Wapres Ma'ruf imbau guru mengaji ajarkan Islam "wasathiyah"
15 November 2019 18:38 WIB
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin yang didampingi Kepala Sekretariat Wapres (Kasetwapres) Mohamad Oemar dan Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi memberikan pernyataan pers di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (15-11-2019). ANTARA/Fransiska Ninditya
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengimbau seluruh guru mengaji, penceramah, maupun guru agama untuk mengajarkan paham ajaran Islam jalan tengah atau wasathiyah guna mencegah munculnya paham radikal di kalangan masyarakat.
"Guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita dalam rangka deradikalisasi. Jangan sampai ada guru ngaji yang mengajarkan pelajaran atau paham radikal. Guru ngaji harus mengajarkan ajaran-ajaran yang moderat, yang wasathiyah," kata Wapres Ma'ruf Amin di Istana Wapres Jakarta, Jumat.
Selain keluarga, lingkungan pendidikan menjadi faktor penting untuk mencegah munculnya paham radikal dan menggalakkan deradikalisasi bagi masyarakat yang pernah terdampak aliran tersebut.
Baca juga: Wapres pimpin rapat internal penanganan terorisme
Terkait dengan keterlibatan guru mengaji yang memengaruhi RMN, pelaku aksi teror bom bunuh diri di Medan, Wapres Ma'ruf mengatakan bahwa penyelidikan harus terhadap guru tersebut.
"Penyelidikan itu perlu, kita harus tahu sumber terjadinya radikalisme itu dari mana. Kalau memang sumbernya dari guru ngaji, guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita," kata Wapres menambahkan.
Wapres Ma'ruf juga berpendapat bahwa guru mengaji tidak perlu diberikan sertifikat mengajar karena sertifikasi bukan merupakan solusi atas penyebaran paham radikal.
Baca juga: Wapres Ma'ruf: Bangun narasi kerukunan untuk cegah radikalisme
"Apakah perlu sertifikasi guru ngaji? Saya kira belum, kita belum memikirkan pentingnya sertifikasi guru ngaji itu. Intinya bukan pada sertifikasinya.Guru ngaji ini harus mengajarkan ajaran yang moderat, yang wasathiyah," ujar Ma'ruf Amin.
Terkait aksi teror bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (13/11), Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri telah mengamankan sejumlah orang dan mengejar beberapa orang, termasuk guru mengaji dari pelaku bom bunuh diri, RMN.
"Guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita dalam rangka deradikalisasi. Jangan sampai ada guru ngaji yang mengajarkan pelajaran atau paham radikal. Guru ngaji harus mengajarkan ajaran-ajaran yang moderat, yang wasathiyah," kata Wapres Ma'ruf Amin di Istana Wapres Jakarta, Jumat.
Selain keluarga, lingkungan pendidikan menjadi faktor penting untuk mencegah munculnya paham radikal dan menggalakkan deradikalisasi bagi masyarakat yang pernah terdampak aliran tersebut.
Baca juga: Wapres pimpin rapat internal penanganan terorisme
Terkait dengan keterlibatan guru mengaji yang memengaruhi RMN, pelaku aksi teror bom bunuh diri di Medan, Wapres Ma'ruf mengatakan bahwa penyelidikan harus terhadap guru tersebut.
"Penyelidikan itu perlu, kita harus tahu sumber terjadinya radikalisme itu dari mana. Kalau memang sumbernya dari guru ngaji, guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita," kata Wapres menambahkan.
Wapres Ma'ruf juga berpendapat bahwa guru mengaji tidak perlu diberikan sertifikat mengajar karena sertifikasi bukan merupakan solusi atas penyebaran paham radikal.
Baca juga: Wapres Ma'ruf: Bangun narasi kerukunan untuk cegah radikalisme
"Apakah perlu sertifikasi guru ngaji? Saya kira belum, kita belum memikirkan pentingnya sertifikasi guru ngaji itu. Intinya bukan pada sertifikasinya.Guru ngaji ini harus mengajarkan ajaran yang moderat, yang wasathiyah," ujar Ma'ruf Amin.
Terkait aksi teror bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (13/11), Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri telah mengamankan sejumlah orang dan mengejar beberapa orang, termasuk guru mengaji dari pelaku bom bunuh diri, RMN.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: