FAO edukasi mahasiswa cegah resistensi antimikroba
23 November 2019 17:54 WIB
Edukasi penggunaan antibiotik dengan bertanggung jawab bersama FAO dan Universitas Lampung, Bandarlampung, Sabtu (23/11/2019). (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)
Bandarlampung (ANTARA) - FAO (Food Agriculture Organization) bekerja sama dengan Universitas Lampung dan Dirjen PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) edukasi mahasiswa tentang pentingnya meminimalisir penggunaan antibiotik.
"Resistensi antimikroba merupakan isu kompleks, karena bukan hanya isu kesehatan saja, namun menjadi isu ekonomi, budaya, hingga kesejahteraan masyarakat," kata Perwakilan Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur Kesehatan masyarakat Veteriner, Syamsul Ma' Arif, di Bandarlampung, Sabtu.
Penggunaan antibiotik berhubungan secara langsung dengan kehidupan manusia sehingga pemerintah mencoba mengedukasi masyarakat untuk menggunakan antibiotik secara cerdas dan bertanggung jawab.
Menurutnya, tanggung jawab menanggulangi AMR (Antimicrobial Resistance) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga perlu peran serta seluruh pihak termasuk mahasiswa.
Baca juga: Pemprov Lampung berkomitmen tangani resistensi antimikroba
Baca juga: Sabut kelapa mengandung antibiotik alternatif
Baca juga: Tren obat hewan berbahan herbal tekan penggunaan antibiotik
Hal senada juga dikatakan oleh Chief Technical Adviser FAO ( Food Agriculture Organzation) Luuk Schoonman. "AMR (Antimicrobial Resistance) akan menjadi salah satu pembunuh manusia terbesar pada tahun 2025, sehingga perlu adanya penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab."
Menurutnya, untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan antibiotik secara bijak, FAO yang bekerjasama dengan pemerintah mengadakan berbagai sosialisasi dan edukasi, salah satunya kepada mahasiswa.
Edukasi mengenai penggunaan antibiotik secara bertanggung jawab dan bijaksana juga merupakan salah satu bentuk dari implementasi kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat melalui badan USAID.
"Tahun ini menandai kerjasama Amerika Serikat dan Indonesia ke 70 tahun, USAID ikut berperan menuntaskan ancaman global AMR (Antimicrobial Resistance) secara tuntas terutama di Indonesia, melalui memberikan edukasi kepada mahasiswa," ujar Ravindral Suaris Direktur Kantor Keuangan USAID.
Menurutnya, universitas dipilih karena institusi pendidikan merupakan mitra penting dalam mengendalikan AMR (Antimicrobial Resistance) dan mahasiswa memiliki tanggung jawab moral dalam masyarakat untuk menanggulangi.
"Saat ini banyak orang yang mengalami penyakit yang tidak dapat diobati karena adanya resistensi antibiotik sehingga perlu peran serta dari semua aktor terutama institusi pendidikan sebagai penyampai pesan," kata Ravindral Suaris, Direktur Kantor Keuangan USAID
Edukasi penggunaan antibiotik dengan bijak dan bertanggung jawab mendapatkan respon yang baik terlihat dari antusias mahasiswa dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber.*
Baca juga: Tingkatkan kewaspadaan ancaman resistensi antibiotik
Baca juga: Kapan harus periksa saat mengalami batuk berkepanjangan
"Resistensi antimikroba merupakan isu kompleks, karena bukan hanya isu kesehatan saja, namun menjadi isu ekonomi, budaya, hingga kesejahteraan masyarakat," kata Perwakilan Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur Kesehatan masyarakat Veteriner, Syamsul Ma' Arif, di Bandarlampung, Sabtu.
Penggunaan antibiotik berhubungan secara langsung dengan kehidupan manusia sehingga pemerintah mencoba mengedukasi masyarakat untuk menggunakan antibiotik secara cerdas dan bertanggung jawab.
Menurutnya, tanggung jawab menanggulangi AMR (Antimicrobial Resistance) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga perlu peran serta seluruh pihak termasuk mahasiswa.
Baca juga: Pemprov Lampung berkomitmen tangani resistensi antimikroba
Baca juga: Sabut kelapa mengandung antibiotik alternatif
Baca juga: Tren obat hewan berbahan herbal tekan penggunaan antibiotik
Hal senada juga dikatakan oleh Chief Technical Adviser FAO ( Food Agriculture Organzation) Luuk Schoonman. "AMR (Antimicrobial Resistance) akan menjadi salah satu pembunuh manusia terbesar pada tahun 2025, sehingga perlu adanya penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab."
Menurutnya, untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan antibiotik secara bijak, FAO yang bekerjasama dengan pemerintah mengadakan berbagai sosialisasi dan edukasi, salah satunya kepada mahasiswa.
Edukasi mengenai penggunaan antibiotik secara bertanggung jawab dan bijaksana juga merupakan salah satu bentuk dari implementasi kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat melalui badan USAID.
"Tahun ini menandai kerjasama Amerika Serikat dan Indonesia ke 70 tahun, USAID ikut berperan menuntaskan ancaman global AMR (Antimicrobial Resistance) secara tuntas terutama di Indonesia, melalui memberikan edukasi kepada mahasiswa," ujar Ravindral Suaris Direktur Kantor Keuangan USAID.
Menurutnya, universitas dipilih karena institusi pendidikan merupakan mitra penting dalam mengendalikan AMR (Antimicrobial Resistance) dan mahasiswa memiliki tanggung jawab moral dalam masyarakat untuk menanggulangi.
"Saat ini banyak orang yang mengalami penyakit yang tidak dapat diobati karena adanya resistensi antibiotik sehingga perlu peran serta dari semua aktor terutama institusi pendidikan sebagai penyampai pesan," kata Ravindral Suaris, Direktur Kantor Keuangan USAID
Edukasi penggunaan antibiotik dengan bijak dan bertanggung jawab mendapatkan respon yang baik terlihat dari antusias mahasiswa dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber.*
Baca juga: Tingkatkan kewaspadaan ancaman resistensi antibiotik
Baca juga: Kapan harus periksa saat mengalami batuk berkepanjangan
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: