Di Festival Keraton ASEAN Baubau, "Peka Kande-Kandea" sabet rekor MURI
21 November 2019 10:41 WIB
Wali Kota Baubau, AS Tamrin (tengah) menerima penghargaan dari MURI atas acara "Peka Kande-Kandea" sepanjang 3 km di Benteng Keraton, di Baubau, Sulawesi Tenggara, Rabu. (FOTO ANTARA/HO-Humas Kominfo Baubau/Azis Senong)
Baubau, Sultra (ANTARA) - Kegiatan Peka Kande-Kandea yang digelar dalam rangkaian Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN VI di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas sajian peka kande-kande sepanjang 3 kilo meter atau mengelilingi Benteng Keraton Buton.
Kande-Kandea adalah tradisi makan bersama dengan membawa talang makanan (nampan berisi makanan).
Penganugerahan rekor MURI itu diregister dengan Nomor 9304/R.MURI/XI/2019, dan diserahkan Manajer MURI Triono dan Chandra Riyadi mewakili Ketua Umum MURI Jaya Suprana kepada Wali Kota Baubau Dr AS Tamrin di Baubau, Rabu (2/11) malam.
“Penghargaan ini tentu merupakan kebanggan bagi kami, sekaligus menjadi spirit besar membangun Kota Baubau saat ini dan di masa-masa mendatang. Rekor Dunia MURI adalah inspirasi besar bagi pembangunan di daerah ini,” kata Wali Kota di hadapan para tamu.
Wali Kota Baubau menerima penghargaan ini dengan penuh kegembiraan karena kegiatan FKMA ditargetkan untuk pengembangan dunia pariwisata dan kebudayaan, serta dapat menopang pertumbuhan ekonomi warga Kota Baubau.
"Alhamdulillah, acara Peka Kande-Kandea mendapatkan apresiasi berupa penghargaan rekor dunia dari sebuah lembaga yang berkompeten untuk memberikan penghargaan. Kita patut mengucap syukur karena baru pertama kali peka Kande-Kandea dilaksanakan seperti ini," kata AS Tamrin usai menerima penghargaan itu.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada manajemen MURI yang telah berkenan melihat langsung dan memberikan penilaian atas kepantasan acara Peka Kande-Kandea hingga mendapatkan penghargaan tersebut.
“Pemkot Baubau tidak menargetkan untuk memecahkan atau meraih rekor MURI, kita hanya mengadakan acara Peka Kande-Kandea yang merupakan ritual budaya kita. Tapi penganugerahan ini menjadi motivasi bagi pemerintah dan masyarakat untuk kedepannya terus melestarikan budaya kita,” ujarnya.
Prosesi penyerahan penghargaan ini tentu terasa sangat menggembirakan sebab disaksikan langsung tetamu FKMA dari segenap raja, sultan dan permaisurinya, dengan beberapa petinggi Kota Baubau dalam acara semi formal, karena berangkai pula dengan perayaan Hari Ulang Tahun ke-67 Wali Kota AS Tamrin.
Tamrin juga mengabarkan bila sehari sebelumnya atau Selasa (19/11) 2019 Kota Baubau memperoleh penghargaan dari pemerintah pusat sebagai Kota Sehat kategori Swastisaba Wiwerda yang diterima langsung Wakil Wali Kota La Ode Ahmad Monianse yang berlangsung di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta.
“Semua ini adalah hasil kerja keras Pemkot Baubau dan dukungan masyarakatnya. Karena itu wujud kerja keras harus senantiasa ditopang dengan ketulusan dan keikhlasan. Oleh sebab itu saya ingin berterima kasih kepada semua pihak atas kerja keras kita semua,” demikian AS Tamrin.
Baca juga: Peserta Festival Keraton ASEAN mulai berdatangan di Baubau
Baca juga: Sultan Cirebon harap Keraton ASEAN bawa energi kepahlawanan
Baca juga: 76 kerajaan hadir pada FKMA 2019 di Baubau
Baca juga: Festival Keraton Adat ASEAN di Baubau direncanakan dihadiri Presiden
Kande-Kandea adalah tradisi makan bersama dengan membawa talang makanan (nampan berisi makanan).
Penganugerahan rekor MURI itu diregister dengan Nomor 9304/R.MURI/XI/2019, dan diserahkan Manajer MURI Triono dan Chandra Riyadi mewakili Ketua Umum MURI Jaya Suprana kepada Wali Kota Baubau Dr AS Tamrin di Baubau, Rabu (2/11) malam.
“Penghargaan ini tentu merupakan kebanggan bagi kami, sekaligus menjadi spirit besar membangun Kota Baubau saat ini dan di masa-masa mendatang. Rekor Dunia MURI adalah inspirasi besar bagi pembangunan di daerah ini,” kata Wali Kota di hadapan para tamu.
Wali Kota Baubau menerima penghargaan ini dengan penuh kegembiraan karena kegiatan FKMA ditargetkan untuk pengembangan dunia pariwisata dan kebudayaan, serta dapat menopang pertumbuhan ekonomi warga Kota Baubau.
"Alhamdulillah, acara Peka Kande-Kandea mendapatkan apresiasi berupa penghargaan rekor dunia dari sebuah lembaga yang berkompeten untuk memberikan penghargaan. Kita patut mengucap syukur karena baru pertama kali peka Kande-Kandea dilaksanakan seperti ini," kata AS Tamrin usai menerima penghargaan itu.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada manajemen MURI yang telah berkenan melihat langsung dan memberikan penilaian atas kepantasan acara Peka Kande-Kandea hingga mendapatkan penghargaan tersebut.
“Pemkot Baubau tidak menargetkan untuk memecahkan atau meraih rekor MURI, kita hanya mengadakan acara Peka Kande-Kandea yang merupakan ritual budaya kita. Tapi penganugerahan ini menjadi motivasi bagi pemerintah dan masyarakat untuk kedepannya terus melestarikan budaya kita,” ujarnya.
Prosesi penyerahan penghargaan ini tentu terasa sangat menggembirakan sebab disaksikan langsung tetamu FKMA dari segenap raja, sultan dan permaisurinya, dengan beberapa petinggi Kota Baubau dalam acara semi formal, karena berangkai pula dengan perayaan Hari Ulang Tahun ke-67 Wali Kota AS Tamrin.
Tamrin juga mengabarkan bila sehari sebelumnya atau Selasa (19/11) 2019 Kota Baubau memperoleh penghargaan dari pemerintah pusat sebagai Kota Sehat kategori Swastisaba Wiwerda yang diterima langsung Wakil Wali Kota La Ode Ahmad Monianse yang berlangsung di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta.
“Semua ini adalah hasil kerja keras Pemkot Baubau dan dukungan masyarakatnya. Karena itu wujud kerja keras harus senantiasa ditopang dengan ketulusan dan keikhlasan. Oleh sebab itu saya ingin berterima kasih kepada semua pihak atas kerja keras kita semua,” demikian AS Tamrin.
Baca juga: Peserta Festival Keraton ASEAN mulai berdatangan di Baubau
Baca juga: Sultan Cirebon harap Keraton ASEAN bawa energi kepahlawanan
Baca juga: 76 kerajaan hadir pada FKMA 2019 di Baubau
Baca juga: Festival Keraton Adat ASEAN di Baubau direncanakan dihadiri Presiden
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: