"Kita harus bisa deteksi banjir sebelum wartawan tahu. Ini harus dicamkan," kata Bambang saat memimpin apel siaga banjir di Kantor BBWSCC, Jakarta Timur, Jumat.
Untuk menjalani instruksi itu, sebanyak 75 petugas juru sungai dan lima petugas pengamat diperintahkan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi terkait hingga pengurus RT/RW maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Personel siaga banjir juga diarahkan untuk intensif memantau situs Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guna menangkap gejala banjir berdasarkan prakiraan cuaca.
Baca juga: Normalisasi belum tuntas, bantaran Ciliwung masih terancam banjir
"Kota Bogor akan jadi acuan kita. Kalau BMKG prediksinya hujan, siap-siap. Kalau sungai sudah berstatus waspada harus siap siaga," katanya.Baca juga: Normalisasi belum tuntas, bantaran Ciliwung masih terancam banjir
Bambang juga mengingatkan terkait waktu perambahan air dari hulu sungai di Bogor menuju Jakarta yang dihitung berkisar 11 hingga 12 jam.
Terdapat 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah kerja BBWSCC yang meliputi Bogor, Bekasi, Depok, Jakarta hingga Tangerang.
"Bila siaga 1 berdasarkan alat telemetri, segera kabarkan melalui radio komunikasi ke instansi terkait, lalu buat laporannya di website telemetri," katanya.
Baca juga: 78 kawasan di wilayah kerja BBWSCC masih rawan banjir
Selain mengandalkan deteksi dini melalui informasi BMKG, BBWSCC juga memanfaatkan aplikasi monitoring CCTV melalui aplikasi berbasis Android.Baca juga: 78 kawasan di wilayah kerja BBWSCC masih rawan banjir
"Saat ini ada 78 kawasan rawan banjir di wilayah kerja kami, seluruhnya kawasan bantaran sungai," kata Bambang.