Nunukan, Kalimantan Utara (ANTARA) - Warga Nusa Tenggara Timur di Kalimantan Utara menginginkan pelajar SMAN 1 Nunukan Kalimantan Utara penyebar ujaran rasis agar meminta maaf di depan aparat hukum.

Ujaran yang diduga rasis telah beredar luas melalui grup WA ini telah menyinggung etnis NTT di sana sehingga perlu diluruskan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Generasi muda NTT yang tergabung dalam organisasi Generasi Muda Flobamora telah melaporkan hal itu kepada polisi di Polsek Nunukan pada Senin Sore, 18 Nopember 2019.

Koordinator Bidang Pendidikan Flobamora Kabupaten Nunukan, Febrianus Felis, di Nunukan, Selasa, mendesak polisi segera memanggil siswa SMA itu untuk meminta maaf di depan warga NTT di sana untuk menghindari ketersinggungan warga asal NTT yang lebih luas.

Ada tiga tuntutan dalam pernyataan sikap tersebut yakni mengutuk segala bentuk tindakan diskriminasi ras dan etnis di wilayah NKRI yang berideologi Pancasila.

Tuntutan kedua, meminta aparat kepolisian memediasi pelaku dugaan rasisme selaku penyebar video dengan Generasi Muda Flobamora Kabupaten Nunukan dan meminta pelaku dugaan diskriminatif itu meminta maaf kepada seluruh warga Flores, NTT, yang ada di Kabupaten Nunukan.

Menurut Generasi Muda Flobamora, tuntutannya mengacu pada pasal 4 ayat 2 UU Nomor 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis juncto pasal 28 ayat 2 UU Nomor 19/2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Felis menyatakan, permintaan mediasi kepada polisi setempat sebagai hukum positif atas tanggapannya terhadap ucapan rasis seorang siswa di SMAN 1 Nunukan berinisial As melalui video berdurasi 14 detik.

"Videonya kami baru lihat dan putar bersama pada Minggu malam. Jadi kami laporkan ke Polsek Nunukan pada kemarin (Senin Sore)," ujar warga NTT lain, di depan Markas Polsek Nunukan, Selasa siang, 19 Nopember 2019.

"Polisi sudah janjikan akan memanggil anak bersangkutan hari ini (Selasa) tapi katanya sibuk kerja bakti di Polres Nunukan. Kami mau polisi secepatnya melakukan mediasi agar anak ini segera minta maaf. Tidak ada keinginan lain dari kami warga NTT," ujar Felis.

Warga lain NTT di sana menuturkan, sebenarnya dalam video yang telah beredar, As membuat pantun lucu-lucuan sebagaimana tantangan yang diberikan oleh temannya di dalam lingkungan sekolah itu.

Hanya saja, pantun yang diucapkan itu menyebut salah satu etnis yakni Timor. Oleh karena itu, dianggap pantun lucu-lucuan ini tergolong rasis.