Laporan dari Korea
Jelang KTT, Pemerintah Korsel gelar Asean Food Festival
18 November 2019 06:40 WIB
Pintu masuk Asean - RoK Food Festival yang digelar di Jeonpodong, Busan pada tanggal 15 November hingga KTT Asean- RoK berakhir pada tanggal 27 November. (ANTARA / Maria Rosari)
Busan (ANTARA) - Pemerintah Korea Selatan melalui Departemen Pariwisata Busan (Busan Tourism Organization) menggelar Asean - RoK Food Festival, dalam rangka menyambut perayaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean - Korea Selatan.
"Asean - Republik of Korea (RoK) Street Food Festival ini digelar untuk memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengetahui budaya dan mencicipi beragam makanan otentik dari 10 negara di Asean," ujar CEO of Busan Tourism Organization, Chung hee joon di Busan, beberapa waktu lalu.
Festival yang berada di wilayah Norimaru, Jeonpodong, Busan ini digelar mulai Jumat (15/11) hingga Rabu (27/11).
Zona utama dari festival ini adalah 10 warung makan pop-up yang menjual jajanan kaki lima otentik dari 10 negara Asean.
Makanan Indonesia diwakili oleh warung makan pop-up Rindu Kampoeng yang menyediakan nasi goreng dan bakmi goreng khas Indonesia.
Pemilik restoran ini adalah Helda, seorang WNI asal Karawang, Jawa Barat yang sudah lima tahun berdomisili di Busan, Korea.
"Setiap hari sejak dibuka saya membawa 400 porsi, alhamdulillah laris. Warga Korea tampaknya suka dengan nasi goreng Indonesia karena bumbunya yang berbeda," ujar Helda.
Selain itu ada juga zona fusion, di mana terdapat enam truk makanan yang menjual "makanan kolaborasi" antara Korea Selatan dengan Asean.
Salah satu "makanan kolaborasi" atau fusion yang cukup digemari adalah sate ayam, hasil kolaborasi bumbu Indonesia dengan Korea Selatan. Bila sate ayam di Indonesia biasanya menggunakan bumbu kacang, kali ini disajikan dengan bumbu bulgogi yang manis dan gurih.
Selain menyajikan makanan, festival ini juga menampilkan berbagai barang dan produk yang berasal dari wilayah Asean, serta Pasar Loak Asean.
Pengunjung dapat memasuki tempat festival secara gratis, tetapi harus membeli tiket terpisah yang digunakan sebagai voucher untuk membeli makanan dari warung pop-up makanan.
Tiket ini hanya dapat digunakan di toko pop-up makanan, sedangkan layanan dan acara lainnya, seperti truk makanan dan pasar loak, menerima uang tunai.
Baca juga: Melihat "Santorini Korea" di Gamcheon
Baca juga: Mengenal sejarah Busan di Taman Taejongdae
Baca juga: "Parasite" raih enam penghargaan dalam Festival Film Busan 2019
"Asean - Republik of Korea (RoK) Street Food Festival ini digelar untuk memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengetahui budaya dan mencicipi beragam makanan otentik dari 10 negara di Asean," ujar CEO of Busan Tourism Organization, Chung hee joon di Busan, beberapa waktu lalu.
Festival yang berada di wilayah Norimaru, Jeonpodong, Busan ini digelar mulai Jumat (15/11) hingga Rabu (27/11).
Zona utama dari festival ini adalah 10 warung makan pop-up yang menjual jajanan kaki lima otentik dari 10 negara Asean.
Makanan Indonesia diwakili oleh warung makan pop-up Rindu Kampoeng yang menyediakan nasi goreng dan bakmi goreng khas Indonesia.
Pemilik restoran ini adalah Helda, seorang WNI asal Karawang, Jawa Barat yang sudah lima tahun berdomisili di Busan, Korea.
"Setiap hari sejak dibuka saya membawa 400 porsi, alhamdulillah laris. Warga Korea tampaknya suka dengan nasi goreng Indonesia karena bumbunya yang berbeda," ujar Helda.
Selain itu ada juga zona fusion, di mana terdapat enam truk makanan yang menjual "makanan kolaborasi" antara Korea Selatan dengan Asean.
Salah satu "makanan kolaborasi" atau fusion yang cukup digemari adalah sate ayam, hasil kolaborasi bumbu Indonesia dengan Korea Selatan. Bila sate ayam di Indonesia biasanya menggunakan bumbu kacang, kali ini disajikan dengan bumbu bulgogi yang manis dan gurih.
Selain menyajikan makanan, festival ini juga menampilkan berbagai barang dan produk yang berasal dari wilayah Asean, serta Pasar Loak Asean.
Pengunjung dapat memasuki tempat festival secara gratis, tetapi harus membeli tiket terpisah yang digunakan sebagai voucher untuk membeli makanan dari warung pop-up makanan.
Tiket ini hanya dapat digunakan di toko pop-up makanan, sedangkan layanan dan acara lainnya, seperti truk makanan dan pasar loak, menerima uang tunai.
Baca juga: Melihat "Santorini Korea" di Gamcheon
Baca juga: Mengenal sejarah Busan di Taman Taejongdae
Baca juga: "Parasite" raih enam penghargaan dalam Festival Film Busan 2019
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019
Tags: