BPBD Kulon Progo waspadai 50 titik potensi bencana
18 November 2019 08:32 WIB
ILUSTRASI: Jalur Borobudur-Kalibawang Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta tertutup longsor di Dusun Sambeng II, Desa Sambeng, Borobudur, Kabupaten Magelang. ANTARA/Dok. BPBD Kabupaten Magelang/am.
Kulon Progo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewaspadai 50 titik potensi bencana, mulai dari tanah longsor, pohon tumbang dan banjir pada musim hujan ke depan.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Senin, mengatakan kewaspadaan ini berkaca pada bencana hidrometeorologi yang menimpa Kulon Progo pada Maret 2019 lalu.
"Untuk itu, BPBD Kulonprogo mencatat sebanyak 50 titik terjadi longsor, pohon tumbang dan banjir," kata Ariadi.
Ia mengatakan potensi longsor dan pohon tumbang banyak ditemui di Kulon Progo sisi utara yang merupakan wilayah perbukitan, meliputi Kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Kokap, dan Girimulyo. Sementara untuk banjir melanda wilayah di sepanjang Sungai Serang. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat serangkaian bencana itu mencapai ratusan juta.
Baca juga: Banten luncurkan 'Jawara e-Gov' deteksi potensi bencana bagi warga
Sebagai upaya pengurangan dampak bencana, BPBD menyiagakan personel Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) selama 24 jam. Warga yang sedang dalam keadaan darurat bencana dapat menghubungi petugas Pusdalops tersebut.
"Di samping itu untuk antisipasi bencana longsor, BPBD juga menyiapkan Early Warning System (EWS)," katanya.
Ia mengatakan sampai saat ini, ada 90 EWS di wilayah perbukitan Kulon Progo, termasuk tiga titk EWS baru di Dusun Klepu, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang; Dusun Ngrancak, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo dan Dusun Jeruk, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh.
"Kondisi sebagian EWS ada yang tidak berfungsi, tapi di sisi lain struktur tanah di lokasi rawan longsor telah menguat, jadi bisa dikatakan cukup aman meski demikian warga harus tetap waspada," kata Ariadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo Suhardiyana mengatakan di awal musim hujan yang jatuh pada November ini, bencana yang sering terjadi di Kulon Progo meliputi tanah longsor dan banjir.
Tanah longsor kebanyakan terjadi di Kulonprogo sisi utara yang merupakan kawasan perbukitan. Sedangkan banjir bisa ditemui di Kulon Progo sisi selatan.
"Banjir juga berpotensi, menyergap daerah selatan Kulon Progo. Meski sudah ada normalisasi aliran sungai tapi tetap kita waspadai," katanya.
Selain dua hal itu, masyarakat juga perlu mewaspadai bencana lain, seperti angin kencang. Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, angin kencang kerap mengakibatkan pohon utamanya yang sudah rapuh bertumbangan. Ini sangat berbahaya. Apalagi jika pohon tumbang menimpa rumah warga, bukan tidak mungkin dapat menimbulkan korban jiwa.
"Karena pancaroba menimbulkan angin kencang, biasanya ada pohon tumbang, itu perlu diwaspadai masyarakat," katanya.
Baca juga: BMKG peringatkan sebagian wilayah Jatim berpotensi hujan deras
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Senin, mengatakan kewaspadaan ini berkaca pada bencana hidrometeorologi yang menimpa Kulon Progo pada Maret 2019 lalu.
"Untuk itu, BPBD Kulonprogo mencatat sebanyak 50 titik terjadi longsor, pohon tumbang dan banjir," kata Ariadi.
Ia mengatakan potensi longsor dan pohon tumbang banyak ditemui di Kulon Progo sisi utara yang merupakan wilayah perbukitan, meliputi Kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Kokap, dan Girimulyo. Sementara untuk banjir melanda wilayah di sepanjang Sungai Serang. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat serangkaian bencana itu mencapai ratusan juta.
Baca juga: Banten luncurkan 'Jawara e-Gov' deteksi potensi bencana bagi warga
Sebagai upaya pengurangan dampak bencana, BPBD menyiagakan personel Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) selama 24 jam. Warga yang sedang dalam keadaan darurat bencana dapat menghubungi petugas Pusdalops tersebut.
"Di samping itu untuk antisipasi bencana longsor, BPBD juga menyiapkan Early Warning System (EWS)," katanya.
Ia mengatakan sampai saat ini, ada 90 EWS di wilayah perbukitan Kulon Progo, termasuk tiga titk EWS baru di Dusun Klepu, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang; Dusun Ngrancak, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo dan Dusun Jeruk, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh.
"Kondisi sebagian EWS ada yang tidak berfungsi, tapi di sisi lain struktur tanah di lokasi rawan longsor telah menguat, jadi bisa dikatakan cukup aman meski demikian warga harus tetap waspada," kata Ariadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo Suhardiyana mengatakan di awal musim hujan yang jatuh pada November ini, bencana yang sering terjadi di Kulon Progo meliputi tanah longsor dan banjir.
Tanah longsor kebanyakan terjadi di Kulonprogo sisi utara yang merupakan kawasan perbukitan. Sedangkan banjir bisa ditemui di Kulon Progo sisi selatan.
"Banjir juga berpotensi, menyergap daerah selatan Kulon Progo. Meski sudah ada normalisasi aliran sungai tapi tetap kita waspadai," katanya.
Selain dua hal itu, masyarakat juga perlu mewaspadai bencana lain, seperti angin kencang. Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, angin kencang kerap mengakibatkan pohon utamanya yang sudah rapuh bertumbangan. Ini sangat berbahaya. Apalagi jika pohon tumbang menimpa rumah warga, bukan tidak mungkin dapat menimbulkan korban jiwa.
"Karena pancaroba menimbulkan angin kencang, biasanya ada pohon tumbang, itu perlu diwaspadai masyarakat," katanya.
Baca juga: BMKG peringatkan sebagian wilayah Jatim berpotensi hujan deras
Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: