Din Syamsudin ajak umat selesaikan gejala intoleransi dengan dialog
22 November 2019 22:14 WIB
Tokoh Muhammadiyah Din Syamsudin menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga toleransi dalam konferensi pers di di Center for Dialogue and Cooperation among Civilisation (CDCC) Jakarta, Senin (18/11/2019). ANTARA/Katriana/am.
Jakarta (ANTARA) - Tokoh organisasi Islam Muhammadiyah Din Syamsudin mengajak masyarakat yang memiliki perbedaan latar belakang suku, ras dan agama untuk menyelesaikan gejala intoleransi yang muncul melalui dialog agar dapat membangun kehidupan berbangsa dengan harmonis.
"Bahwa ada gejala fakta intoleransi iya, kita tidak menutup-nutupi. Terhadap gejala dan gelagat intoleransi, sebaiknya kita cari akar permasalahan dengan dialog," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Din Syamsudin: Bahtiar Effendy adalah sosok cendekiawan sejati
Ia memandang Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tetap relatif dapat membangun kehidupan kebangsaan secara harmonis dan rukun.
Ia tidak menutup-nutupi fakta adanya gejala-gejala intoleransi di tengah masyarakat.
Namun, ia yakin sebagai bangsa yang besar, Indonesia, yang terbentuk dari kemajemukan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis, suku dan agama dapat mengembangkan dan menampilkan kehidupan yang rukun melalui dialog.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencari akar permasalahan dari gejala-gejala intoleransi yang muncul melalui dialog.
"Dengan kekuatan dialog tadi mari kita ajak duduk bersama mengapa Anda tidak toleran terhadap pemeluk agama lain. Sementara agama-agama masing-masing mengajarkan toleransi," katanya.
Ia mengajak masyarakat untuk mengedepankan dialog karena Indonesia memiliki nilai-nilai dasar yang disepakati oleh para pendiri bangsa, yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang berfungsi merajut kebersamaan dalam kemajemukan.
Selain itu, ia juga yakin bahwa agama-agama yang berkembang di Indonesia mengajarkan ajaran toleransi seperti moderasi.
Kemudian, lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi yang banyak dibentuk di Indonesia juga didirikan dengan tujuan untuk mencapai dialog antaragama.
Oleh karena itu, ia optimistis bangsa Indonesia akan selalu dapat menghadapi ancaman gangguan terhadap kemajemukan dengan terus menjaganya melalui upaya dialog untuk mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya.
"Bahwa ada gejala fakta intoleransi iya, kita tidak menutup-nutupi. Terhadap gejala dan gelagat intoleransi, sebaiknya kita cari akar permasalahan dengan dialog," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Din Syamsudin: Bahtiar Effendy adalah sosok cendekiawan sejati
Ia memandang Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tetap relatif dapat membangun kehidupan kebangsaan secara harmonis dan rukun.
Ia tidak menutup-nutupi fakta adanya gejala-gejala intoleransi di tengah masyarakat.
Namun, ia yakin sebagai bangsa yang besar, Indonesia, yang terbentuk dari kemajemukan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis, suku dan agama dapat mengembangkan dan menampilkan kehidupan yang rukun melalui dialog.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencari akar permasalahan dari gejala-gejala intoleransi yang muncul melalui dialog.
"Dengan kekuatan dialog tadi mari kita ajak duduk bersama mengapa Anda tidak toleran terhadap pemeluk agama lain. Sementara agama-agama masing-masing mengajarkan toleransi," katanya.
Ia mengajak masyarakat untuk mengedepankan dialog karena Indonesia memiliki nilai-nilai dasar yang disepakati oleh para pendiri bangsa, yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang berfungsi merajut kebersamaan dalam kemajemukan.
Selain itu, ia juga yakin bahwa agama-agama yang berkembang di Indonesia mengajarkan ajaran toleransi seperti moderasi.
Kemudian, lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi yang banyak dibentuk di Indonesia juga didirikan dengan tujuan untuk mencapai dialog antaragama.
Oleh karena itu, ia optimistis bangsa Indonesia akan selalu dapat menghadapi ancaman gangguan terhadap kemajemukan dengan terus menjaganya melalui upaya dialog untuk mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya.
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: