New York (ANTARA) - Minyak berjangka naik hampir dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pernyataan dari pejabat tinggi AS meningkatkan optimisme untuk kesepakatan perdagangan AS-China, tetapi kekhawatiran tentang peningkatan pasokan minyak mentah membatasi harga.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 1,02 dolar AS atau 1,6 persen menjadi ditutup pada 63,30 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 0,95 dolar AS atau 1,7 persen menjadi menetap di 57,72 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan tersebut membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Brent naik 1,3 persen dan WTI naik 0,8 persen.

Baca juga: Minyak turun di tengah kenaikan stok AS dan perkiraan surplus OPEC

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan dalam sebuah wawancara di Fox Business Network bahwa ada kemungkinan yang sangat tinggi Amerika Serikat akan mencapai kesepakatan akhir tentang kesepakatan perdagangan fase satu dengan China.

"Kami sampai ke detail terakhir sekarang," kata Ross.

Perundingan dagang AS-China dijadwalkan akan dilanjutkan dengan panggilan telepon pada Jumat waktu setempat.

Laporan bulanan dari Badan Energi Internasional (IEA) membebani harga, setelah memperkirakan bahwa pertumbuhan pasokan non-OPEC akan melonjak menjadi 2,3 juta barel per hari (bph) tahun depan dibandingkan dengan 1,8 juta bph pada 2019, mengutip produksi dari Amerika Serikat, Brazil , Norwegia dan Guyana.

"Rilis bulanan IEA hari ini menawarkan beberapa aspek bearish dalam bentuk penyesuaian naik yang tak terduga dalam pertumbuhan pasokan minyak non-OPEC untuk tahun depan yang secara singkat memaksa nilai WTI ke bawah posisi terendah kemarin," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo telah melukiskan gambaran yang lebih optimis awal pekan ini, mengatakan pertumbuhan produksi saingan AS akan melambat pada 2020, meskipun sebuah laporan oleh kelompok itu juga mengatakan permintaan untuk minyak OPEC diperkirakan akan turun.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan permintaan minyak mentahnya akan rata-rata 29,58 juta barel per hari tahun depan, 1,12 juta barel per hari lebih rendah dari 2019, menunjuk pada surplus 2020 sekitar 70.000 barel per hari.

OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC + yang telah memotong pasokan tahun ini untuk menopang harga, diperkirakan akan membahas kebijakan produksi mereka pada pertemuan 5-6 Desember di Wina. Kesepakatan produksi yang ada berakhir pada Maret.

Produksi AS terus meningkat. Produksi minyak mentah negara itu mencapai rekor 13 juta barel per hari bulan ini dan akan tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada 2019 dan 2020, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam perkiraan yang dikeluarkan pada Rabu (13/11/2019).

Namun, peningkatan produksi AS dan persaingan dari produksi di Brazil, Norwegia, dan Guyana tahun depan telah menekan laba bagi produsen-produsen serpih AS, yang merencanakan pembekuan pengeluaran lain pada 2020 dan perlambatan pertumbuhan produksi.

Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi selama empat minggu berturut-turut, mengurangi 10 rig minyak dalam seminggu yang berakhir15 November, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, Jumat (15/11/2019). Jumlah keseluruhan riga yang beroperasi sekarang 674 rig, terendah sejak April 2017.

Baca juga: Harga minyak naik 0,5 persen, ditopang penyataan The Fed dan OPEC
Baca juga: Minyak stabil, Trump kandaskan harapan rincian kesepakatan perdagangan