimin.