"Tahun ini kami tidak mendapatkan siswa baru, karena para orang tua dan anak-anak lebih memilih sekolah di negara tetangga Malaysia," kata Kepala SDN 04 Merakai Panjang, Lambertus Ngenget di Desa Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana, wilayah Kapuas Hulu, Minggu.
Baca juga: Sekolah di wilayah perbatasan peringati Hari Kesaktian Pancasila
"Tentu sarana dan prasarana menjadi faktor penyebab orang tua menyekolahkan anaknya ke Malaysia, kami tidak bisa berbuat banyak, karena memang kondisi SD Merakai Panjang itu banyak yang rusak," jelas Lambertus.
Oleh sebab itu, sebut Lambartus dengan adanya program pengabdian tanpa batas tentara di perbatasan (Petasan) sangat membantu, karena memang melalui program tersebut SDN 04 Merakai Panjang dilakukan perehaban.
"Semoga saja dengan adanya Petasan itu dapat memberikan motivasi kepada kami sebagai guru dan masyarakat untuk mencerdaskan anak bangsa di perbatasan," harap Lambertus.
Baca juga: Mendikbud diminta perhatikan laboratorium dan tunjangan khusus guru di perbatasan
"Saya rasa ini PR bagi pemerintah Indonesia, bagaimana memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan khususnya di daerah perbatasan," ujar Petrus.
Pertimbangan politisnya kata Petrus, anak-anak perbatasan juga kebanyakan lahir di Malaysia, dimana memiliki jaminan pendidikan dan pekerjaan.
"Jadi di Malaysia sangat jelas dan terjamin bagi pelajar setelah tamat sekolah bisa langsung dijamin pekerjaan, saya rasa itu salah satu juga pertimbangan orangtua murid," kata Petrus.
Menurut Petrus, kondisi pendidikan di perbatasan juga sudah sering disampaikan ke pemerintah pusat, karena harus kita akui bahwa kualitas pendidikan di Malaysia cukup baik, karena di dukung fasilitas yang memadai.
Baca juga: TNI ikut mengajar di SD perbatasan Papua