Bogor (ANTARA) - Pemeritah Kota Bogor berupaya meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) di wilayahnya dengan pencantuman logo "100% Bogor Pisan" sebagai identitas produk asli IKM di Kota Bogor yang diharapkan dapat memberikan dampak positif.

Pencantuman logo "100% Bogor Pisan" untuk produk-produk dari IKM di Kota Bogor, sampai saat ini, Sabtu (23/11), sudah berjalan sekitar lima bulan, sejak diluncurkan Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, bersamaan dengan kegiatan pameran produk IKM di sebuah mall di Kota Bogor, pada Senin, 17 Juni 2019.

Dengan diluncurkannya logo "100% Bogor Pisan" maka para pelaku IKM dapat mencetak logo bergambar kepala rusa dan tulisan "100% Bogor Pisan" tersebut untuk ditempelkan pada produknya masing-masing, baik produk kuliner, kerajian, produk dari bahan kulit, tekstil, batik, dan sebagainya.

Baca juga: Pemkot sebut logo "100% Bogor Pisan" untuk penguatan identitas lokal

Logo "100% Bogor Pisan" adalah logo resmi untuk produk IKM, yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Bogor pada 2018, untuk menjadi identitas sekaligus proteksi terhadap produk IKM Kota Bogor, dari upaya pemalsuan dan penjiplakan.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Tedy Setiadi, menuturkan, pencantuman logo "100% Bogor Pisan" sejak diluncurkan hingga saat ini belum dievaluasi perkembangannya.

"Memang logo '100% Bogor Pisan' itu ditetapkan berdasarkan SK Wali Kota, tapi hal itu hanya sebatas imbauan," kata Tedy Setiadi ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat (22/11).

Tedy juga menyebut, jumlah industri kecil dan menengah (IKM) di Kota Bogor saat ini ada sekitar 3.000 IKM yang terdaftar.

IKM Batik di Bogor

Salah seorang pelaku IKM di Kota Bogor, yakni pemilik usaha Batik Bogor Tradisiku, Siswaya, menuturkan telah merintis usaha batik di Kota Bogor sejak 2008. "Saya yang pertama merintis usaha batik di Kota Bogor. Kemudian, ada perajin lain yang juga membuka usaha batik dan saat ini ada enam usaha batik di Kota Bogor," katanya.

Ini menunjukkan IKM batik berkembang di Kota Bogor, karena pasarnya bukan hanya di lokal Kota Bogor tapi ke sejumlah daerah lainnya.

Siswaya menuturkan, dirinya membuka usaha batik di Bogor berawal dari membantu saudaranya yang kehilangan pekerjaan setelah daerahnya di Yogyakarta terkena musibah bencana gempa bumi pada 2006.

"Saya mengajak saudara saya, lima orang, dari Yogyakarta, yang sebelumnya pekerja di perajin batik. Mereka saya ajak ke Bogor dan merintis usaha batik di Bogor," cerita Siswaya kepada ANTARA, di Galeri Batik Bogor Tradisiku, di Jalan Jalak, Kota Bogor, Kamis (21/11).

Pria asal Yogyakarta ini bercerita, pada awalnya harus berjuang keras memasarkan batik produksinya di Kota Bogor, dengan menawarkan ke toko-toko, termasuk ke perusahaan swasta, dan instansi pemerintah.

Siswaya juga aktif membangun komunikasi dengan para pelaku usaha, budayawan, pihak swasta, maupun birokrat. Tekad kuat dan kegigihannya, membuat usaha batiknya pelan-pelan bergerak naik.

Siswaya juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Bogor saat itu, Diani Budiarto, dan istrinya, Fauziah, yang banyak membantu mendukung usahanya untuk berkembang.

Tentunya, dukungan itu juga dikuatkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, yakni salah satu organisasi perangkat daerah (OPD) di Pemerintah Kota Bogor.

Adanya dukungan tersebut, membuat Batik Bogor Tradisiku terus berkembang, di antaranya mendapatkan order untuk pembuatan seragam batik di beberapa sekolah di Bogor.

Momentum Polemik Batik
"Usaha batik saya berkembang pesat, ketika ada polemik batik antara Indonesia dan Malaysia, karena Malaysia mengklaim batik adalah warisan budayanya," katanya.

Polemik klaim batik saat itu memang ramai dan menjadi isu nasional, tapi setelah Indonesia mendaftarkan batik di salah satu Badan PBB yakni Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), kemudian PBB mengakui batik sebagai warisan budaya Indonesia.

Siswaya yang sempat aktif di Forum Komunikasi Industri Kecil dan Menengah (FKIKM) terus mengembangkan usaha batiknya dan terus melakukan ekspansi pasar untuk produknya.

Hasil batik produksinya, yakni batik tulis dan batik cap, tidak hanya dipasarkan di Bogor dan sekitarnya tapi ke sejumlah daerah lainnya di Indonesia, misalnya ke Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan bahkan Maluku.

Siswaya melalui Batik Bogor Tradisiku juga banyak mendapat order membuat batik untuk seragam sekolah, seragam organisasi, komunitas, lembaga swasta, dan bahkan batik aparat sipil negara (ASN) untuk pegawai pemerintah. "Batik yang dipakai kepala daerah dan pejabat Kota Bogor adalah produksi dari Batik Bogor Tradisiku," katanya.

Soal omzet? "Penjualan batik itu dinamis, tergantung pada pesanan dari rekanan. Order pembuatan batik, untuk sekolah, swasta, dan ASN juga pada waktu-waktu tertentu saja. Ya, kalau dirata-ratakan omzet saya sekitar Rp150 juta hingga Rp200 juta per bulan," katanya.

Melalui usaha batiknya, Siswaya juga menyatakan telah membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Bogor. Karena, pada awalnya dia mengajak lima orang
saudaranya dari Yogyakarta untuk membantunya, tapi saat ini karyawannya sudah berkembang menjadi 40 orang. "Sebagian besar adalah warga Bogor," katanya.

Siswaya menuturkan, kunci keberhasilnnya membangun usaha batik di Kota Bogor adalah, berani bekerja keras dan tidak menyerah, membuat produksi yang berkualitas, serta menjaga kepercayaan pelanggan.

Siswaya juga melihat, ada sejumlah IKM di Kota Bogor yang sulit berkembang, di antaranya karena keterbatasan modal usaha, keterbatasan akses komunikasi dan pemasaran produk, serta kualitas produksi yang masih perlu ditingkatkan.

Pemerintah daerah melalui lembaga terkait lainnya, diimbau untuk membantu IKM-IKM di Kota Bogor agar dapat berkembang, misalnya memediasi antara pelaku IKM dengan perbankan untuk mendapatkan akses permodalan, serta membantu memasarkan produk-produk IKM melalui pameran yang menghubungkan penjual dan pembeli.

Semangat yang harus terus dibangun adalah, jika IKM Kota Bogor berkembang, maka dampak positif yang dapat dicapai adalah pelaku IKM dapat lebih sejahtera, menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Kota Bogor, serta secara tidak langsung meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Baca juga: Kemenperin lahirkan 'startup' kerajinan dan batik
Baca juga: Ini cara Lebak tingkatkan IKM batik, tenun Badui hingga gula semut