Pemkot Mataram segera revitalisasi pusat kerajinan mutiara
19 November 2019 14:23 WIB
Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kota Mataram Hj ND Kinastri Mohan Roliskana saat melakukan kunjungan pada stan mutiara di Mataram, Nusa Tenggara Barat. (Foto: ANTARA News/Nirkomala)
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, segera melakukan revitalisasi pusat kerajinan mutiara di areal MCC (Mataram Craf Center) Sekarbela dengan anggaran Rp1,2 miliar.
"Anggaran itu bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Kementerian Perindustrian 2020," kata Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Mataram, Yance Hendra Dirra di Mataram, Selasa.
Menurutnya, anggaran revitalisasi pusat kerajinan mutiara itu sudah masuk dalam APBD 2020, sehingga pelaksanaan fisik dilaksanakan tahun 2020 dan ditargetkan awal tahun 2021, MCC sudah dilakukan pengisian dan operasional.
Yance mengatakan, revitalisasi MCC dilaksanakan sesuai dengan konsep satu destinasi wisata telah dibuat detail engineering design (DED) pada tahun 2018.
MCC dikonsep menjadi kawasan ekowisata sehingga pengunjung yang datang ke areal tersebut tidak hanya sekedar untuk transaksi jual beli melainkan juga mendapat edukasi tentang mutiara.
Baca juga: Menteri Edhy yakin produksi mutiara RI bisa lampaui China
"Edukasi tentang mutiara yang kita maksudkan dari proses awal yakni penambangan, pembuatan dan penjualan," katanya.
Dengan demikian, setiap wisatawan maupun pengunjung yang datang bisa merasa terhibur dan teredukasi.
"Masyarakat umum dan pelajar juga bisa datang ke areal MCC untuk mendapat edukasi mutiara agar mereka bisa mencintainya mutiara sebagai produk lokal dan menjadi generasi penerus pengembangan mutiara," katanya.
Karena itu, pihaknya juga akan menyediakan miniteater yang akan memutar film durasi pendek tentang bagaimana proses budidaya mutiara hingga menjadi sebuah kerajinan tangan unggulan dan bernilai tinggi.
Untuk proses budidaya mutiara air laut, lanjutnya, membutuhkan waktu tiga tahun untuk mendapatkan satu mutiara sehingga wajar kalau harganya mahal, sementara jenis budidaya mutiara air tawar hanya membutuhkan waktu tiga bulan sehingga bisa dipanen tiga bulan sekali dan harganya juga relatif murah.
Selain itu akan diputar juga film pendek tentang proses pembuatan kerajinan mutiara, baik dengan menggunakan mesin maupun murni menggunakan tangan. Untuk jenis, produksi menggunakan mesin harganya sedikit lebih murah karena mudah dibuat dan bisa dibuat dalam jumlah banyak.
"Sedangkan hasil kerajinan tangan murni, harganya lebih mahal karena produksi yang dihasilkan edisi terakhir, hasil desain pengrajin dan dipriduksi terbatas atau sesuai pesanan," ujarnya.
Baca juga: TP4D tetap pantau pengerjaan proyek Dispar Lombok Barat meski ada OTT
"Anggaran itu bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Kementerian Perindustrian 2020," kata Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Mataram, Yance Hendra Dirra di Mataram, Selasa.
Menurutnya, anggaran revitalisasi pusat kerajinan mutiara itu sudah masuk dalam APBD 2020, sehingga pelaksanaan fisik dilaksanakan tahun 2020 dan ditargetkan awal tahun 2021, MCC sudah dilakukan pengisian dan operasional.
Yance mengatakan, revitalisasi MCC dilaksanakan sesuai dengan konsep satu destinasi wisata telah dibuat detail engineering design (DED) pada tahun 2018.
MCC dikonsep menjadi kawasan ekowisata sehingga pengunjung yang datang ke areal tersebut tidak hanya sekedar untuk transaksi jual beli melainkan juga mendapat edukasi tentang mutiara.
Baca juga: Menteri Edhy yakin produksi mutiara RI bisa lampaui China
"Edukasi tentang mutiara yang kita maksudkan dari proses awal yakni penambangan, pembuatan dan penjualan," katanya.
Dengan demikian, setiap wisatawan maupun pengunjung yang datang bisa merasa terhibur dan teredukasi.
"Masyarakat umum dan pelajar juga bisa datang ke areal MCC untuk mendapat edukasi mutiara agar mereka bisa mencintainya mutiara sebagai produk lokal dan menjadi generasi penerus pengembangan mutiara," katanya.
Karena itu, pihaknya juga akan menyediakan miniteater yang akan memutar film durasi pendek tentang bagaimana proses budidaya mutiara hingga menjadi sebuah kerajinan tangan unggulan dan bernilai tinggi.
Untuk proses budidaya mutiara air laut, lanjutnya, membutuhkan waktu tiga tahun untuk mendapatkan satu mutiara sehingga wajar kalau harganya mahal, sementara jenis budidaya mutiara air tawar hanya membutuhkan waktu tiga bulan sehingga bisa dipanen tiga bulan sekali dan harganya juga relatif murah.
Selain itu akan diputar juga film pendek tentang proses pembuatan kerajinan mutiara, baik dengan menggunakan mesin maupun murni menggunakan tangan. Untuk jenis, produksi menggunakan mesin harganya sedikit lebih murah karena mudah dibuat dan bisa dibuat dalam jumlah banyak.
"Sedangkan hasil kerajinan tangan murni, harganya lebih mahal karena produksi yang dihasilkan edisi terakhir, hasil desain pengrajin dan dipriduksi terbatas atau sesuai pesanan," ujarnya.
Baca juga: TP4D tetap pantau pengerjaan proyek Dispar Lombok Barat meski ada OTT
Pewarta: Nirkomala
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: