Tanah Kota Semarang turun 13 cm per tahun
15 November 2019 17:08 WIB
Foto udara menara Mercusuar Willem III di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Senin (25/3/2019). Bangunan cagar budaya mercusuar setinggi sekitar 30 meter itu dibangun Pemerintah Kolonial Belanda pada 1884 yang saat ini masih beroperasi di bawah Distrik Navigasi Kelas II Semarang dengan jangkauan sinyal pancar suar mencapai 20 mil untuk memandu kapal-kapal yang akan memasuki pelabuhan Tanjung Emas Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan/pras.
Semarang (ANTARA) - Pakar oseanografi Universitas Diponegoro (Undip) Denny Nugroho Sugianto mengatakan wilayah hingga 9,79 kilometer (km) dari garis pantai Kota Semarang rata-rata mengalami penurunan tanah mencapai 5 hingga 13 Sentimeter (cm) per tahun gara-gara pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali.
"Dari perhitungan data GPS Geodetik, laju penurunan tanah Kota Semarang mencapai 5 hingga 13 cm," kata Denny di Semarang, Jumat.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip tersebut mengatakan penurunan tanah paling parah yang terjadi di area sekitar 83,04 kilometer persegi (km2) terjadi di Kawasan Tanjung Emas.
Baca juga: Berfungsi pula sebagai tanggul rob, Tol Semarang-Demak mulai dibangun tahun ini
Baca juga: Sejumlah wilayah pesisir Semarang tergenang rob
Untuk mencegah terjadinya penurunan tanah yang lebih parah maka pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali itu harus dihentikan, ujar Denny.
Selain penurunan tanah, menurut dia, Kota Semarang juga mengalami fenomena peningkatan muka air laut yang relatif tinggi di banding kawasan pesisir lainnya.
Dari hasil analisis data satelit altimetri dan observasi pasang surat, peningkatan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang mencapai 9,27 milimeter (mm) per tahun.
Peningkatan muka air laut tersebut jauh dibanding yang terjadi di Jakarta yang mencapai 4,38 mm atau di Surabaya yang mencapai 5,47 mm per tahun.
Kenaikan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang selama kurun waktu 1994 hingga 2014 telah mengakibatkan mundurnya garis pantai yang mencapai 1,43 km hingga 1,74 km.
Baca juga: DPRD Semarang minta pemerintah antisipasi rob saat arus mudik
Baca juga: Pemerintah Pusat diminta bantu tuntaskan rob Semarang
"Dari perhitungan data GPS Geodetik, laju penurunan tanah Kota Semarang mencapai 5 hingga 13 cm," kata Denny di Semarang, Jumat.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip tersebut mengatakan penurunan tanah paling parah yang terjadi di area sekitar 83,04 kilometer persegi (km2) terjadi di Kawasan Tanjung Emas.
Baca juga: Berfungsi pula sebagai tanggul rob, Tol Semarang-Demak mulai dibangun tahun ini
Baca juga: Sejumlah wilayah pesisir Semarang tergenang rob
Untuk mencegah terjadinya penurunan tanah yang lebih parah maka pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali itu harus dihentikan, ujar Denny.
Selain penurunan tanah, menurut dia, Kota Semarang juga mengalami fenomena peningkatan muka air laut yang relatif tinggi di banding kawasan pesisir lainnya.
Dari hasil analisis data satelit altimetri dan observasi pasang surat, peningkatan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang mencapai 9,27 milimeter (mm) per tahun.
Peningkatan muka air laut tersebut jauh dibanding yang terjadi di Jakarta yang mencapai 4,38 mm atau di Surabaya yang mencapai 5,47 mm per tahun.
Kenaikan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang selama kurun waktu 1994 hingga 2014 telah mengakibatkan mundurnya garis pantai yang mencapai 1,43 km hingga 1,74 km.
Baca juga: DPRD Semarang minta pemerintah antisipasi rob saat arus mudik
Baca juga: Pemerintah Pusat diminta bantu tuntaskan rob Semarang
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019
Tags: