Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah Jawa Timur terkait laporan yang mengatakan adanya kandungan dioksin pada sampel telur di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

"Itu yang lagi dikoordinasikan dengan pemda Jawa Timur. Kan tidak bisa juga langsung kita bilang ada telur terkandung dioksin lalu bilang dari situ. Itu harus penelitian, kami lagi berkoordinasi dengan Jawa Timur," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati ketika ditemui usai rapat koordinasi di Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin malam.

Sebelumnya, menurut penelitian International Pollutants Elimination Network (IPEN) ditemukan adanya senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di desa di Jawa Timur.

Kandungan dioksin yang ditemukan di sampel telur ayam kampung di Desa Tropodo, Krian, Sidoarjo, dan Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto itu 70 kali lebih tinggi dari standar keselamatan yang ditetapkan badan kesehatan pangan Eropa yaitu European Food Safety Authority (EFSA).

Kandungan dioksin itu menurut uji laboratorium merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah hasil temuan di Vietnam akibat paparan bahan senjata kimia agen oranye yang digunakan Amerika Serikat saat perang Vietnam pada 1960-an.

Dioksin sendiri jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, merusak sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan.

Selain dioksin, menurut penelitian IPEN, telur yang dikumpulkan di daerah tersebut juga mengandung bahan kimia asam perfluorooctanesulfonic acid (PFOS) yang dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.

Kandungan bahan kimia terparah tercatat di dekat pabrik-pabrik tahu yang membakar plastik untuk bahan bakar di desar Tropodo, Jawa Timur.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sendiri sudah meminta masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut karena sudah ada standarisasi untuk produksi telur di Jawa Timur.

Mengenai pembakaran plastik untuk bahan bakar tersebut, menurut peneliti polimer di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Witta Kartika Restu, jika dilakukan tidak sempurna memang dapat menghasilkan dioksin. Plastik harus dibakar di atas suhu 600 derajat Celcius agar tidak menghasilkan senyawa berbahaya seperti dioksin.

"Berbagai jenis plastik kalau tidak mau menghasilkan polusi maka harus dibakar dalam suhu yang tinggi, tapi kalau suhunya rendah kemungkinan ada senyawa dioksin yang akan terbakar," kata Witta.

Baca juga: Gubernur: telur ayam produksi peternak Jatim aman

Baca juga: 20.000 telur tercemar fipronil ditemukan di Polandia

Baca juga: Denmark temukan dua ton lebih telur tercemar fipronil

Baca juga: Telur China pun Tercemar Melamin