Dinkes Biak miliki peneliti malaria bersertifikat WHO
17 November 2019 18:45 WIB
Puluhan tenaga analis malaria bergambar bersama Asisten II Sekda Fery Betay, Sekretaris Dinkes D. Duwiri, Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Ruslan Epid, serta tenaga intsruktur dan peneliti malaria Yayan Susanti (duduk depan paling kanan). (ANTARA/Muhsidin)
Biak (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor menjadi salah satu di antara 29 kabupaten/kota di Papua yang memiliki tenaga peneliti dan instruktur pengajar penyakit malaria berkualifikasi internasional dengan sertifikat Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Adanya tenaga peneliti malaria Dinkes Biak Yayan Susanti sangat membantu dalam upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang mampu mendeteksi malaria," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Ruslan Epid di Biak, Minggu.
Ia menyebut tiga tenaga peneliti dan instruktur penyakit malaria bersertifikat internasional terdiri atas dua dimiliki Papua dan satu Papua Barat.
Untuk dua tenaga instruktur penyakit malaria di Papua, kata Ruslan, salah satunya ASN dari Dinas Kesehatan Biak Yayan Susanti.
Baca juga: Malaria di enam kabupaten Babel berhasil dieliminasi Dinkes
Keberadaan tenaga khusus malaria berstandar internasional yang dimiliki Dinas Kesehatan Biak memberikan kontribusi nyata dalam upaya penanganan penurunan angka kesakitan malaria yang dilakukan jajaran Dinkes setempat.
Ruslan mengatakan tenaga kesehatan khusus malaria Dinkes Biak Yayan Susanti setiap waktu dipakai WHO dan Kementerian Kesehatan untuk menjadi instruktur narasumber pelatihan penanganan penyakit malaria tingkat nasional.
Dia mengakui dalam waktu dekat tenaga khusus malaria Dinkes Biak akan diundang menjadi instruktur pelatihan di Jakarta.
"Ya sebagai kabid atasan Yayan Susanti sangat bangga ketika seseorang tenaga Dinkes Biak menggeluti keahlian tertentu akan mendapatkan kesempatan banyak untuk menjadi narasumber berbagai pelatihan," ujarnya.
Yayan Susanti, peneliti dan instruktur penyakit malaria Dinas Kesehatan Biak membenarkan akan berangkat ke Jakarta pada pekan depan sebagai narasumber pelatihan penanganan penyakit malaria.
Berdasarkan data, selama lima tahun terakhir angka kesakitan malaria (API) Kabupaten Biak Numfor turun drastis. Angka pada 2015 tercatat 14,4 per 1.000 penduduk, 2016 API 10,9 per 1000 penduduk, 2017 6,03 per 1.000 penduduk, 2018 API 3,9 per 1.000 penduduk, dan 2019 hingga Oktober API 0,79 per 1.000 penduduk atau kategori hijau.
Baca juga: Mamuju mantapkan komitmen sebagai daerah eleminasi malaria
Baca juga: Peneliti: eliminasi malaria di Indonesia butuh cara baru
Baca juga: API penyakit malaria Biak Numfor turun 0,79 per 1.000 penduduk
"Adanya tenaga peneliti malaria Dinkes Biak Yayan Susanti sangat membantu dalam upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang mampu mendeteksi malaria," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Ruslan Epid di Biak, Minggu.
Ia menyebut tiga tenaga peneliti dan instruktur penyakit malaria bersertifikat internasional terdiri atas dua dimiliki Papua dan satu Papua Barat.
Untuk dua tenaga instruktur penyakit malaria di Papua, kata Ruslan, salah satunya ASN dari Dinas Kesehatan Biak Yayan Susanti.
Baca juga: Malaria di enam kabupaten Babel berhasil dieliminasi Dinkes
Keberadaan tenaga khusus malaria berstandar internasional yang dimiliki Dinas Kesehatan Biak memberikan kontribusi nyata dalam upaya penanganan penurunan angka kesakitan malaria yang dilakukan jajaran Dinkes setempat.
Ruslan mengatakan tenaga kesehatan khusus malaria Dinkes Biak Yayan Susanti setiap waktu dipakai WHO dan Kementerian Kesehatan untuk menjadi instruktur narasumber pelatihan penanganan penyakit malaria tingkat nasional.
Dia mengakui dalam waktu dekat tenaga khusus malaria Dinkes Biak akan diundang menjadi instruktur pelatihan di Jakarta.
"Ya sebagai kabid atasan Yayan Susanti sangat bangga ketika seseorang tenaga Dinkes Biak menggeluti keahlian tertentu akan mendapatkan kesempatan banyak untuk menjadi narasumber berbagai pelatihan," ujarnya.
Yayan Susanti, peneliti dan instruktur penyakit malaria Dinas Kesehatan Biak membenarkan akan berangkat ke Jakarta pada pekan depan sebagai narasumber pelatihan penanganan penyakit malaria.
Berdasarkan data, selama lima tahun terakhir angka kesakitan malaria (API) Kabupaten Biak Numfor turun drastis. Angka pada 2015 tercatat 14,4 per 1.000 penduduk, 2016 API 10,9 per 1000 penduduk, 2017 6,03 per 1.000 penduduk, 2018 API 3,9 per 1.000 penduduk, dan 2019 hingga Oktober API 0,79 per 1.000 penduduk atau kategori hijau.
Baca juga: Mamuju mantapkan komitmen sebagai daerah eleminasi malaria
Baca juga: Peneliti: eliminasi malaria di Indonesia butuh cara baru
Baca juga: API penyakit malaria Biak Numfor turun 0,79 per 1.000 penduduk
Pewarta: Muhsidin
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: