Kampung adat terpopuler di Indonesia disandang Bung Kupuak-Bengkayang
23 November 2019 12:12 WIB
Plt Bupati Bengkayang, Agustinus Naon (kiri) bersama Kadisporapar Bengkayang, Made Putra Negara menunjukan piala Anugerah Pesona Indonesia atas terpilihnya Bung Kapuak sebagai sebagai kampung adat terpopuler di Indonesia. (FOTO ANTARA/HO-Humas Pemkab Bengkayang)
Pontianak (ANTARA) - Bung Kapuak yang merupakan daerah perkampungan tua Dayak Bidayuh di Jagoibabang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat berhasil mendapat penghargaan sebagai kampung adat terpopuler di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Kita bersyukur Bung Kapuak diberi penghargaan menjadi kampung adat terpopuler di Indonesia. Terima kasih kepada bupati nonaktif atas dukunganya. Kemudian Plt Bupati Bengkayang berkenan hadir langsung menerima Piala Anugerah Pesona Indonesia di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Kadisporapar) Kabupaten Bengkayang, Made Putra Negara saat dihubungi di Bengkayang, Sabtu.
Ia menyebutkan bahwa Anugerah Pesona Indonesia tersebut tentu bisa memberikan semangat dan motivasi bagi masyarakat Bengkayang untuk terus memaksimalkan potensi yang ada.
“Kita tidak lupa berterima kasih kepada masyarakat Jagoibabang yang yang sudah berpartisipasi memopulerkan Bung Kupuak hingga menjadi yang terbaik,” kata dia.
Ia menyebutkan bahwa kawasan Bung Kupuak terus berbenah. Pada tahun ini melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) pembangunan dilaksanakan.
“Pembangunan Bung Kupuak memang sudah memiliki perencanaan yang baik, ada 'masterplane' dan ada Detail Engineering Design (DED),” katanya.
Ia menyebutkan bahwa Bung Kupuak sebenarnya adalah perkampungan tua Dayak Bidayuh yang saat ini sudah berpindah turun ke Kota Kecamatan Jagoibabang .
Mereka meninggalkan perkampungan lama karena mulai merasakan kehidupan yang lebih mudah bila ada jalan utama dan perbatasan.
“Tetapi perkampungan lama Bung Kupuak tidak mereka tinggalkan begitu saja, setiap tahun mereka melakukan ritual adat bersama di tempat tersebut,” katanya.
Ritual adat yang dilakukan berupa permohonan kepada leluhur agar diberikan limpahan rejeki dan ucapan terima kasih atas panen serta limpahan rejeki yang mereka terima.
“Kegiatan ritual adat ini mereka sebut Gawia Sowa. Setiap gawai seluruh Dayak Bidayuh akan hadir, termasuk Dayak Bidayuh dari Serawak, Malaysia.,” kata dia.
Ke depan pihaknya melanjutkan dengan penataan tempat parkir dan "homestay". Kemudian memperbaiki tata kelola destinasi tersebut agar bisa memberikan nilai tambah bagi kelompok dan masyarakat sekitar.
“Kita akan mengembangkan kegiatan perbatasan dan mengembangkan pusat oleh – oleh dan pusat kuliner . Intinya kita mengembangkan Desa Wisata Jagoiiabang untuk menggerakkan pembangunan wisata desa oleh masyarakat, untuk masyarakat,” demikian Made Putra Negara.
Baca juga: Festival Budaya Dayak di Bengkayang ajang promosi budaya
Baca juga: BPBD: 10 desa di Bengkayang rawan terjadi Karhutla
Baca juga: Festival Internasional Budaya Dayak Bidayuh diminati wisman Malaysia
Baca juga: Bukit Sepancong Bengkayang makin diminati wisatawan, begini pesonanya
"Kita bersyukur Bung Kapuak diberi penghargaan menjadi kampung adat terpopuler di Indonesia. Terima kasih kepada bupati nonaktif atas dukunganya. Kemudian Plt Bupati Bengkayang berkenan hadir langsung menerima Piala Anugerah Pesona Indonesia di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Kadisporapar) Kabupaten Bengkayang, Made Putra Negara saat dihubungi di Bengkayang, Sabtu.
Ia menyebutkan bahwa Anugerah Pesona Indonesia tersebut tentu bisa memberikan semangat dan motivasi bagi masyarakat Bengkayang untuk terus memaksimalkan potensi yang ada.
“Kita tidak lupa berterima kasih kepada masyarakat Jagoibabang yang yang sudah berpartisipasi memopulerkan Bung Kupuak hingga menjadi yang terbaik,” kata dia.
Ia menyebutkan bahwa kawasan Bung Kupuak terus berbenah. Pada tahun ini melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) pembangunan dilaksanakan.
“Pembangunan Bung Kupuak memang sudah memiliki perencanaan yang baik, ada 'masterplane' dan ada Detail Engineering Design (DED),” katanya.
Ia menyebutkan bahwa Bung Kupuak sebenarnya adalah perkampungan tua Dayak Bidayuh yang saat ini sudah berpindah turun ke Kota Kecamatan Jagoibabang .
Mereka meninggalkan perkampungan lama karena mulai merasakan kehidupan yang lebih mudah bila ada jalan utama dan perbatasan.
“Tetapi perkampungan lama Bung Kupuak tidak mereka tinggalkan begitu saja, setiap tahun mereka melakukan ritual adat bersama di tempat tersebut,” katanya.
Ritual adat yang dilakukan berupa permohonan kepada leluhur agar diberikan limpahan rejeki dan ucapan terima kasih atas panen serta limpahan rejeki yang mereka terima.
“Kegiatan ritual adat ini mereka sebut Gawia Sowa. Setiap gawai seluruh Dayak Bidayuh akan hadir, termasuk Dayak Bidayuh dari Serawak, Malaysia.,” kata dia.
Ke depan pihaknya melanjutkan dengan penataan tempat parkir dan "homestay". Kemudian memperbaiki tata kelola destinasi tersebut agar bisa memberikan nilai tambah bagi kelompok dan masyarakat sekitar.
“Kita akan mengembangkan kegiatan perbatasan dan mengembangkan pusat oleh – oleh dan pusat kuliner . Intinya kita mengembangkan Desa Wisata Jagoiiabang untuk menggerakkan pembangunan wisata desa oleh masyarakat, untuk masyarakat,” demikian Made Putra Negara.
Baca juga: Festival Budaya Dayak di Bengkayang ajang promosi budaya
Baca juga: BPBD: 10 desa di Bengkayang rawan terjadi Karhutla
Baca juga: Festival Internasional Budaya Dayak Bidayuh diminati wisman Malaysia
Baca juga: Bukit Sepancong Bengkayang makin diminati wisatawan, begini pesonanya
Pewarta: Dedi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: