Jakarta (ANTARA) - Perusahaan penyedia jasa keuangan PT Indo Premier Sekuritas (IndoPremier) mengusung tema revolusi investasi 4.0 dalam gelaran Indonesia ETF Conference 2019 untuk membantu pengembangan pasar modal di Tanah Air.

"Tema revolusi investasi 4.0 sesuai dengan era perkembangan industri dimana seluruh industri dituntut untuk dapat terus bertransformasi dan berinovasi dalam pengembangan bisnis, tidak terkecuali pasar modal Indonesia,” kata Direktur Utama IndoPremier Sekuritas Moleonoto The dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Ia menuturkan, IndoPremier sebagai sekuritas karya anak bangsa berupaya menjawab tuntutan baru ini dengan berbagai terobosan penting guna mendongkrak pertumbuhan pasar modal Indonesia.

Indonesia ETF Conference 2019 bertema "Investment Revolution 4.0: Riding The Waves of Optimism” tersebut menjadi salah satu cara dari komitmen IndoPremier sebagai dealer partisipan untuk terlibat bersama-sama dengan regulator dan pelaku pasar untuk terus berinovasi dalam pengembangan produk dan teknologi di pasar modal, khususnya produk ETF (Exchange Traded Fund) dan mengenalkan produk itu secara lebih luas kepada seluruh investor di Indonesia.

ETF adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek, seperti halnya saham.

Sejak diluncurkan pertama kali atas inisiatif PT Indo Premier Sekuritas pada 18 Desember 2007 lalu, produk ETF telah berkembang dengan baik. Ini dapat dilihat dari data dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) produk ETF yang pada awal pencatatan sebesar Rp557 miliar, namun saat ini telah mencapai Rp15,2 triliun

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi yang hadir di acara ini pun menyambut baik upaya pengembangan produk pasar modal ETF di era revolusi industri 4.0. Ia juga mengapresiasi perkembangan dan capaian AUM produk ETF.

"ETF merupakan salah satu produk investasi yang banyak diminati oleh investor retail dan institusional karena return yang ditawarkan dan keunggulan lainntya sebagai alat investasi yang efisien dan praktis," ujarnya.

Di kawasan ASEAN, saat ini Indonesia menempati posisi pertama dari sisi jumlah produk ETF berbasis indeks lokal, sedangkan dari sisi total jumlah produk ETF, Indonesia menempati posisi kedua setelah Singapura yang memiliki 51 ETF.

"Semakin banyaknya pelaku pasar yang masuk ke pasar ETF saat ini juga mencerminkan keyakinan pasar akan potensi pertumbuhan produk ETF sebagai salah satu alternatif produk investasi bagi investor di pasar modal Indonesia, baik kalangan ritel maupun institusi," ujar Inarno.

Sejalan dengan momentum perkembangan ETF saat ini, BEI berupaya untuk terus mendorong pendalaman pasar ETF dengan mengulas dan merumuskan berbagai kebijakan terkait ETF dengan melibatkan OJK, manajer investasi, ealer partisipan, dan pihak terkait lainnya.

"Salah satu insentif yang baru saja dikeluarkan BEI antara lain memberikan pembebasan biaya transaksi dealer partisipan mulai September 2019. Bursa optimis dengan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, produk ETF dapat lebih berkembang di pasar modal Indonesia di masa mendatang," katanya.

Sementara itu, Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sujanto mengakui industri pengelolaan investasi memang terus menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2015-2019), total dana kelolaan di industri pengelolaan investasi, meningkat hampir dua kali lipat (96,6 persen), dari Rp414 triliun di awal tahun 2015 menjadi Rp814 triliun per 14 November 2019.

Sebagian besar kenaikan tersebut disebabkan oleh produk reksa dana, dimana dana kelolaan reksa dana telah tumbuh lebih dari dua kali lipat, yaitu dari Rp242 Triliun pada awal 2015 menjadi Rp551 triliun per 14 November 2019.

Begitu juga dengan jumlah produk reksa dana yang telah bertambah sebanyak 1.270 produk dari 895 pada awal 2015 menjadi 2.165 per 14 November 2019.

"Sejalan dengan pertumbuhan reksa dana, produk ETF bertumbuh cukup signifikan dalam kurun waktu yang sama. Dana kelolaan ETF meningkat lebih dari 4 (empat) kali lipat, dari hanya Rp 2,6 Triliun pada awal tahun 2015 menjadi Rp 15 Triliun per 14 November 2019," katanya.

Jumlah produk ETF pun telah bertambah sebanyak 26 produk, yaitu dari hanya 7 produk pada awal tahun 2015 menjadi 33 produk per 14 November 2019. Variasi produk ETF pun semakin beragam dimana produk ETF tidak hanya dikelola secara pasif dengan mengikuti indeks tetapi juga dikelola secara aktif sesuai dengan strategi masing-masing manajer investasi.

"Hal ini sejalan dengan salah satu misi OJK dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi produk keuangan, terutama produk ETF," ujar Sujanto.

Baca juga: IndoPremier Sekuritas catat dana kelolaan ETF lebih dari Rp10 triliun

Baca juga: ETF alternatif investasi di tengah pasar tidak menentu