Hujan tak kunjung turun, warga di Kepulauan Seribu kesulitan air
20 November 2019 16:32 WIB
Seorang pengunjung Pulau Untung Jawa memanfaatkan ember berisikan air bersih yang terdapat di setiap rumah warga untuk mencuci tangan, Untung jawa, DKI Jakarta, Jumat (17/6). Pemerintah memfasilitasi warga yang tinggal di Pulau Untung Jawa yang merupakan bagian kepulauan seribu untuk selalu senantiasa menjaga kebersihan, salah satunya tersedianya air bersih di lingkungan rumah. (ANTARA/Lucky.R)
Jakarta (ANTARA) - Warga di Kabupaten Kepulauan Seribu mengalami kesulitan mendapatkan air baku untuk kebutuhan sehari-hari dari tanah.
Ketua RT Pulau Payung, Jamaludin, Rabu, mengatakan saat ini air tanah di wilayahnya terasa payau dan lebih asin dari biasanya.
Banyak warga harus membeli air isi ulang dari daratan Pelabuhan Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, seharga Rp25 ribu per kubik (1.000 liter).
"Sekarang kondisi air tanahnya sudah asin, karena masih musim kemarau gak ada hujan," kata Jamaludin.
Menurut Jamaludin, kelangkaan air baku yang merupakan sumber kehidupan sehari-hari untuk memasak, mencuci, mandi dan sebagainya dirasakan hampir seluruh warga Pulau Payung. Terlebih musim kemarau sudah berjalan lebih dari enam bulan.
"Kondisi ini sudah dirasakan oleh 193 warga dari 58 Kepala Keluarga (KK) di Pulau Payung," katanya.
Baca juga: Satgas atasi persoalan air bersih di dua kelurahan di Jakarta Utara
Baca juga: 125 KK di Kelurahan Manggarai masih terima kiriman air bersih
Kekurangan air bersih ini, kata Jamaludin, membuat masyarakat akhirnya hanya menggunakan air baku yang dibeli dari daratan untuk kebutuhan air minum dan masak saja.
"Kalau keadaan normal, yang mengambil dari sumur (tanah) juga digunakan untuk masak dan minum," katanya.
Pembelian air itu digunakan untuk menjaga di akhir nanti bila ada kekurangan air di sumur alam itu.
Di lokasi yang sama, Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad mengakui, warganya memang kerap dilanda kesulitan air tawar untuk kegiatan sehari-hari.
Namun kini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk mengubah air laut menjadi air tawar dengan teknologi "Sea Water Reserve Osmosis" (SWRO).
"Sudah ada empat instalasi SWRO yang dibangun Pemerintah Kepulauan Seribu, yakni di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Payung dan Pulau Kelapa Dua," ujar Husein.
Ketua RT Pulau Payung, Jamaludin, Rabu, mengatakan saat ini air tanah di wilayahnya terasa payau dan lebih asin dari biasanya.
Banyak warga harus membeli air isi ulang dari daratan Pelabuhan Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, seharga Rp25 ribu per kubik (1.000 liter).
"Sekarang kondisi air tanahnya sudah asin, karena masih musim kemarau gak ada hujan," kata Jamaludin.
Menurut Jamaludin, kelangkaan air baku yang merupakan sumber kehidupan sehari-hari untuk memasak, mencuci, mandi dan sebagainya dirasakan hampir seluruh warga Pulau Payung. Terlebih musim kemarau sudah berjalan lebih dari enam bulan.
"Kondisi ini sudah dirasakan oleh 193 warga dari 58 Kepala Keluarga (KK) di Pulau Payung," katanya.
Baca juga: Satgas atasi persoalan air bersih di dua kelurahan di Jakarta Utara
Baca juga: 125 KK di Kelurahan Manggarai masih terima kiriman air bersih
Kekurangan air bersih ini, kata Jamaludin, membuat masyarakat akhirnya hanya menggunakan air baku yang dibeli dari daratan untuk kebutuhan air minum dan masak saja.
"Kalau keadaan normal, yang mengambil dari sumur (tanah) juga digunakan untuk masak dan minum," katanya.
Pembelian air itu digunakan untuk menjaga di akhir nanti bila ada kekurangan air di sumur alam itu.
Di lokasi yang sama, Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad mengakui, warganya memang kerap dilanda kesulitan air tawar untuk kegiatan sehari-hari.
Namun kini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk mengubah air laut menjadi air tawar dengan teknologi "Sea Water Reserve Osmosis" (SWRO).
"Sudah ada empat instalasi SWRO yang dibangun Pemerintah Kepulauan Seribu, yakni di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Payung dan Pulau Kelapa Dua," ujar Husein.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: